3 Alasan Mencintai Karakter Anime dan Fiksi Lebih Sehat untuk Hati

Karakter anime (Unsplash.com)

Karakter anime (Unsplash.com)

Sudah sepatutnya kita mengakui bahwa jatuh cinta itu luas. Bentuknya bermacam-macam, bukan hanya satu atau dua jenis saja. Manusia bisa jatuh cinta pada siapa saja tanpa terkecuali. Entah itu pada orang yang terpaut perbedaan umur yang teramat jauh, orang asing yang baru ketemu, bahkan karakter anime dan fiksi dari serial favorit. Dan kini, jatuh cinta pada karakter anime dan fiksi sudah jadi hal yang lumrah. 

Untuk orang-orang yang tak pernah merasakan jatuh cinta jenis ini, wajar saja jika menganggap bahwa perasaan yang kami rasakan itu aneh dan cenderung tak masuk akal. Sebagai salah satu pecinta karakter anime dan fiksi, biar saya kasih tahu, ya, cinta jenis ini sebetulnya sama selayaknya mencintai manusia di dunia nyata.

Kami berdebar-debar setiap kali karakter yang kami sukai muncul dalam cerita.  Terkagum-kagum setiap kali dia menunjukan pesonanya. Kami salah tingkah dan senyum-senyum sendiri setiap kali bayangnya terlintas dalam kepala. Persis seperti jatuh cinta kepada sesama manusia.

Tahukah kamu, dalam mencintai karakter anime dan fiksi, terdapat beberapa tingkatan. Ada tipe yang jatuh cinta pada karakter anime dan fiksi, tapi juga punya kekasih di dunia nyata. Ada juga yang saking cintanya pada karakter anime dan fiksi, sampai nggak punya manusia dicintai. Bahkan, ada pula yang sampai memutuskan untuk “menikah” dengan karakter anime dan fiksi yang mereka cintai.

Menurut saya dan mungkin sebagian besar orang yang merasakan perasaan yang sama, mencintai karakter itu jauh lebih worth it dibanding mencintai manusia. Berikut alasannya.

#1 Minim patah hati

Mencintai manusia itu rentan menimbulkan luka batin yang sulit disembuhkan. Sementara itu, mencintai karakter anime dan fiksi, justru lebih mnim drama. Tetap ada gejolak, tapi biasanya nggak sampai bikin luka batin.

Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan dimensi yang kita tinggali dengan si karakter anime dan fiksi. Kita tinggal di dunia nyata yang penuh rasa sakit dan penderitaan, sedangkan karakter fiksi tinggal di dunia yang sudah dirancang dan ditentukan oleh pembuatnya.

Andai kata karakter anime dan fiksi yang kita sukai melakukan sesuatu yang menyebalkan dan dapat memicu patah hati, bukan kita yang mereka sakiti, namun karakter lain yang hidup satu dimensi dengannya.

Orang-orang yang jatuh cinta dengan karakter anime dan fiksi cenderung mampu mengendalikan harapan semenjak awal. Orang-orang ini tahu diri. Sosok yang mereka cintai berbeda dimensi. Alhasil, mereka jadi lebih pandai mengatur ekspektasi.

Beda cerita dengan mencintai manusia di dunia nyata. Kita lebih sulit mengendalikan harapan. Sudah begitu manusia lebih mudah menyakiti sesama. Baik lewat omongan, maupun perbuatan. Kalau sudah begitu, kalau sudah sakit hati, biasanya berbekas.

#2 Tipe idaman yang sulit didapatkan

Salah satu alasan seseorang bisa jatuh cinta pada karakter anime dan fiksi adalah mereka memiliki sifat-sifat seorang pasangan idaman. Sifat yang mungkin tak pernah kami jumpai di dunia nyata. Jangan salah, banyak manusia di luar yang tak pernah merasakan cinta bersama pasangannya. Yang ada adalah keterpaksaan.

Karakter anime dan fiksi digambarkan sempurna, tampil menawan, dan sedikit melakukan kesalahan. Dalam banyak kesempatan, kerap bikin kami meleleh.

Jika tidak menemukan karakter anime dan fiksi yang cocok, seseorang punya opsi untuk membuat karakter hasil karya sendiri. Jatuh cinta kepada sosok rekaan sendiri? Aman dari sakit hati.

Ini bukan hal yang aneh, kok. Nyatanya banyak komikus dan novelis yang jatuh cinta pada karakter ciptaannya sendiri. Alasannya, karakter tersebut merupakan gabungan dari ide tentang sosok idaman yang mereka inginkan.

#3 Dampak jika ketahuan lebih sedikit

Pernah ketahuan sedang jatuh cinta pada seseorang oleh teman-teman sekelas? Saya sempat merasakan hal yang satu ini dan rasanya menyebalkan sekali. 

Teman-teman sekelas saya yang punya jiwa mak comblang tingkat raja, sudah pasti langsung memanggil-manggil laki-laki yang saya sukai, lantas mengatakan padanya bahwa saya menyukainya.

Seketika overthinking saya bertambah. Bagaimana kalau dia risih? Bagaimana kalau salah tingkah saya jauh lebih terlihat olehnya semenjak dia tahu saya jatuh cinta padanya? Dan berbagai macam overthinking lainnya.

Semua hal ini tak akan terjadi jika yang kamu cintai adalah karakter anime dan fiksi. Saat teman-teman saya tahu, mereka hanya menganggap saya “aneh”.

“Kok bisa-bisanya punya perasaan pada orang yang tak ada di dunia?” Begitulah kiranya pikir mereka. 

Mereka tak bisa mengusik hubungan dan kisah cinta saya. Apalagi sampai membuat saya malu dengan menyatakan pada si karakter fiksi bahwa saya jatuh cinta padanya. Kan sudah saya bilang tadi, itu menyusahkan, mengingat adanya perbedaan dimensi antara saya dengan si karakter fiksi.

Nah, kiranya itulah alasan mencintai karakter anime dan fiksi jauh lebih enak dibanding mencintai orang di dunia nyata. Untuk pembaca sekalian yang pernah merasakan perasaan yang sama, pesan saya sih satu, cinta itu tak harus memiliki.

Ngomong-ngomong, kiranya apa yang membuat kalian senang memendam perasaan pada si dia yang beda dimensi?

Penulis: Diyah Nur Alifah

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Saya Orang Desa yang Memilih Pakai Jasa WO daripada Sistem Rewang untuk Pesta Pernikahan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version