Rasa penasaran yang mengalahkan rasa takut akhirnya membawa saya untuk menonton House Of Secrets: The Burari Deaths. Sebuah film dokumenter yang menceritakan kematian tragis satu keluarga di Burari, Delhi, India.
Hari itu, 1 Juli 2018, ada keanehan yang terjadi pada toko kelontong milik keluarga Bhatia. Toko yang biasanya buka paling tidak pukul 05.30, sampai pukul 07.00 belum menunjukkan aktivitas apa pun.
Seorang tetangga yang menyadari keanehan tersebut lantas berinisiatif mengecek keadaan rumah yang ternyata dalam keadaan tidak terkunci. Siapa sangka, pengecekan tersebut berujung pada ditemukannya sebelas anggota keluarga Bhatia dari tiga generasi (nenek, anak, dan cucu) sudah dalam keadaan meninggal dunia dengan posisi tragis. Sepuluh tergantung dan satu tergeletak di kamar.
Kabar tersebut menyebar dengan cepat. Orang-orang mulai berdatangan, termasuk juga polisi. Kematian sebelas anggota keluarga dengan sepuluh di antaranya dalam posisi tergantung dengan kondisi mata tertutup dan tangan diikat, adalah sesuatu yang tidak wajar.
Dugaan awal, mereka memang bunuh diri. Tidak ada bukti yang mengarah pada kasus perampokan. Tidak ada barang yang dicuri, tidak ada kekerasan, dan tidak ada kegaduhan di dalam rumah. Namun, fakta lain bahwa beberapa anggota keluarga adalah orang berpendidikan membuat dugaan awal menimbulkan pertanyaan: benarkah demikian? Terlebih keluarga Bhatia dikenal sebagai keluarga harmonis dan berkecukupan.
Film dokumenter House of Secrets: The Burari Deaths ini terdiri dari tiga episode. Sebagian besar tayangannya memang merupakan wawancara dengan berbagai pihak. Mulai dari tetangga, teman, keluarga, kerabat, para ahli, tim kepolisian, dan tentu saja dari media.
Di episode pertama House Of Secrets: The Burari Deaths, peristiwa tragis tersebut dijabarkan bersama dengan keganjilan-keganjilannya dan situasi pada saat itu. Warga yang berkerumun, media yang saling berlomba memberi kabar, dan bagaimana pihak kepolisian yang kesulitan melakukan mobilisasi.
Dalam episode ini, pertanyaan “apa yang sebenarnya terjadi?” sudah langsung mencuat. Entah bunuh diri atau pembunuhan, apakah peristiwa ini juga ada hubungannya dengan praktik sihir dan okultisme di dalam rumah?
Episode kedua, ketegangan antara polisi, keluarga, dan warga semakin meningkat. Keluarga dan sebagian besar warga India tidak percaya bahwa peristiwa tersebut adalah murni kasus bunuh diri, melainkan pembunuhan.
Bagaimana media-media di India memberitakan peristiwa ini pun jadi salah satu hal yang bikin tepok jidat. Hal yang baru dan isunya diangkat dengan berlebihan dan akhirnya berakibat fatal.
Hal yang melegakan dalam episode ini adalah ditemukannya petunjuk melalui buku diari. Melalui buku diari tersebut, jalan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mulai terungkap. Pertanyaan: pembunuhan atau bunuh diri, mulai menemukan jawabannya.
Episode ketiga, cerita lebih banyak menyorot apa yang terjadi pada Lalit, anggota keluarga Bhatia yang juga tewas dalam peristiwa ini. Rangkaian peristiwa masa lalu yang terjadi pada Lalit, ternyata punya andil dalam terjadinya peristiwa tragis yang menimpa sebelas anggota keluarga Bhatia.
Lalu, dari tiga episode House Of Secrets: The Burari Deaths tersebut, hal apa saja yang paling disorot?
(((Tulisan berikut mengandung spoiler. Berhenti baca di sini kalau Anda tidak nyaman dengan itu.)))
#1 Ritual berujung petaka
Ditemukannya buku harian sebagai petunjuk untuk mengungkap kasus ini, menghadirkan fakta mencengangkan terkait adanya ritual di balik peristiwa kematian keluarga Bhatia. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan ditemukannya bukti-bukti lain yang menunjukkan adanya ritual pada malam sebelum kejadian.
