3 Alasan Fiki Naki Pantas Jadi Influencer Panutan di Mata Emak-emak seperti Saya

3 Alasan Fiki Naki Pantas Jadi Influencer Panutan di Mata Emak-emak seperti Saya Terminal Mojok

Sudah tahu Fiki Naki, kan? YouTuber muda asal Pekanbaru yang menggunakan OmeTV, sebuah aplikasi video chat, yang menyajikan adegan percakapan antara dirinya dengan para strangers dari berbagai belahan dunia. Kehadiran Fiki sebagai influencer baru yang mulai merebut perhatian pengguna media sosial layak dijadikan panutan, khususnya di kalangan emak-emak, eh anak-anak muda di Indonesia.

Bicara tentang influencer, baru-baru ini, kebijakan pemerintah menggandeng beberapa influencer dengan ribuan follower—yang diharapkan membawa pengaruh dan pesan positif—justru panen cibiran. Ide cemerlang dan sangat kreatif ini selayaknya perlu ditertawai diapresiasi jika saja salah satu dari mereka tidak kedapatan kongko-kongko tanpa mengindahkan protokol kesehatan, tak lama setelah ter-encusss jarum suntik yang hiyyy itu.

Untuk menengahi polemik tak berkesudahan khas warga +62, Mbak Marshanda hadir memberikan insight yang cukup menyejukkan jiwa. Menurut Mbak Marshanda, siapa pun yang terkenal dan memiliki banyak pengikut, belum tentu akan membawa dampak positif dan bisa mengubah kita menjadi lebih baik. Pesan bijak hot mama satu anak yang masih betah melajang ini intinya bertujuan agar pemerintah netizen lebih berhati-hati memilih seseorang untuk dijadikan panutan.

Yaudah kalau gitu, gimana kalau Mbak Marshanda saja yang dipilih jadi influencer yang pantas jadi contoh? Sudah cantik, pintar, kaya, eh bijak lagi!

Eits, ntar dulu. Mbak Marshanda ternyata sudah menyiapkan rudal balik terhadap serbuan netizen julid yang pasti akan menanyakan kelayakan blio sebagai influencer panutan. Tengoklah kata-kata blio yang dikutip dari IG @marshanda99.

Lah, terus piye?

Justru itu! Berdasarkan pengamatan saya sebagai emaknya anak-anak yang sudah beranjak dewasa, pilihan saya untuk influencer panutan jatuh pada Fiki Naki. Kenawhy? Karena pemuda dengan nama asli Muhammad Fikih Ayatullah ini telah memberi sebuah kebaruan di dunia kontenisasi—dunia yang berisi apa pun harus bisa dijadikan konten, harus heboh, dan harus jadi duit.

Masih nggak percaya? Cek dulu alasannya ya, Bund!

#1 Riil

Fiki mengisi konten YouTube-nya dengan obrolan ringan antara dirinya dan orang asing dari berbagai negara secara random. Di situ kita bisa menyaksikan gimana dia memperkenalkan diri dan membuka percakapan dengan orang—yang sama sekali belum pernah ia kenal sebelumnya—secara live tanpa persiapan seperti sontekan di kertas atau prompter layaknya pejabat tinggi kalau mau pidato.

Perbincangan yang ia bawakan terasa ringan, walau kadang-kadang unfaedah juga, sih. Tetapi, apa yang dia sajikan adalah riil, dalam arti tanpa adegan gimmick berupa drama untuk menarik simpati sosial dengan sajian drama keluarga atau drama kemanusiaan.

Drama keluarga seleb, mulai dari bangun tidur sampai ketemu tidur lagi, ini biasanya dimainkan oleh seluruh anggota keluarga. Tengoklah channel Baim-Paula atau Rafi-Nagita yang tak pernah sepi dari like dan komen penggemarnya. Tak ubahnya sinetron yang sengaja “dirumahkan”.

Itu masih mending daripada adegan macak kere, terus ujung-ujungnya nge-prank jadi Sinterklas atau ibu peri yang baik hati bagi-bagi duit. Sebuah drama kemanusiaan pengiba trending semata.

