#2 Upaya bertahan
Banyaknya warung nasi padang murah yang menyaingi nasi warteg juga dipengaruhi oleh sistem. Bayangkan kamu sebagai pelaku usaha warung nasi padang. Kemudian, kamu melihat satu per satu warung padang di sekelilingmu mulai putar haluan. Dari yang semula warung padang biasa dengan harga normal, tiba-tiba menjelma jadi warung padang murah meriah.
Lalu, kamu melihat bagaimana orang berduyung-duyung pergi ke warung tersebut. Jangan salahkan pembeli kalau mereka pilih yang lebih murah. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka berbuat demikian. Lambat laun, kamu sebagai pelaku usaha pun mulai goyah. Mau tidak mau harus ikut arus. Ganti haluan menjadi warung makan padang murah meriah, demi bisa bertahan di industri yang memang sengit ini.
#3 Adanya sistem franchise
Kalau dua poin sebelumnya dilihat dari kacamata warung nasi padang, sekarang mari kita lihat dari perspektif warteg. Jika kalian masuk ke warteg dengan harapan dapat harga murah tapi jebul mahal, bisa jadi kalian masuk ke warteg yang dibangun dengan sistem franchise.
Kenapa? Kalian baru tahu kalau warteg pun ada franchisenya? Itulah. Namanya juga industri.
Berdasarkan beberapa informasi, biaya paket kemitraan warteg ini berkisar antara 135-150 juta. Biaya tersebut, di luar biaya sewa tempat. Dengan biaya operasional yang begitu besar, tak heran jika harga yang ditawarkan di warteg franchise akan berbeda dengan warteg konvensional.
See? Jadi kelihatan kan kontrasnya. Yang nasi padang berlomba-lomba menyediakan makanan murah, yang warteg franchise makin menjamur di mana-mana. Bahkan, beberapa waktu terakhir ini warteg farnchise mulai bermunculan juga di tempat asalnya, Kota Tegal.
Pada akhirnya, pilihan kembali ke diri kita masing-masing. Mau ngejar makan siang di nasi padang murah meriah, atau beli nasi di warteg saja. Keduanya, sama baiknya. Asal ada duit buat bayar.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Warteg Pertama di Jogja Merekam Kebiasaan Makan Mahasiswa