Sebagai orang Sunda yang baru pertama kali datang ke Jogja, tentu yang ada di bayangan adalah keindahan kota Jogja seperti yang sering diromantisisasi banyak pujangga dan karya sastra. Yah, meskipun romantis atau nggaknya Jogja tergantung dari orang yang datang, sih. Maksudnya gini, kalau datang dalam keadaan jomblo dan pulang dari Jogja masih tetap jomblo, kayaknya sih nggak ada romantis-romantisnya.
Nah, sebagai orang yang pernah datang ke Jogja, rasa-rasanya kok saya harus memberitahukan 3 hal sepele yang saya alami sendiri kepada kawan-kawan USA alias urang Sunda asli. Tujuannya apalagi kalau bukan agar teman-teman saya yang orang Sunda ini nggak syok saat main-main ke Jogja. Berikut 3 hal sepele yang perlu diperhatikan.
#1 Es teh
Di Jawa Barat, ketika kita memesan es teh di rumah makan, pasti yang datang adalah segelas es tawar yang diberi es. Kecuali jika kita menambahkan kalimat, “Pakai gula ya, A,” atau sejak awal kita bilang, “Pesan es teh manis, A.” Nah, di Jogja, setting-an default-nya teh itu pakai gula alias pasti kita dikasih teh manis walau nggak bilang.
Perbedaan lainnya perkara es teh ini adalah harga teh tawar dan teh manis di Jawa Barat umumnya berbeda Bahkan jika kita beruntung, di beberapa tempat makan kita bisa mendapat teh tawar secara gratis. Namun sebagai orang Sunda yang sedang berkunjung ke Jogja, alangkah terkejutnya saya lantaran di beberapa tempat makan yang saya kunjungi, pesan es teh tawar atau es teh manis harganya tetap sama, berkisar 3 ribu hingga 5 ribu rupiah per gelas.
Jadi, kalau dibilang harga makanan di Jogja murah, sebenarnya masih bisa diperdebatkan. Sebab, di Kota Pelajar pesan es teh tawar saja harus bayar. Lalu, kalau kamu nggak mau rugi dan nggak punya riwayat diabetes, mending pesan es teh manis sekalian deh lantaran harganya sama. Atau kalau memang pengin hemat nggak keluar uang sama sekali, pesan air putih saja lah.
#2 Mi ayam
Jika saya ingatkan teman-teman saya yang orang Sunda soal rasa gudeg yang manis tentu sudah nggak aneh. Lantaran rasa gudeg ya memang manis. Namun, ada satu lagi makanan yang juga disajikan manis di sini dan itu agak bikin lidah USA (urang Sunda asli) saya syok, yakni mi ayam. Sumpah, mi ayam di Jogja manis banget!
Ketika memesan makanan dan kita menginginkan rasa pedas atau nggak pedas tentu nggak susah. Tinggal pesan pada penjual agar cabainya nggak terlalu banyak atau dibanyakin. Ha, kalau kasus mi ayam manis ini beda, Gaes, lantaran rasa manisnya yang pol-polan ada di bumbu dan topping ayamnya. Kalau minta manisnya dikurangi, artinya mengurangi porsi mi ayam itu sendiri, dong? Makanya saya nggak merekomendasikan kawan-kawan Sunda saya makan mi ayam di Jogja, kecuali dibeliin orang lain. Nggak apa-apa lah kemanisan dikit yang penting gratis saling menghargai.
#3 Rokok
Hal terakhir yang sebaiknya diperhatikan orang Sunda saat berkunjung ke Jogja ini khusus buat sobat Sunda saya yang suka ngudud. Pastikan merek rokok favorit kalian dijual di Jogja, Gaes. Coba tanya teman atau kenalan yang ada di Jogja sebelum berangkat ke Kota Gudeg, takutnya rokok favorit kalian nggak ada yang jual.
Beberapa waktu lalu saya pergi ke Jogja dan cuma membawa 1 bungkus rokok Djarum Coklat Ekstra. Begitu rokok yang saya bawa habis, saya pun mencari ke warung-warung di sekitaran tempat menginap. Eh, ternyata, rokok Djarum Coklat baik yang varian kretek, ekstra maupun filter nggak ada, dong. Di minimarket seperti Alfamart dan Indomaret pun nggak saya jumpai. Akhirnya mau nggak mau saya mengganti rokok sementara ke Djarum 76.
Tiga hal di atas memang kelihatannya sepele, namun sebenarnya berdampak besar pada kenyamanan kita saat berada di Jogja, lho. Jadi, buat kawan-kawan saya yang orang Sunda, mending perhatikan deh hal-hal di atas. Jangan sampai agenda wisata ke Jogja kalian jadi berantakan hanya karena hal sepele di atas.
Penulis: Yaser Fahrizal Damar Utama
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Reaksi Saya Sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas.