Setelah menyelami lebih dalam, saya menemukan tiga lagu Sheila on 7 yang underrated. Padahal, ketiganya asyik banget.
Sekitar satu tahun belakangan ini, saya mencoba menikmati lagu dengan cara lain. Sekarang, saya sering menyimpan yang saya dengarkan. Setelah itu saya meneliti, lalu menginterpretasikan ulang maksud liriknya. Dan, dari situ, saya jadi memahami kembali maksud yang ingin disampaikan. Bahkan ada yang membuat kaget, ketika ternyata lagu yang asyik, justru membawa maksud lirik yang sedih dan kadang juga sebaliknya.
Dalam upaya menginterpretasikan ulang lirik semacam ini, saya nggak pernah bosan untuk memulainya dari musisi-musisi kesukaan saya. Misalnya Tulus, Dewa 19, dan jelas, the one and only, Sheila On 7.
Upaya mempelajari kembali lirik itu juga membawa saya ke lagu underrated. Diberikan nomenklatur “underrated” di sini menurut saya karena jarang dibawakan di konser-konser besar dan sedikit orang yang membicarakannya.
Kali ini saya mau mengajak teman-teman mengenal Sheila On 7 lebih jauh lagi melalui lagu-lagu mereka yang underrated. Namun, setelah didengarkan ulang, nyatanya nggak kalah asyik.
#1 Trimakasih Bijaksana
“Trimakasih Bijaksana” ini saya kenal setelah mencoba memutar secara acak album Sheila On 7 di platform musik. Alasannya sederhana, sebab saya yang baru lahir pada 2002 ingin mencari tahu lebih banyak lagu-lagu band ini sejak kelahirannya pada 1996, alih-alih hanya mendengarkan yang sering diputar di ranah publik saja.
Nggak terbayang sama sekali ketika “Trimakasih Bijaksana” terputar. Asyik, itu kata pertama yang saya ucapkan. Sesering itu saya mendengarkan Sheila On 7, tetapi lagu ini jarang muncul. Justru sekarang, nomor ini yang paling sering saya cari.
Secara garis besar, “Trimakasih Bijaksana” adalah ungkapan terima kasih sebab telah mencintai seseorang secara tulus dan bijaksana, lebih-lebih lagi, orang tersebut terkenal buaya. Paling seru adalah mendengarkan bagian lirik “ter-muah di hati”, duh, berasa dicium Mas Duta!
Baca halaman selanjutnya