Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

UIN Tidak Cocok Punya Fakultas Kedokteran, Terlalu Maksa!

Alfian Muslim oleh Alfian Muslim
25 Maret 2025
A A
UIN Tidak Cocok Punya Fakultas Kedokteran, Terlalu Maksa!

UIN Tidak Cocok Punya Fakultas Kedokteran, Terlalu Maksa!

Share on FacebookShare on Twitter

Nggak semua mahasiswa UIN dari kalangan pesantren dan sekolah keislaman

Jangankan jurusan kedokteran, ada banyak mahasiswa yang mengeluh tentang mata kuliah yang disematkan pada jurusan non-agama, seperti sosiologi, teknik lingkungan, matematika, dan politik. Mereka mengeluhkan bahwa penambahan itu berimplikasi pada nilai IPK yang kecil sebab mereka—mahasiswa UIN—tak semuanya berasal dari pesantren atau sekolah keislaman.

Wajar, mereka tidak memahami sama sekali mata kuliah yang diajarkan. Selain itu, mereka selalu mempertanyakan relevansi mata kuliah keislaman yang diberikan, menjadikan 1 tahun kuliah mereka belajar secara sia-sia dan tidak berguna.

Ilmu keagamaan adalah keilmuan yang tidak bisa diremehkan dan dianggap lebih sederhana daripada ilmu-ilmu sains. Demikian pula ilmu kedokteran. Keduanya, atau bahkan semua bidang ilmu, membutuhkan ketelatenan, kefokusan dan kurikulum yang memadai dalam membentuk kepakaran seseorang. Menambahkan Fakultas kedokteran ke dalam perguruan tinggi Islam, sama halnya meremehkan pengetahuan keislaman yang dalam tanda kutip “tidak butuh banyak fasilitas” atau cukup perpustakaan. Ini sama halnya menyuruh seorang dokter spesialis bedah untuk mengisi kajian tafsir di universitas. Padahal, untuk menjadi keduanya dibutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak mudah. Saya yakin Ini salah, dan sangat menghina ilmu keislaman dan sosial.

Sumber daya dan infrastruktur UIN yang terbatas

Fakultas kedokteran itu tidak main-main. Untuk membangun satu fakultas kedokteran, sebuah kampus harus siap menyediakan fasilitas medis yang sangat kompleks. Mulai dari rumah sakit pendidikan hingga laboratorium yang memenuhi standar internasional.

Nah, di sini letak masalahnya: UIN sejak awal tidak dibangun dengan insfrastruktur itu. Tak heran jika dalam kemunculannya, selalu diliputi skandal di baliknya. Tak perlu saya sebutkan, teman-teman bisa membacanya di Google. Ada begitu banyak problem yang dihasilkan fakultas kedokteran di UIN. Atau, tanya mahasiswa UIN secara langsung, Anda akan tahu.

Banyak kampus UIN yang mulai membuka fakultas kedokteran menghadapi masalah besar terkait fasilitas. Rumah sakit pendidikan? Belum tentu bisa diadakan dengan standar yang sesuai. Laboratorium kedokteran yang memadai? Mungkin, tetapi apakah kampus UIN sudah siap menanggung biaya operasionalnya? Fakultas kedokteran di kampus UIN akan menghadapi kesulitan besar dalam menyediakan sarana prasarana yang diperlukan, sementara fasilitas lain yang lebih relevan dengan pengajaran agama bisa terabaikan bahkan tersingkirkan.

Bukan cuma soal fasilitas medis, pembukaan fakultas kedokteran di UIN juga bisa mempengaruhi fakultas lain. Dengan dana yang terbatas, pembukaan fakultas kedokteran bisa mengalihkan dana dari fakultas-fakultas lain yang sebenarnya sudah membutuhkan pembiayaan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini bukan sekadar soal membuka fakultas baru, tetapi soal keberlanjutan dan kesetaraan antara fakultas-fakultas yang sudah ada.

Mari jujur saja, membuka fakultas kedokteran memang bisa jadi peluang untuk meraup keuntungan finansial. Namun, apakah itu alasan yang cukup kuat untuk mengorbankan kualitas dan misi awal pendidikan di UIN? Jika sekadar mencari “cuan” lewat biaya kuliah mahal dan penjualan jasa medis, UIN akan kehilangan jati diri sebagai lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan berbasis agama.

