Belakangan ini karena pandemi orang beramai-ramai mulai mati gaya. Sebagian orang yang biasa berkegiatan di luar mulai mengalihkan kegiatannya jadi dari rumah aja. Tapi itu hanya sebagian, selebihnya adalah orang yang kegiatan sehari-harinya benar-benar nggak bisa dilakukan di rumah atau dari rumah. Mati gaya, udah. Kebingungan nggak tahu akan ngapain lagi. Alhasil, paling banter ya kegiatannya meromantisisasi masa lalu lewat status WhatsApp.
Kalian pernah ketipu gitu nggak sih, misal temen kalian bikin status foto lagi berkegiatan apa gitu atau lagi jalan di mana gitu. Saya sering banget soalnya. Pas dikonfirmasi, ternyata kata dia, “Yaelah itu foto lama kok.” Hmmm. Mau diblokir, sayang. Soalnya teman saya dia doang.
Sebenarnya wajar sih orang melakukan itu—apalagi sedang pandemi kayak gini. Entaah dia memang sengaja ingin dipersepsikan orang sedang pada posisi dalam foto itu alias tidak sedang menganggur-nganggur amat, atau sekadar ingin mengekpresikan saja apa yang sedang dia kenang di hari itu. Bisa juga dia sekadar iseng pengin menarik perhatian doi. Bahasa nakalnya, mau merangsang doi biar bergairah untuk reply status gitu. Ciye.
Biasanya orang tidak cuma menyetatuskan foto-foto lama dianggap paling keren, membahagiakan, membanggakan. Mereka juga akan posting foto tentang momen-momen paling menyedihkan. Pokoknya mengikuti suasana hati. Yang pasti, masing-masing orang punya alasan tersendiri untuk melakukan hal itu.
Alasan update status WhatsApp pakai foto lama #1 Jenuh
Tipe orang ini tipe orang yang suka menghibur diri. Ketika orang merasa jenuh dengan keseharian, entah itu keseharian yang begitu melelahkan atau keseharian yang sangat membosankan, orang cenderung suka mengingat atau bahkan memikirkan masa lalu yang menyenangkan untuk dikenang. Kenyataannya, berdasarkan studi ilmiah memang mengenang kenangan indah atau bahagia dapat meningkatkan perasaan positif dan meredam pelepasan hormon penyebab stres atau depresi.
Nah, orang-orang yang jenuh dengan keseharian ini alias gabut, paling suka melakukan hal ini, untuk menghibur diri. Tentu, daripada sekadar mengenang, sekalian saja diekspresikan lewat status.
Alasan update status WhatsApp pakai foto lama #2 Kesepian
Kalau tipe ini termasuk orang yang sedang mencari perhatian viewers karena kesepian dan sedang buntu-buntunya, bingung mau nyetatus apa, ya sudah pilihan paling gampang ya nyetatusin foto-foto masa lalu. Pokoknya yang penting nanti bakal ada yang reply itu status. Biar ada interaksi, jadi nggak kesepian lagi. Soalnya, nih, ya, mereka yang merasa kesepian biasanya karena dipicu oleh perasaan bahwa dirinya terisolasi dari hubungan sosial. Nah, mangkanya sosialisasi ini dirasa yang paling ampuh untuk mengusir kesepian.
Alasan update status WhatsApp pakai foto lama #3 Pamer
Nah, tipe ini yang paling banyak. Walaupun kadang disamar-samarkan dengan caption, tetap saja dalam diri seseorang ada niatan untuk pamer.
Pamer ini jadi media untuk seseorang supaya dapat pengakuan dari orang lain. Karena tidak ada sesuatu yang baru untuk dipamerkan, alternatifnya, mau tidak mau, ya, memamerkan masa lalu yang mungkin sempat terlewatkan atau mungkin belum diketahui viewers. Pokoknya tujuan akhirnya adalah diketahui dan diakui orang lain.
Baik itu untuk kebutuhan diakui, menghibur diri, atau mengusir sepi, tetap saja sesekali yang menengok status WhatsApp yang berisi foto lama bisa sebal karena kecele. Soalnya penonton sudah berasumsi status WhatsApp adalah cerita hari ini.
Bahkan beberapa orang bisa loh dibuat gelisah karena salah sangka ini. Misalnya, temen lagi unggah foto sedang berkegiatan bareng kawan-kawan sekumpulan, dan di situ kebetulan nggak ada kamu. Batinmu, ”Aseeem! Aku ora dijak, Ndesss!” begitu. Iya, tho? Terus pas kamu konfirmasi, ternyata itu foto lama. Wkwkwk.
BACA JUGA Ternyata Ngobrol via WhatsApp Bisa Bikin Urusan Jadi Rumit dan tulisan Muhammad Rohman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.