Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Warga Jawa Timur yang Mau Merantau ke Jogja

Jelang Hardika oleh Jelang Hardika
17 Februari 2023
A A
3 Hal yang Perlu Diperhatikan Warga Jawa Timur yang Mau Merantau ke Jogja

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Warga Jawa Timur yang Mau Merantau ke Jogja (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seseorang yang lahir di Jombang, lalu melanjutkan kuliah empat tahun di Malang, dan bekerja sambil lanjut kuliah di Surabaya selama tiga tahun, saya cukup pede mengatakan kalau saya sangat memahami budaya dan ciri khas orang Jawa Timur. Namun, sejak 2019, saya memutuskan pindah domisili ke Jogja. Ternyata meskipun sama-sama berada di Pulau Jawa, Jawa Timur dan Jogja memiliki perbedaan yang mencolok dalam beberapa hal.

Sebagai orang Jawa Timur yang lebih dulu merantau ke Jogja, saya mau memberi sedikit informasi pada warga Jawa Timur yang akan kuliah atau bekerja di Jogja. Setidaknya ada tiga hal yang perlu Anda perhatikan sebelum merantau ke Kota Gudeg ini:

Makanan Jawa Timur dan Jogja

Lantaran manusia makan tiga kali sehari, bahkan ada yang lebih, tentu makanan jadi faktor utama yang perlu diperhatikan perantau. Anda perlu memahami sekaligus mengakui bahwa makanan Jogja memang cenderung manis. Maka nggak heran kalau gudeg jadi salah satu makanan khasnya.

Beda sekali dengan makanan Jawa Timuran yang dominan gurih pedas. Meskipun di Jogja ada beberapa makanan khas Jawa Timur seperti soto Lamongan, pecel lele Lamongan, atau pecel Madiun, Anda perlu berlapang dada kalau rasanya beda dengan yang di Jawa Timur. Yah, mungkin karena penjualnya bukan orang Jawa Timur asli kali, ya. Beda sama sate Madura yang kebanyakan dijual orang Madura. Hayo, memangnya pernah ketemu sate Madura tapi yang jualan wong Bantul atau Jogja? Pasti jarang.

Sebenarnya nggak masalah sih kalau kuliner khas suatu daerah dimasak oleh orang lain yang bukan berasal dari daerah tersebut. Asalkan resepnya memang autentik, nggak banyak dicampur-campur yang bikin rasanya jadi aneh.

Satu lagi yang perlu Anda sadari, di Jawa Timur Anda pasti sudah akrab banget dengan yang namanya petis. Tahu tek, tahu campur, kupang, rujak cingur, sampai lontong balap mengandung unsur petis. Anda perlu tahu, selama empat tahun saya tinggal di Jogja, orang Jogja nggak terdoktrin memakai petis dalam kulinernya. Jadi, kalau Anda mau mencari menu tahu tek, tahu campur, dll. yang ada petisnya, Anda perlu legowo karena cukup sulit menemukannya alias langka.

Gaya bahasa

“Mas e orang Jawa Timur, ya?” begitulah pertanyaan yang sering saya dapat. Mulai dari driver ojol, penjaga warung, sampai warga sekitar puskesmas tempat saya bekerja dulu, banyak yang menanyakan kalimat itu pada saya.

“Oh, iya, saya dari Jombang, Jawa Timur. Kok tahu?” jawab saya pada yang bertanya karena penasaran sekaligus senang karena di-notice sebagai orang Jawa Timur.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Tak jarang jawaban yang saya dapatkan kurang lebih gini, “Iya, Mas, soale agak kasar logat e.”

Deg. Awalnya saya senang karena di-notice, eh jadi sedih dong. Ternyata orang Jawa Timur dianggap berlogat kasar. Huhuhu. Ya nggak apa-apa, sih, sebab sebagian besar orang Jawa Timur sendiri memang menilai orang Jawa Tengah dan Jogja itu halus-halus. Jadi, anggap saja saling melengkapi lah.

