3 Bisnis yang Sulit Ditemukan di Sambiroto Semarang, Bisa Jadi Peluang untuk Mengais Cuan

3 Bisnis yang Sulit Ditemukan di Sambiroto Semarang, Bisa Jadi Peluang untuk Mengais Cuan

3 Bisnis yang Sulit Ditemukan di Sambiroto Semarang, Bisa Jadi Peluang untuk Mengais Cuan (unsplash.com)

Sebagai salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Tembalang, Semarang, Sambiroto termasuk dalam kawasan padat penduduk. Perkembangan di area ini terbilang cepat. Wajar, banyak bisnis berskala besar yang memperluas ekspansi pasar hingga ke Sambiroto. Misalnya saja merek makanan cepat saji McD, KFC, dan Richeese Factory yang selama ini dikenal beroperasi hanya di lingkup pusat kota. Fakta ini terdengar unik mengingat beberapa dekade lalu, tak jarang transportasi publik enggan menyambangi wilayah ini karena akses jalan yang buruk.

Sebagai daerah pinggiran yang tengah bertumbuh, Sambiroto jelas memiliki potensi pasar bagi pemeluk kapitalisme. Perumahan-perumahan baru marak dibangun. Belum lagi berbagai fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, dan perguruan tinggi juga berceceran di seputar kawasan ini yang kian menjadi magnet manusia.

Rentetan usaha silih berganti di Sambiroto demi mengulik rezeki. Dari sekian banyak macam usaha yang berdiri di sepanjang jalanan Sambiroto Semarang, nyatanya masih ada sederet jenis bisnis yang sukar ditemukan. Boleh jadi, bisnis langka semacam ini dijadikan peluang guna mengais cuan.

#1 Warung kuliner untuk mewadahi kebutuhan penganut vegan dan vegetarian nyaris tidak bisa ditemukan di Sambiroto Semarang

Gaya hidup sehat sudah menjadi bagian dari masyarakat. Terlebih isu mengenai menjulangnya pengidap penyakit kronis di kalangan anak muda semakin mendorong kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk menekan risiko tersebut adalah dengan menerapkan konsep hidup vegan maupun vegetarian.

Sebagai lokasi yang dipenuhi pekerja dan mahasiswa dengan waktu luang sedikit, rutinitas mengolah makanan sendiri menjadi sesuatu yang agak sulit dilaksanakan. Alhasil, kebanyakan dari mereka mengandalkan rumah makan sekitar. Sayang, barisan warung makan yang ada di Sambiroto kurang dapat memenuhi ekspetasi para penganut aliran vegan dan vegetarian lantaran keterbatasan variasi sajian. Paling banter hanya olahan sayur yang membosankan.

Sementara, ada kalanya tipe konsumen tersebut ingin mencicipi hidangan non-hewani yang bercita rasa mirip daging. Daging tiruan atau seitan ini nyaris tidak bisa ditemukan di rumah makan yang berada di Sambiroto Semarang. Kondisi ini memunculkan peluang penggiat usaha kuliner guna membuka warung makan yang kaya akan menu vegan dan vegetarian.

#2 Kafe dengan konsep co-working tanpa memberatkan kantong dibutuhkan di sini

Tingginya angka mahasiswa dan pekerja di Sambiroto Semarang sejatinya juga dapat dimanfaatkan untuk membuka co-working space. Celakanya, mayoritas kafe di daerah ini mengusung konsep lawas sebagai ruang untuk bercengkrama sejenak saja. Padahal kebiaaan menyelesaikan tugas dan pekerjaan di kafe sudah mendarah daging semenjak skema bekerja secara remote diaplikasikan pasca pandemi.

Meskipun ada satu atau dua kafe semacam ini, syaratnya cukup ribet. Contohnya, ada minimum nominal pembelian makanan atau minuman yang berlaku sebagai tiket masuk working space selama tiga jam saja. Tak heran, sejumlah mahasiswa memilih McD atau KFC sebagai alternatif lokasi menuntaskan tugas mereka karena tidak ada syarat pembelian minimum meski terkadang keputusan ini mengundang nyinyiran pembeli lain. Akan menjadi kesempatan berbuah manis apabila ada pelaku usaha yang bersedia membuka co-working space di Sambiroto.

#3 Toko zero waste yang menyediakan beragam produk ramah lingkungan

Di samping menanjaknya kesadaran akan kesehatan, isu pelestarian alam juga mulai banyak diperhatikan. Masyarakat yang paham akan pentingnya menjaga ekosistem berlomba-lomba mengurangi pemakaian plastik. Sialnya, niat baik mereka ini kurang didukung lingkungan yang masih mengagungkan budaya konsumerisme.

Buktinya, jaringan minimarket tumbuh subur di wilayah Sambiroto Semarang. Jelas, produk yang dijual di etalase dikemas dengan bahan plastik yang sulit terurai. Padahal, konsumen sesungguhnya hanya butuh isi produk, buka pembungkusnya. Seandainya ada pelaku usaha yang terketuk hatinya untuk mendirikan toko zero waste yang memfasilitasi pembelian isi ulang produk, warga sekitar mungkin semakin semangat berpartisipasi dalam usaha memelihara tren gaya hidup berkelanjutan.

Sambiroto, dengan lokasinya yang strategis dan pertumbuhan yang dinamis, membuka pintu lebar bagi para pelaku usaha yang hendak menjajal keberuntungannya di Semarang. Bermodalkan pertumbuhan yang pesat dan karakteristik penduduk yang bermacam-macam, sederet ide usaha yang tampak mengawang sebenarnya tidak mustahil jika dieksekusi. Sebab, preferensi masyarakat sekarang semakin mengerucut dengan pasar yang semakin tersegmentasi.

Yang terpenting, menjadi pengusaha tidak lantas artinya mengejar profit semata. Namun, mengutamakan sustainability adalah fokus yang tak mungkin dikesampingkan.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sambiroto, Sebaik-baiknya Daerah untuk Ditinggali di Semarang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version