Saya menghabiskan sepertiga hidup saya di Jogja, tempat di mana saya lahir dan tumbuh dewasa. Kebetulan sekarang saya tengah merantau di Tegal, sebuah kota di pantai utara Jawa. Secara geografis, Tegal dan Jogja memang terpisah jauh. Tegal berada di sebelah utara, sementara Jogja berada di bagian selatan Jawa.
Sebelumnya, saya selalu menganggap Jogja baik-baik saja, tidak kurang suatu apa pun. Namun setelah merantau, saya menemukan beberapa hal yang biasa dilakukan di Tegal, tapi nggak biasa saya jumpai di Jogja. Berikut daftarnya.
Daftar Isi
Orang Tegal terbiasa menyebut nyate kambing dengan sebutan nyindik. Warung sate kambing dapat dengan mudah kita temukan di Tegal. Mulai dari Sate Kambing Wendy’s, Sate Kambing Sari Cempe Neng Lia, Sate Kambing Muda Cempe Lemu, Agus Mendo, hingga Sate Kambing Batibul Bang Awi siap memanjakan lidah kalian.
Tegal memang terkenal dengan batibul, yang dimaksud dengan batibul adalah bawah tiga bulan alias daging cempe dipotong menyerupai dadu dibakar tanpa dibubuhi bumbu apa pun. Pemilihan cempe ini karena dagingnya empuk dan nggak prengus. Selain itu, daging cempe dipercayai rendah kolesterol.
Nah, warga Tegal senang sekali syukuran dengan menu sate kambing. Syukuran dapat kerja, naik pangkat, dapat proyek, dapat dipastikan sate kambing menjadi menu pilihan utama. Budaya nyindik ini sering disebut juga dengan perbaikan gizi atau tambah darah. Sementara di Jogja, nasi tumpeng dan bubur sumsum masih menduduki peringkat pertama sebagai menu wajib yang dihidangkan saat syukuran.
#2 Menikmati air mancur menari di alun-alun dari flying deck, di Jogja jelas nggak ada
Sama seperti kota-kota besar pada umumnya, Tegal juga memiliki alun-alun yang terletak di dekat Masjid Agung. Berbeda dengan Alun-Alun Jogja, Alun-Alun Tegal memiliki atraksi air mancur menari seperti yang ada di Kenjeran Park Surabaya. Apabila di Kenjeran Park air mancur menari dapat dilihat dari jembatan, di Tegal air mancur menari dapat disaksikan dari flying deck.
Bagi yang belum tahu, flying deck adalah fasilitas trotoar layang atau seperti fly over di jalan raya. Flying deck ini adalah spot favorit untuk selfie dan melihat atraksi air mancur menari.
Lalu bagaimana dengan Alun-Alun Jogja? Baik Alun-Alun Utara maupun Alun-Alun Kidul belum dilengkapi dengan atraksi air mancur menari atau fasilitas flying deck. Alun-Alun Utara masih fokus pengembalian ke bentuk awal sedangkan Alun-Alun Kidul tetap ramai dengan wisata kuliner dan becak hiasnya.
#3 Menghabiskan senja di taman
Salah satu hal yang wajar di Tegal namun sulit dilakukan di Jogja adalah menghabiskan senja di taman. Walaupun termasuk kota kecil, Tegal memiliki beberapa taman yang patut dibanggakan.
Perlu diketahui Kota Tegal terdiri dari empat kecamatan dan di masing-masing kecamatan tersebut memiliki taman ruang terbuka hijau yang ramah anak. Tentu hal ini perlu dibanggakan, mengingat masih banyak kota besar termasuk Jogja yang nggak memiliki taman ruang terbuka hijau.
Lain dengan Bandung yang membranding tamannya dengan tema-tema tertentu seperti taman film dan taman pustaka dan taman fotografi, taman-taman di Kota Tegal diberi nama nasionalis atau nama di mana taman tersebut berada. Sebut saja Taman Pancasila, Taman Poci, Taman Tegalsari, hingga Taman Pemuda yang dapat kita nikmati fasilitasnya secara gratis.
Itulah beberapa hal yang wajar ada di Tegal namun nggak lumrah di Jogja. Gimana, Gaes? Tertarik melakukan hal-hal tersebut di Tegal?
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Hal yang Bisa Dilakukan di Malioboro Tegal, tapi Nggak Bisa Dilakukan di Malioboro Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.