Tulisan ini bukan endorsement. Tidak pula karena saya didatangi pihak Smartfren dan dikasih segepok uang untuk menulis artikel. Saya juga bukan pegawainya. Tulisan ini murni muncul dari lubuk hati yang paling dalam.
Saya cuma pengin ngasih tahu kamu bahwa Smartfren masih layak menjadi provider pilihan. Ini nggak main-main. Di tengah gempuran provider kelas kakap, ia sebagai kelompok provider kelas teri sering kali tersisihkan. Saya beberapa kali menemukan teman-teman yang membanggakan providernya yang paling cepat, paling enak dipakai, dan paling perhatian melebihi pacar.
Iya, mereka-mereka inilah yang pakai provider macam Indosat, Three, Telkomsel. Smartfren selalu kalah, meskipun iklannya sudah sangat powerful dalam menarik perhatian konsumen. Tetapi Smartfren masih saja tak sebeken provider lain, bahkan jumlah penggunanya paling sedikit.
Data dari kominfo.go.id, di tahun 2018 saja jumlah pengguna Smartfren paling rendah dibandingkan provider lainnya dengan hanya 7 juta orang. Sementara Telkomsel terbanyak dengan 150 juta pengguna, disusul XL Axiata 45 juta, Indosat 34 juta, dan Three 17 juta. Melihat data ini, saya kok miris sekaligus kasihan dengan provider gabungan Smart dan Fren itu.
Taarufan saya sama provider ini berawal pada suatu saat jelang semester lima kuliah. Saya baru bisa beli hape android. Waktu itu saya membeli hape android Smartfren Andromax A. Lumayan buat BBM-an waktu itu. Logikanya usai membeli Andromax A, otomatis saya jadi pengguna Smartfren.
Prosesor Andromax A cuma pakai Quadcore CPU. Kapasitas RAM hanya 1 gigabyte. Memori cuma 8 GB. Namun saya puas, setidaknya biar nggak malu-maluin plus mampu mengikuti gaya chatting kawan-kawan saya.
Tahu sendiri kan, kalau hapenya Smartfren ya nggak bisa pakai provider lain, kecuali di-root? Tapi, oleh karena saya males buat root hape yang justru beresiko itu, mending beli paketan saja. Awalnya saya mangkel, Smartfren acap kali mengecewakan daripada bikin hati seneng.
Namun seiring perkembangan zaman, saya akhirnya telanjur nyaman memakainya. Bahkan nih ya, setelah saya ganti hape ke Realme C2, yang lumayan bagus dan keren itu, saya tetap setia dengan Smartfren. Kendati kerap dicibir adik saya sebab jaringan provider ini sering trouble dan kesalahan konfigurasi melulu saat main PES Online.
Entahlah dapat jampi-jampi apa sehingga bisa-bisanya saya betah memakainya. Ogah beralih ke provider lain. Namun belakangan saya menemukan alasan memilih Smartfren sebagai provider tetap. Dan boleh jadi kamu-kamu akan tertarik juga.
#1 Murah
Sebagai anak laki-laki dari bapak saya yang eks buruh pabrik, saya termasuk golongan proletar. Sebagaimana umumnya kaum proletar yang dompetnya setipis buku tabungan anak SD, pilihan utama mencari provider adalah yang harga kuotanya paling murah.
Jelas, dan nggak boleh diganggu gugat. Sebab murah inilah, Smartfren sangat menolong di masa-masa pandemi seperti hari ini. Suatu hari, tatkala teman saya mengeluhkan borosnya pemakaian kuota karena provider yang dipakai mematok harga tinggi, akhirnya dia memutuskan ingin beralih provider. Kemudian dia tanya ke saya provider paling murah. Akhirnya, saya jawab saja Smartfren.
Mulanya dia nggak percaya, sebelum saya menyebut harga dan jumlah kuota didapat. Selepas menyebutnya teman saya itu kaget, hingga misuh-misuh segala. “Ediaaannn… murah temen!!!” (Gilaaa… murah banget!!!)
Teman saya itu ternyata cuma gengsi. Takut dikatain sobat misqueen. Tetapi ujung-ujungnya tergoda dan pakai Smartfren juga. By the way, memang harga kuotanya berapa sih? Nih ya, untuk 16 GB dengan masa aktif sebulan, di tempat saya seharga 37 ribu doang. Kalau yang unlimited sebulan, cuma 50 ribu.
#2 Irit
Murah dan Irit. Satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan dalam memilih provider. Dengan menggunakan Smartfren kamu berkesempatan besar meraup keduanya sekaligus. Smartfren emang paling perhatian ke orang-orang yang gajiannya nggak menentu atau para pekerja serabutan.
Irit. Smartfren tuh irit banget. Sambil menunggu gaji yang entah dibayar atau tidak, kamu kalau pakai kuota Smartfren, beuh… nggak usah cemas kehabisan sebelum transferan. Saking iritnya, bisa nyambi nulis buat Mojok dan nunggu kabar nasib tulisannya.
Kalau dimuat, uangnya bisa disimpen dulu. Toh, masa aktif kuotanya belum habis kok. Inilah yang saya praktikkan. Sumpah irit banget. Dibanding provider lain, mungkin Smartfren lah provider teririt.
Buktinya, teman saya, pengguna provider lain mengeluhkan borosnya kuota. Lah saya nggak tuh. Smartfren tuh iritnya nggak ketulungan, apalagi kalau nggak dipakai YouTube-an.
#3 Sinyalnya bisa hilang otomatis
Jangan dikira ini sebuah kelemahan. Coba kamu bayangin, misalnya kamu lupa dan membiarkan paket data di ponsel dalam keadaan menyala? Tiba-tiba saat dicek sudah banyak menyita kuota, padahal kamu nggak buka hape sama sekali. Nah, pengguna Smartfren tak secemas itu. Ajaibnya sinyal Smartfren akan hilang otomatis apabila hape tak digunakan.
Misalnya saat keluar rumah atau sedang perjalanan jauh, dan kamu lupa mematikan paket data, sinyal Smartfren otomatis hilang tanpa perlu menonaktifkan paket data. Apalagi pas masuk daerah-daerah susah sinyal.
Nggak usah jalan-jalan wis, kan lagi physical distancing. Saat di rumah saja, setelah sibuk chatting-an sama pacar, dan mendadak ketiduran, sehingga lupa matiin paket data. Nah, kamu tak perlu cemas kuotamu sia-sia begitu saja, sebab pukul satu malam ke atas sinyalnya akan hilang dengan sendirinya. Muncul lagi waktu subuh. Sinyal Smartfren capek, guys, butuh istirahat.
Itu dia alasan-alasan yang dapat kamu pertimbangkan untuk beralih ke provider ini. Sudah saatnya kita saling bantu. Mari bantu Smartfren supaya tak lekas-lekas tutup.
BACA JUGA Indosat Cocok Untuk Mahasiswa, Telkomsel Untuk Pekerja: Apakah Benar Anggapan Para Pengguna Provider Ini? dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.