3 Hal Menyebalkan Angkot JakLingko dari Perspektif Pengendara Lain di Sekitarnya

4 Hal Menyebalkan yang Sering Saya Rasakan Ketika Naik JakLingko

4 Hal Menyebalkan yang Sering Saya Rasakan Ketika Naik JakLingko (Alex Neman via Wikimedia Commons)

Hadirnya masalah polusi di Jakarta yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas yang menjadi penyebab banyaknya korban sesak nafas, saat ini menjadi dasar gencarnya ajakan pemerintah untuk menaiki transportasi umum yang telah disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI. Ada ongkosnya yang didiskon seperti LRT, ada pula yang digratiskan seperti JakLingko.

JakLingko adalah sejenis angkot yang dihadirkan oleh Pemerintah Provinsi DKI untuk membantu mobilitas masyarakat secara gratis. Angkot yang menggunakan sistem tap cash atau cashless ini, baru beberapa tahun belakangan beroperasi. Tepatnya pada November 2018 lalu di Jakarta. Rutenya berbeda dari angkot-angkot yang sebelumnya sudah lebih dahulu ada.

Meski gratis, aturan yang perlu dilakukan calon pengguna sebelum naik JakLingko untuk pertama kalinya. Yaitu, calon pengguna diharuskan membeli kartu JakLingko terlebih dahulu di halte atau terminal untuk tap setiap menaiki angkot JakLingko.

Selain itu, untuk menyetop angkot ini, masyarakat harus berada di depan lokasi plang biru yang telah disediakan khusus oleh Pemprov DKI untuk pick-up dan drop-off JakLingko. Dengan begitu, jenis angkot yang baru ini nggak bisa sembarangan di-stop. Tidak seperti angkot-angkot kebanyakan yang ada di Indonesia. Jadi, jangan sekali-sekali menyetop di sembarang tempat ya. Angkot ini nggak akan mau berhenti, kecuali sopirnya nakal, menyeleweng dari peraturan yang ada.

JakLingko sebenarnya telah memberikan banyak kemudahan. Khususnya pada masyarakat kelas menengah ke bawah dalam mobilitas sehari-sehari. Namun, di samping itu JakLingko sendiri menjadi salah satu transportasi umum yang sering membahayakan dan membuat jengkel pengendara lain di jalan raya. Apa saja itu? Berikut daftarnya.

Sopir JakLingko sering melupakan batas kecepatan maksimum berkendara

Hal ini sebenarnya penting demi kenyamanan penumpang JakLingko. Sang sopir sering kali melupakan batas maksimum dalam berkendara di jalan raya. Selain dapat membahayakan si pengemudi dan penumpangnya sendiri, juga membahayakan pengendara lain di sekitarnya. Mereka para sopir JakLingko yang sering ugal-ugalan seolah berpikiran bahwa di jalan raya hanya ada JakLingko saja.

Lagipula JakLingko itu sendiri sistemnya bukan setoran. Saya penasaran apa sih yang dikejar oleh sang sopir? Karena nggak hanya satu dua loh sopir JakLingko yang begini. Pengendara lain pun banyak juga yang merasakan dan mengeluhkan jenis transportasi umum ini begitu berbahaya.

Baca halaman selanjutnya: Sering langsung ambil kiri padahal jalur kiri sedang ramai…

Sering langsung ambil kiri padahal jalur kiri sedang ramai

Hal lainnya yang sering membuat saya kesal adalah lokasi plang biru untuk drop off dan pick up yang disediakan sering kali berada di tempat yang nggak seharusnya karena lokasi plang rawan macet. Seperti contoh salah satunya yaitu di pertigaan lalu lintas daerah Palmerah, Jakarta. Lokasi plang biru di daerah ini berada tepat di bagian kiri pemberhentian lampu lalu lintas. Sementara JakLingko tersebut rutenya ke kanan arah Rawa Belong atau Kebon Jeruk.

Biasanya sang sopir terlebih dahulu mengambil jalur kanan, untuk berjaga-jaga jika tidak ada calon penumpang, mereka nggak perlu ambil kiri dan bisa langsung ke kanan. Tetapi jika ada calon penumpang yang menunggu, mereka langsung ambil kiri. Tentu saja bikin kagok pengendara lain yang berada di belakangnya.

Sebaiknya petugas terkait bisa menempatkannya di lokasi yang nggak berada tepat di daerah lampu lalu lintas. Agar nggak bikin macet dan menyusahkan orang yang ingin belok kiri langsung arah Senayan dan Lebak Bulus.

Sering berhenti bukan pada tempatnya

Meskipun nggak pernah mengetem sembarangan. Namun, mungkin karena lokasi plang biru yang nggak menentu penempatannya, sopir JakLingko yang menyeleweng pun cenderung sering drop off dan pick up sembarangan nggak pada tempatnya. Atau mungkin karena sang sopir memiliki sifat yang nggak enakan terhadap penumpang. Tetapi yang jelas perilaku ini cukup bikin saya jengkel. Sebab, hal tersebut sering bikin macet dan kagok pengendara lainnya. Apa yang berbeda kalau begitu dengan sistem pemberhentian angkot mainstream lainnya?

Nah, itulah hal-hal yang menyebalkan dari JakLingko menurut saya sebagai pengendara lain yang sering bersinggungan dengan JakLingko sehari-harinya di jalan raya. Harapan saya semoga sistemnya semakin ke depan semakin membaik. Dengan demikian, selain dapat membuat nyaman penumpang, juga dapat membuat nyaman pengendara lainnya.

Dengan begitu, semua sama-sama merasa enak. Tanpa ada rasa jengkel dan khawatir akan bahaya yang diciptakan oleh JakLingko.

Penulis: Muchlis Amin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal Menyebalkan yang Sering Saya Rasakan Ketika Naik JakLingko

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version