Maksud saya gini, nggak masalah Anda tetap membawa logat Jawa Timur ke Jogja. Justru kita harus bangga. Tapi, Anda perlu siap-siap jika ada orang yang kaget atau mungkin tersinggung dengan logat dan gaya bicara Anda. Cukup perlu siap mawon, lho. Saya nggak menyarankan njenengan belajar boso kromo halus, kok. Wong saya yang sudah empat tahun tinggal di Jogja juga nggak bisa~

Budaya berkendara dan lalu lintas

Sebelum saya bekerja dan menetap di Jogja, selama tiga tahun saya kuliah profesi psikolog di Jawa Timur, lebih tepatnya di Surabaya. Macet, panas, dan banjir sudah jadi hal yang biasa di Surabaya, bahkan wajib. Kondisi dan situasi Surabaya yang kayak gitu jelas bikin kesal, ditambah ciri khas wong Suroboyo yang blak-blakan mungkin turut membentuk budaya berlalu lintas di sana.

Misalnya saat lampu merah. Bukan pemandangan aneh kalau banyak kendaraan, utamanya pemotor, yang sudah maju ke depan melewati garis sebelum lampu hijau. Dan begitu lampu merah berganti hijau sedetik saja, suara klakson sudah kayak orkestra. Rame! Kalau ada yang masih menerobos lampu merah dari arah samping kanan atau kiri, kata-kata kasar Jawa Timuran sejenis cok, dkk. sudah jadi hal yang biasa di Surabaya.

Celakanya, saya buta akan budaya berlalu lintas di Jogja. Lantaran terbiasa berkendara di Surabaya, kebawa deh budaya berlalu lintas itu ke Jogja. Saat lampu merah, kendaraan depan nggak jalan, ya saya hujani dengan klakson. Saat kendaraan dari samping kanan atau kiri ngeyel nerobos, ya saya marahi. Kadang pakai klakson panjang, kadang pakai mulut. Tergantung mood.

Akan tetapi, lama-lama tinggal di Jogja, saya jadi sadar. Kok yang suka memencet klakson di lampu merah cuma saya? Kok ada banyak kendaraan menerobos lampu merah dari arah kanan atau kiri yang dibiarin padahal lampu di jalur saya sudah hijau? Saya jadi berpikir dan malu sendiri. Akhirnya pelan-pelan saya mengikuti budaya berlalu lintas warga Jogja.

Jadi, bagi Anda warga Jawa Timur yang berencana merantau ke Jogja, saya harap Anda mengikuti budaya berlalu lintas orang Jogja yang sebenarnya baik. Saya jadi berpikir, kalau ada sepuluh orang Jawa Timur di setiap lampu merah, jangan-jangan budaya lalu lintas orang Jogja yang sudah baik malah ketularan wong Suroboyo. Wqwqwq.

Penulis: Jelang Hardika
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kalau Nggak Pernah Merantau, Baiknya Nggak Usah Bacot.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2023 oleh

Tags: jawa timurJogjamerantau
Jelang Hardika

Jelang Hardika

Pria (29), suka dengerin curhatan, kadang jadi pusat perhatian mahasiswa(i).

ArtikelTerkait

Malang Masa Kini Berpotensi Tidak Enak Ditinggali seperti Jakarta (Unsplash) hidup di malang

Malang Dulu Ramah untuk Tempat Tinggal tapi Kini Sudah Hampir Mirip Jakarta Berkat Kemacetan dan Parkir Liar yang Menjadi Penyakit

11 Mei 2025
Kebumen Bukan Sebatas Tempat Singgah di Antara Jogja & Purwokerto (Pexels)

Kebumen Bukan Sebatas Tempat Singgah di Antara Jogja dan Purwokerto

17 Februari 2025
5 Tips Jajan Gudeg Jogja yang Asli Enak, Nggak Cuma Modal Viral Mojok.co

5 Tips Jajan Gudeg Jogja yang Asli Enak, Nggak Cuma Modal Viral

2 September 2025
Jadwal Operasional Bandara Dhoho Kediri Mundur (Lagi), Warga Sudah Nggak Kaget

Jadwal Operasional Bandara Dhoho Kediri Mundur (Lagi), Warga Sudah Nggak Kaget

16 Januari 2024
Jalur Alas Pujon Malang Menyimpan Bahaya bagi Pengendara (Unsplash)

Jalur Alas Pujon Malang Menyimpan Bahaya bagi Pengendara

16 Juni 2023
Hal-hal yang Lumrah di Jogja, tapi Tidak Biasa di Semarang Mojok.co

Hal-hal yang Lumrah di Jogja, tapi Tidak Biasa di Semarang

29 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.