#2 Pelarian sementara
Di kampung tempat tinggal saya, mayoritas warga adalah penikmat lagu remix. Salah satu alasan mereka mendengarkan lagu genre ini adalah karena ingin menghilangkan beban hidup yang sudah terlampau banyak. Yah, semacam pelarian sementara lah dari penatnya beban kehidupan. Misal, ada seorang ibu rumah tangga tetangga saya yang suka mendengarkan lagu remix untuk joget-joget semata-mata demi menghilangkan sejenak kepenatan yang blio alami selama mengurus rumah tangga dan juga suaminya.
Beberapa kawan saya yang juga merupakan orang Palembang asli kadang datang ke tempat remix lalu jingkrak-jingkrak sejenak untuk melupakan masalah ekonomi yang tengah menggerogoti mereka. Walau ketika pulang beban hidup itu masih ada, setidaknya mereka bilang sudah cukup lega dengan berjingkrakan sementara mendengar lagu remix.
#3 Dari ajakan ke kebiasaan
Dulu waktu kecil saya nggak suka dengan lagu remix. Sebab, lagunya bikin pusing kepala dan bikin telinga saya berdengung saat mendengarnya. Namun setelah menginjak dewasa, beberapa kali saya datang ke acara pernikahan dan hiburan utamanya adalah lagu remix, dari sanalah saya yang tadinya nggak suka malah jadi menyukai lagu satu ini.
Contoh lainnya di pasar tradisional tempat saya berjualan daging. Di sana, ada orang Palembang yang menjadi pedagang ayam yang setiap hari menyetel lagu remix dengan pengeras suara andalannya yang volumenya super besar itu. Awalnya, orang-orang yang datang ke pasar risih dengan lagu yang dia setel, terutama beberapa penjual sayur dan bos daging sapi. Tapi, gimana sekarang? Tentu saja semua jadi terbiasa dan ikut menikmati musik remix. Bahkan ketika pasar sedang sepi pembeli, pedagang lain suka minta si tukang ayam buat menyalakan lagu remix. Hehehe, ada-ada saja, ya.
Ingat, lho, nggak semua orang yang suka lagu remix itu konotasinya negatif. Kalau kamu suka lagu remix juga nggak?
Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang.