Penggemar tas model backpack alias tas punggung mungkin sudah tidak asing lagi dengan merek Kanken yang berasal dari Swedia. Tas yang disandang dengan cara menggendong ini awalnya diciptakan dengan misi mulia untuk mengatasi keluhan anak-anak usia sekolah di Swedia yang mengalami sakit punggung lantaran memanggul tas tradisional.
Siapa sangka tas ransel ringan berbentuk kotak keluaran Fjallraven menjadi produk perusahaan yang paling laris di pasaran. Hingga saat ini, puluhan model dengan beragam warna telah dirilis demi memenuhi kebutuhan pasar akan tas yang simpel, kuat, dan memiliki ruang leluasa guna menyimpan berbagai barang.
Sistem distribusi tas Kanken pun sudah menjamah ranah global dan cukup populer di berbagai negara. Sesuai dengan tujuan awalnya sebagai solusi masalah punggung yang dialami siswa sekolah, Kanken sukses menjadi tas ransel favorit remaja dan dewasa muda usia 12 hingga 25 tahun, khususnya perempuan.
Namun, ekspansi perusahaan tentu tidak akan berhenti pada segmen pasar tersebut. Terbukti, pada tahun 2002, perusahaan menelurkan produk baru yang dinamai Mini Kanken dengan kapasitas maksimum 7 liter. Ransel berukuran kecil tersebut khusus diproduksi untuk menarget konsumen anak-anak usia pra-sekolah.
Sebenarnya, model tas ransel kan yaaa… gitu-gitu saja. Sebelum era tas Kanken, ada beberapa nama yang lebih dulu populer, misalnya saja Bodypack atau Eiger yang menjadi pilihan mahasiswa generasi milenial di tahun kuliah mereka. Atau ada pula brand Anello yang mulanya sangat diidolakan oleh para mama muda sebagai diaper backpack.
Meski harus bersaing dengan banyak kompetitor yang lebih dulu eksis di Indonesia, popularitas tas Kanken nyatanya sanggup mencuri perhatian publik. Kira-kira, apa rahasia Fjallraven Kanken tetap diincar meski saat menengok harganya bikin gusar?
#1 Kualitas yang sesuai dengan sasaran pasar
Ada harga, ada rupa. Begitulah yang banyak dipercaya oleh orang. Faktanya, anggapan tersebut hampir selalu benar manakala konsumen membeli barang atau jasa. Semakin mahal harga suatu produk atau jasa, biasanya semakin paripurna performanya. Itu pun yang terjadi pada tas Kanken yang harganya bikin sebagian orang geleng-geleng kepala.
Untuk mempersunting satu buah tas Kanken saja, pembeli setidaknya harus merogoh kocek di atas satu juta rupiah. Tentu saja harga tersebut akan membuat kaum mendang-mending bertanya-tanya, mengapa tas yang harganya tergolong tinggi tersebut pede-pede saja menyasar pasar tanah air, bahkan laris manis?
Pastinya Fjallraven telah memperhitungkan berbagai aspek sebelum menetapkan harga produk Kanken. Sebagaimana lazimnya, pengategorian produk didasarkan pada kualitas dan harga yang melekat padanya. Tas Kanken jelas memosisikan diri sebagai produk premium yang menyandang predikat kualitas terbaik sekaligus harga yang mahal. Orang yang mementingkan kualitas di atas faktor lainnya tidak akan berpikir dua kali untuk mempertimbangan harga suatu produk.
Justru bila Fjallraven Kanken berkoar-koar memiliki kualitas mumpuni tapi harganya puluhan ribu saja, banyak calon konsumen akan meragukan hal tersebut. Singkatnya, ketepatan strategi memilih sasaran pasar serta konsistensi positioning yang dipilih menjadikan Kanken produk yang diincar pasar.
#2 Desainnya sederhana
Oke, sederhana di sini jelas tidak berbicara tentang harga. Yang dimaksud sederhana adalah pilihan desain dan warna yang diusung oleh label yang berdiri sejak tahun 1978 tersebut.
