3 Dosa Warung Mie Ayam yang Paling Banyak Dikeluhkan Pelanggan

3 Dosa Warung Mie Ayam yang Paling Banyak Dikeluhkan (Midori via Wikimedia Commons)

3 Dosa Warung Mie Ayam yang Paling Banyak Dikeluhkan (Midori via Wikimedia Commons)

Warung mie ayam adalah penyelamat. Sejak masih kuliah, yang mana itu sudah lebih dari 1 dekade yang lalu, saya tak pernah jauh dari mie ayam. Kalau ingin makan tapi malas kekenyangan, kuliner ini yang selalu menjadi pilihan saya.

Namun, ada kalanya saya mengeluh habis-habisan selesai makan siang di sebuah warung mie ayam. Rasanya ada yang salah dan sangat mengganggu saya sebagai pelanggan. Untuk membuktikan bahwa kekesalan ini valid, saya ngobrol dengan istri dan beberapa teman.

#1 Banyak warung mie ayam yang tidak menyediakan tisu

Warung mie ayam itu, biasanya kecil dan tidak menggunakan atap yang bisa menahan panas. Bayangin aja kamu makan siang, menyantap semangkuk mie ayam, mengguyurnya dengan sambal, dan makan selagi panas. Tidak mungkin kamu tidak keringetan.

Maka sudah sewajarnya kalau si penjual menyediakan tisu. Baik untuk menyeka keringat sampai membersihkan bibir sisa minyak dan sambal. Namun, ada saja warung mie ayam yang tidak menyediakan tisu. Bagi saya, ini aneh sekali. Kalau kata istri saya, sungguh merepotkan. Masak mau menyeka keringat dan bibir dengan lengan baju?

Kalau teman saya, mungkin si penjual tidak ingin warungnya kotor dengan ceceran tisu bekas. Rada masuk akal tapi kalau kata saya, ya sudah risiko warung, nggak sih? Gimana kalau mie ayam pelanggan tumpah? Es teh tumpah di meja? Mau lap pakai apa?

#2 Sudah menyediakan tisu, tapi tisu toilet

Nah, yang kedua, ada warung mie ayam yang mau agak usaha dikit soal tisu. Mereka menyediakan tisu di setiap meja. Terlihat sangat proper dan bikin lega jaga-jaga ada es teh tumpah. Eh, setelah mengamati betul, ternyata mereka menggunakan tisu toilet. Yang modelnya gulungan itu.

Tisu yang seharusnya dipakai untuk membersihkan area intim, mau untuk mengelap mulut? Kan, aneh, ya. 

Hanya ada satu jawaban untuk kegilaan ini, yaitu usaha warung mie ayam untuk menghemat pengeluaran. Menurut penuturan teman saya, sebuah warung makan pakai tisu toilet juga karena pelanggan sendiri. Banyak pelanggan yang nggak kira-kira pakai tisu wajah. 

Misalnya, sebenarnya cukup mengambil 2 lembar untuk menyeka bibir. Tapi ada saja yang ngawur ngambil sampai 5 lembar. Ujungnya jadi boros dan sampah tisu jadi menumpuk. Belum lagi kalau warung mie ayam tersebut ramai pelanggan. Si penjual dan tenaganya tidak sempat membersihkan. Alhasil, pemandangan jadi rada kumuh.

#3 Jumlah sumpit lebih banyak dibandingkan garpu

Saya sangat sering menyaksikan hal ini. Jadi, di luar sana, ada banyak orang yang belum bisa memakai sumpit. Ada yang bisa, tapi nggak mahir. Masalahnya, ada warung mie ayam yang kurang peka akan hal ini. Mereka menyiapkan sumpit lebih banyak ketimbang garpu.

Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang. Pertama, konsep makan mie menggunakan sumpit. Kedua, membersihkan sumpit lebih cepat ketimbang garpu. Apalagi kalau tidak menggunakan sabun cuci yang bagus, bekas makanan dan minyak di garpu sulit dibersihkan.

Ketiga, kurang cekatan membersihkan garpu. Sehingga, jumlah sumpit di meja lebih banyak dari garpu. Meski terlihat sepele, tapi ini bisa membuat pelanggan mengeluh dan jengkel. 

Demikian 3 dosa yang bikin saya mengeluh. Dan ternyata, di luar sana, banyak yang mengeluhkan hal yang sama. Mau nggak balik lagi ke warung mie ayam tersebut, tapi kok enak. Jadinya serba dilema.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 3 Ciri Warung Mie Ayam di Jogja yang Bakal Dijauhi Pelanggan karena Bikin Kecewa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version