Wajib menampilkan daftar harga bagi rumah makan
Seorang teman yang sedang berwisata di Jogja tetiba mengeluh sehabis makan malam di warung oseng-oseng mercon yang terkenal itu. Teman saya dan istrinya asal pesan saja tanpa tanya harga terlebih dahulu mengingat detail warung yang biasa saja membuat teman saya pede pasti harganya normal-normal saja. Betapa terkejutnya teman saya ketika harus membayar ratusan ribu rupiah setelah menikmati dua porsi oseng-oseng mercon. Teman saya merasa dituthuk, dan tentu sebagai warga Jogja saya jelas malu oleh tingkah laku oknum warung tersebut.
Hal yang berbeda terjadi berbeda ketika saya sedang makan malam di sebuah warung nasi liwet di Solo. Saya terkejut ketika melihat papan daftar menu disertai harga segede gaban terpampang di warung lesehan tersebut. Saudara saya menjelaskan bahwa kebijakan untuk memasang harga daftar menu tersebut merupakan peraturan dari Pemkot Solo. Jogja nggak pengin bikin peraturan kayak gini nih?
Pemimpin Solo aktif di medsos
Mempunyai kepala daerah yang aktif di media sosial ternyata merupakan sebuah nilai tambah. Tengok saja akun twitter Wali Kota Solo, mengudara dengan akun @gibran_tweet, Pak Walikota Solo tersebut terpantau acap kali menjawab keluh kesah atau laporan dari warganya. Hal ini membantu warga melaporkan banyak hal tanpa harus melewati administrasi yang kelewat panjang. Tapi, yang lucu adalah banyak warga daerah lain yang memilih lapor ke Mas Wali, entah iseng-iseng atau memang hilang harapan sama daerahnya sendiri. Contohnya adalah sempat ada warga Jogja yang ikut melapor ke akun @gibran_tweet perihal klitih ataupun jalan yang berlubang.
Itulah tigal hal yang wajib ditiru Jogja dari Solo. Semoga dengan diterapkannya ketiga hal tersebut dapat membuat warga Jogja dan wisatawan menjadi nyaman.
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jogja di Mata Orang Solo: Saya Tak Punya Cukup Alasan Membenci Jogja