Pihak kepolisian menyebut ritual tersebut sebagai bagian dari Badh Pooja (sumber lain menyebutnya Badh Tapasya). Sebuah kepercayaan yang berhubungan dengan pohon beringin yang akarnya menggantung di dahan pohon. Hal tersebut selaras dengan posisi mayat yang tergantung “rapi” di kisi-kisi langit rumah. Persis seperti akar pohon yang menggantung di dahan.
Ritual ini sendiri dipercaya untuk membantu pertobatan atas kesalahan. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa awalnya mereka tidak berniat bunuh diri, melainkan hanya melakukan ritual. Namun sayangnya, tidak berjalan sesuai dengan rencana.
#2 Peran media: tebar isu dan ilmu cocoklogi.
Sebagaimana yang saya tuliskan di atas, sejak awal kasus ini menyebar, media-media di India sudah saling berlomba untuk menjadi yang pertama mengabarkan. Sayangnya, apa yang dikabarkan tidak selalu berupa fakta, ada hoaks dan ilmu cocoklogi di dalamya. Salah satunya terkait angka sebelas.
Berbagai macam hal yang kebetulan berjumlah sebelas, dikaitkan dengan peristiwa ini. Salah satunya adalah jumlah pipa dan posisinya. Pipa berjumlah sebelas dengan posisi tujuh menghadap ke bawah dan empat lainnya dengan posisi lurus, dianggap ada hubungannya dengan mayat yang berjumlah tujuh perempuan dan empat laki-laki.
Selain itu, media-media India lebih tertarik menghadirkan kabar yang sensasional dibanding mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rumor bahwa ada peran seorang tantrik atau guru spritual di balik peristiwa tersebut, membuat seorang perempuan pada akhirnya harus ditahan pihak kepolisian. Meski tidak terbukti bersalah, pada kenyataannya perempuan tersebut sudah mengalami ketidakadilan yang juga berdampak pada keluarganya.
#3 Masalah kesehatan mental jadi penyebab utama
Sudah sering muncul di berbagai media tentang orang-orang yang melakukan hal-hal aneh atau perbuatan kriminal karena adanya bisikan gaib. Nah, hal inilah yang juga menjadi salah satu alasan atas terjadinya peristiwa tragis pada keluarga Bhatia.
Lalit, anak bungsu laki-laki, sekaligus pengganti peran kepala keluarga setelah sang ayah meninggal, pernah mengalami peristiwa traumatik pada masa lalunya. Peristiwa tersebut nyatanya bukan hanya menyerang fisik Lalit, tetapi juga mentalnya.
Pada saat itu, dokter sendiri sudah menyarankan agar Lalit sebaiknya dibawa ke psikiater. Namun, pihak keluarga menolak. Sebagaimana yang kita tahu, perihal kesehatan mental memang masih menjadi satu hal yang tabu untuk dibicarakan. Stigma bahwa hanya “orang gila” yang berkunjung ke psikiater membuat orang-orang di sekitar Lalit abai pada kesehatan mental Lalit.
Sebelas tahun Lalit hidup dalam kerajaan yang dia ciptakan sendiri. Memberi petunjuk untuk melakukan ritual dan hal lainnya seolah-olah hal tersebut adalah perintah dari sang ayah yang sudah meninggal.
Lalit kerap merasa mendaku dirinya “kesurupan” dan pernah “bisu”. Momen ketika Lalit kembali berbicara pun, lebih dianggap berhubungan dengan hal mistis dan ada yang seolah berbisik padanya dibanding merasa ada yang aneh pada psikologis Lalit. Tentu saja, ini karena tidak ada yang peka pada kesehatan mental. Berdasarkan kesimpulan beberapa ahli, Lalit mengalami psikosis.
Meskipun saya bukan penyuka genre horor dan thriller, bagi saya film dokumenter ini memang sangat menarik untuk ditonton. Awalnya sekadar penasaran, pada akhirnya malah merasa sedih dan diajak untuk lebih peka pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Bahwa merasa ada bisikan gaib karena gangguan mental itu nyata adanya.
Film dokumenter ini memang tidak menampilkan secara utuh kondisi para mayat, tetapi kesan horornya tetap terasa. Potongan foto dan video asli bertebaran sepanjang alur film. Yang juga menarik adalah bagaimana sebagian isi buku diari dibacakan. Bikin merinding sekaligus terkejut.
Meski pada akhirnya pihak kepolisian menetapkan peristiwa ini sebagai accidental death, tetapi rasanya tetap ada yang belum selesai. Masih ada pertanyaan yang belum terjawab, bahkan mungkin tidak akan pernah terjawab.
Sumber Gambar: YouTube Netflix India