Fiki, walaupun kadang berlagak fakboi alias hanya modal gombalan tok, nggak perlu keluar banyak duit untuk meningkatkan trafik. Hanya gombalan biasa, normal-normal saja. Aku, eh anakku, juga kadang gitu. Hehehe~

#2 Muda tapi matang

Cowok yang tahun 2021 genap berusia 21 tahun ini tergolong paling muda jika dibandingkan dengan YouTuber papan atas dengan ribuan subscribers, seperti Atta Halilintar (26 th), Raffi Ahmad (33th), atau Baim Wong (39th).

Dari segi usia, dibandingkan dengan 3 seniornya tersebut, Fiki punya kesempatan lebih lama untuk mengembangkan kontennya dan mungkin bisa lebih bermanfaat. Nggak melulu pamer kekayaan atau menjual fantasi menjadi OKB yang hanya sebatas mimpi di siang hari.

Usia muda nggak membuat Fiki emosian saat menghadapi stranger yang songong atau bicara kasar saat memulai percakapan di OmeTV. Dia hanya membalas dengan mimik sedikit terkejut, senyum, lalu skip! Nggak perlu take personally lah, apalagi dibelain gelut segala. Wong cuma online, nggak nyata, mending fokus sama yang asyik-asyik saja. Itu prinsip dia.

Sebuah karakter yang matang dan patut dicontoh, nggak ngikutin tren bacot jamaah ala netizen +62 yang bikin emak-emak macam saya harus lebih banyak beristighfar.

#3 Smart

Hampir semua penggemar Fiki atau pengguna OmeTV yang secara kebetulan bisa berkomunikasi secara langsung dengan dia, terpesona dengan kemampuan Fiki berbicara dengan berbagai bahasa asing. Ia mampu berkomunikasi dalam delapan bahasa, yaitu Inggris, Rusia, Rumania, Kazakhstan, Denmark, Spanyol, Mandarin, dan Arab secara fasih. Dan semua kemampuan bahasa itu ia dapatkan secara autodidak!

Saat orang tua siswa galau (tunjuk diri sendiri) perihal bakal di kemanakan nasib pendidikan Indonesia paskapandemi melanda, Fiki membawa harapan baru tentang arti belajar yang sesungguhnya. Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan penggemar di channel miliknya, dia mengatakan mulai serius belajar bahasa Inggris (dan kemudian diikuti bahasa asing lainnya) baru dua tahun yang lalu, lho. Wow!

Menurut Fiki, dia belajar dengan memperbanyak praktik listening, untuk kemudian speaking dengan diri sendiri. Memilih Ome TV adalah cara Fiki untuk praktik secara langsung dengan para penutur asing. Dari Fiki, kita tahu bahwa belajar nggak terbatas dengan ruang, orang, atau les-lesan (emak-emak yang bayarin anaknya di bimbel pasti ngerti banget, nih!)

Apalah itu teori dan hafalan seabreg, tapi akhirnya nggak terpakai di kehidupan nyata. Fiki sudah menunjukkan pentingnya kerja, kerja, kerja! Eh, maksudnya menemukan passion yang disukai sesuai bakat dan minat, inquiry, menekankan pada praktik, namun tetap dilalui dengan cara yang menyenangkan.

Tanpa disadari, apa yang telah dilakukan Fiki sejalan dengan konsep “Merdeka Belajar” ala menteri Nadiem menghadapi pendidikan 4.0. Menjalani pekerjaan yang ia senangi sembari mengedukasi penggemarnya tentang bagaimana cara belajar yang efektif namun asyik.

Jadi, gimana enaknya? Fiki Naki jadi influencer panutan atau duta merdeka belajar aja, ya?

Kalau itu sih, terserah guwe dia aja, deh…

Sumber Gambar: detik.com

BACA JUGA Fiki Naki Menyadarkan Banyak Orang untuk Belajar Speaking lewat OmeTV.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version