Ketimbang memasukkan desain dengan unsur-unsur out of the box atau rumit, Kanken setia mempertahankan konsep tas yang simpel tetapi terus berinovasi pada kualitas. Bahan baku yang dipakai untuk menjahit tas boleh diadu ketahanannya. Urusan bentuk tidak berubah alias masih saja kotak seperti model pendahulunya. Perihal motif dan warna pun tas Kanken tak bergeming dari kesederhanaan dan warna monokrom.
Idealisme ini memang mirip dengan apa yang dibawakan oleh brand pakaian kenamaan asal Jepang, Uniqlo. Bedanya, kalau yang satu jualan tas, yang lainnya lebih condong jualan baju. Begitu pula dengan keyakinan kedua brand tersebut untuk mengedepankan elemen fungsional daripada desain yang aneh-aneh.
Hebatnya, kekonservatifan ini justru membuat nama brand-brand tersebut melambung. Mungkin ini ada pula kaitan secara tidak langsung dengan kepopuleran konsep minimalis dalam kehidupan yang booming beberapa waktu terakhir. Hidup sudah ribet, perkara fesyen tak perlu ikut dibikin pusing.
#3 Menyisipkan life style
Desain minimalis Kanken memungkinkan tas tersebut dipakai oleh siapa saja, tanpa terlalu memedulikan usia, jenis kelamin, maupun pekerjaan seseorang. Pokoknya semua bisa pakai. Boleh dibilang, tas Kanken ini merupakan staple fashion item alias salah satu barang fesyen yang kudu dipunyai. Tentunya, kalau kita masuk ke dalam golongan target pasar mereka.
Pasalnya, harga yang dibayarkan akan sebanding dengan nilai yang diterima oleh konsumen. Namun demikian, bukan berarti Fjallraven menutup mata begitu saja serta mengesampingkan gaya hidup konsumen sebagai amunisi perusahaan berkompetisi di pasar global.
Jadi gini maksudnya. Durabilitas yang kerap diselorohkan sebagai pemanis marketing itu sebenarnya salah satu trik pemasaran yang juga menyisipkan life style masyarakat saat ini. Kegiatan outdoor dan traveling penuh petualangan menjadi kegemaran mayoritas orang, terutama yang menjadi sasaran pasar Kanken. Ditambah lagi, pamer tipis-tipis di media sosial juga menjadi kebiasaan masyarakat.
Akan tetapi, memajang foto jalan-jalan yang tidak estetik, kok, rasanya agak wagu kalau di-upload ke Instagram. Nah, untuk menjembatani kedua kebutuhan flexing tersebut, Kanken paham benar menyiasatinya yakni dengan memproduksi tas ransel yang kuat digotong sana-sini tapi juga cantik saat tertangkap layar kamera. Kalau sudah begini, apalagi yang dibutuhkan buat ajang validasi? Hehehe. Bahkan, melansir dari sebuah riset, salah satu pelanggan mayoritas Kanken berasal dari individu dewasa muda dengan profesi travelers dan fotografer.
Di samping itu, isu tentang persoalan lingkungan yang lama kelamaan merambah industri fesyen sekaligus gaya hidup, juga menjadi poin yang diangkat oleh Kanken. Seperti yang kita tahu, dalam strategi harga, tas Kanken ini bisa disandingkan dengan Anello yang sama-sama menduduki pangkat produk premium. Namun, unique selling point tentang lingkungan yang diusung Kanken membuat pembeda produk mereka dari para pesaingnya.
Terhitung sejak tahun 2016, perusahaan merilis ransel yang seluruhnya terbuat dari bahan polyester hasil daur ulang botol plastik. Tentunya value perusahaan yang menyadari pentingnya memasukkan variabel sustainable fashion ini akan menarik minat calon pelanggan yang mempunyai value yang sama dalam berbelanja barang.
Nah, itu tadi sekelumit tentang keistimewaan tas Kanken yang menjadi perbincangan. Jadi, gimana, apakah kamu tertarik untuk berinvestasi dengan membeli Kanken juga?
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Alasan Tas Mewah Dijual dengan Harga Miliaran, Laku Banget Lagi!