Hadirnya masalah polusi di Jakarta yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas yang menjadi penyebab banyaknya korban sesak nafas, saat ini menjadi dasar gencarnya ajakan pemerintah untuk menaiki transportasi umum yang telah disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI. Ada ongkosnya yang didiskon seperti LRT, ada pula yang digratiskan seperti JakLingko.
JakLingko adalah sejenis angkot yang dihadirkan oleh Pemerintah Provinsi DKI untuk membantu mobilitas masyarakat secara gratis. Angkot yang menggunakan sistem tap cash atau cashless ini, baru beberapa tahun belakangan beroperasi. Tepatnya pada November 2018 lalu di Jakarta. Rutenya berbeda dari angkot-angkot yang sebelumnya sudah lebih dahulu ada.
Meski gratis, aturan yang perlu dilakukan calon pengguna sebelum naik JakLingko untuk pertama kalinya. Yaitu, calon pengguna diharuskan membeli kartu JakLingko terlebih dahulu di halte atau terminal untuk tap setiap menaiki angkot JakLingko.
Selain itu, untuk menyetop angkot ini, masyarakat harus berada di depan lokasi plang biru yang telah disediakan khusus oleh Pemprov DKI untuk pick-up dan drop-off JakLingko. Dengan begitu, jenis angkot yang baru ini nggak bisa sembarangan di-stop. Tidak seperti angkot-angkot kebanyakan yang ada di Indonesia. Jadi, jangan sekali-sekali menyetop di sembarang tempat ya. Angkot ini nggak akan mau berhenti, kecuali sopirnya nakal, menyeleweng dari peraturan yang ada.
JakLingko sebenarnya telah memberikan banyak kemudahan. Khususnya pada masyarakat kelas menengah ke bawah dalam mobilitas sehari-sehari. Namun, di samping itu JakLingko sendiri menjadi salah satu transportasi umum yang sering membahayakan dan membuat jengkel pengendara lain di jalan raya. Apa saja itu? Berikut daftarnya.
Sopir JakLingko sering melupakan batas kecepatan maksimum berkendara
Hal ini sebenarnya penting demi kenyamanan penumpang JakLingko. Sang sopir sering kali melupakan batas maksimum dalam berkendara di jalan raya. Selain dapat membahayakan si pengemudi dan penumpangnya sendiri, juga membahayakan pengendara lain di sekitarnya. Mereka para sopir JakLingko yang sering ugal-ugalan seolah berpikiran bahwa di jalan raya hanya ada JakLingko saja.
Lagipula JakLingko itu sendiri sistemnya bukan setoran. Saya penasaran apa sih yang dikejar oleh sang sopir? Karena nggak hanya satu dua loh sopir JakLingko yang begini. Pengendara lain pun banyak juga yang merasakan dan mengeluhkan jenis transportasi umum ini begitu berbahaya.
Baca halaman selanjutnya: Sering langsung ambil kiri padahal jalur kiri sedang ramai…