Baca Juga:

3 Alasan Maba Jangan Memasang Ekspektasi Ketinggian ke UIN Palembang, Takutnya Nanti Kecewa

5 Salah Kaprah tentang UIN Jakarta yang Terlanjur Dipercaya Banyak Orang, Termasuk Calon Mahasiswanya

Pendidikan tinggi harusnya tidak hanya melihat profit, tetapi juga bagaimana memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya umat Islam.

Kebutuhan masyarakat yang berbeda

Jangan lupa, UIN adalah kampus dengan basis masyarakat agamis yang sangat kuat. Di mana lagi kita bisa menemukan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ilmu agama secara sistematis dan komprehensif? Kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan kedokteran memang penting. Tetapi, apakah itu sesuai dengan kebutuhan mayoritas masyarakat yang memilih UIN untuk belajar agama?

Objek keduanya saja sangat berbeda. UIN, objeknya adalah masyarakat agamis, Bukan Saintis. Selama ini, UIN menjadi tempat bagi masyarakat yang ingin mendalami ilmu agama, bukan ilmu kedokteran. Masyarakat yang memilih UIN menginginkan pendidikan yang lebih berorientasi pada penguatan pengetahuan keagamaan, bukan untuk menjadi saintis medis.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan basis agama, UIN seharusnya tetap berperan sebagai pengayom dan pembimbing proses keagamaan masyarakat. Alih-alih membuka fakultas kedokteran, UIN lebih baik memperkuat bidang-bidang yang secara langsung berkaitan dengan agama dan sosial. Ini akan lebih berdampak pada pengembangan masyarakat yang lebih luas, tanpa harus mengorbankan kualitas pendidikan agama yang selama ini menjadi ciri khas UIN.

Jadi, mari kita pikirkan matang-matang: apakah membuka fakultas kedokteran di UIN benar-benar keputusan yang tepat, atau justru langkah yang terlalu dipaksakan tanpa memikirkan dampak jangka panjang bagi kualitas pendidikan agama yang sudah ada? Jangan sampai kita terjebak dalam euforia mengikuti tren tanpa mempertimbangkan misi dan identitas lembaga pendidikan yang sudah kita bangun sejak awal.

Penulis: Alfian Muslim
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Julukan TikTok sebagai “Kandang Monyet” Sama Sekali Tak Berlebihan, Saya Kena Mental Melihat Konten-kontennya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2025 oleh

Tags: fakultas kedokteranFakultas Kedokteran UINUIN
Alfian Muslim

Alfian Muslim

Mahasiswa yang senang berkelana sampai ke ujung dunia.

ArtikelTerkait

Mitos Mahasiswa UIN yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

Tolong, kalau Halu Jangan Kelewatan, UIN Nggak Lebih Bagus dari Kampus Negeri Lain!

12 Februari 2024
sejarah peradaban islam UIN mojok

Sejarah Peradaban Islam: Alternatif Jurusan yang Pengin Belajar Kajian Keislaman, tapi Malas Ketemu Bahasa Arab

13 April 2021
Sambal Terasi Paling Nikmat ada di Pak Kumis Samping UIN Jakarta (Unsplash)

Warung Tenda Pak Kumis UIN Jakarta Meninggalkan Jejak Sambal Terasi yang Bikin Kangen

15 Agustus 2023
Anak UIN Nggak Punya Masa Depan Cerah! Kamu Mau Jadi Apa! (Unsplash)

Stigma Busuk Menyebutkan kalau Anak UIN Nggak Akan Maju dan Punya Masa Depan Cerah, Apalagi Kuliah Pendidikan

5 Mei 2025
Alasan Saya Nggak Kecewa Masuk UIN Jogja meski Bukan Kampus Impian Mojok.co

Alasan Saya Nggak Kecewa Masuk UIN Jogja meski Bukan Kampus Impian 

27 September 2025
5 Salah Kaprah tentang UIN Jakarta yang Terlanjur Diyakini Banyak Orang, Termasuk Calon Mahasiswanya Mojok.co

5 Salah Kaprah tentang UIN Jakarta yang Terlanjur Dipercaya Banyak Orang, Termasuk Calon Mahasiswanya

27 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.