Warung mie ayam adalah penyelamat. Sejak masih kuliah, yang mana itu sudah lebih dari 1 dekade yang lalu, saya tak pernah jauh dari mie ayam. Kalau ingin makan tapi malas kekenyangan, kuliner ini yang selalu menjadi pilihan saya.
Namun, ada kalanya saya mengeluh habis-habisan selesai makan siang di sebuah warung mie ayam. Rasanya ada yang salah dan sangat mengganggu saya sebagai pelanggan. Untuk membuktikan bahwa kekesalan ini valid, saya ngobrol dengan istri dan beberapa teman.
#1 Banyak warung mie ayam yang tidak menyediakan tisu
Warung mie ayam itu, biasanya kecil dan tidak menggunakan atap yang bisa menahan panas. Bayangin aja kamu makan siang, menyantap semangkuk mie ayam, mengguyurnya dengan sambal, dan makan selagi panas. Tidak mungkin kamu tidak keringetan.
Maka sudah sewajarnya kalau si penjual menyediakan tisu. Baik untuk menyeka keringat sampai membersihkan bibir sisa minyak dan sambal. Namun, ada saja warung mie ayam yang tidak menyediakan tisu. Bagi saya, ini aneh sekali. Kalau kata istri saya, sungguh merepotkan. Masak mau menyeka keringat dan bibir dengan lengan baju?
Kalau teman saya, mungkin si penjual tidak ingin warungnya kotor dengan ceceran tisu bekas. Rada masuk akal tapi kalau kata saya, ya sudah risiko warung, nggak sih? Gimana kalau mie ayam pelanggan tumpah? Es teh tumpah di meja? Mau lap pakai apa?
Baca halaman selanjutnya: Inilah 3 dosa yang paling sering membuat pelanggan mengeluh.