Hidup di kosan sering dianggap seru, penuh kebebasan, sekaligus latihan mandiri. Namun, di balik itu, ada banyak kebiasaan kecil yang tanpa sadar justru bisa membahayakan.
Bukan hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga mental, finansial, bahkan keselamatan. Sayangnya, kebiasaan-kebiasaan ini sering diremehkan, padahal efek jangka panjangnya bisa fatal. Serius.
#1 Menunda buang sampah di kosan adalah bom waktu di dalam kamar
Sampah plastik, baik bungkus mie instan, atau bahkan sisa makanan yang dibiarkan menumpuk bukan cuma bikin kamar jadi bau. Menurut penelitian di bidang kesehatan lingkungan, sampah organik yang menumpuk bisa memicu pertumbuhan bakteri patogen, jamur, hingga menjadi sarang lalat dan kecoa.
Kehadiran kecoa bukan hanya menjijikkan, tetapi juga berbahaya. Kecoa membawa mikroorganisme berbahaya di tubuhnya yang bisa menempel pada makanan. Jika masuk ke tubuh manusia, bisa menimbulkan gangguan pencernaan hingga infeksi serius. Jadi, menunda membuang sampah di kosan sama saja dengan mengundang penyakit.
#2 Menumpuk kardus dan barang bekas yang bisa menjadi sarang tikus dan debu
Banyak anak kosan punya kebiasaan menimbun kardus bekas pembelian online atau botol minuman dengan dalih “nanti bisa dijual ke tukang loak.” Masalahnya, penumpukan ini sering dibiarkan berbulan-bulan. Kardus yang lembab bisa menjadi sarang tikus, sementara tumpukan debu bisa memicu alergi dan asma.
Tikus bukan sekadar hewan pengganggu. Menurut jurnal kesehatan, tikus bisa menyebarkan penyakit leptospirosis yang berbahaya dan bahkan berakibat fatal. Jadi, kebiasaan menimbun barang dengan alasan hemat justru bisa jadi bom waktu kesehatan.
#3 Menumpuk baju kotor adalah sumber bau dan bakteri di kosan
Banyak anak kosan punya kebiasaan menunda mencuci pakaian hingga seisi kamar sudah penuh baju kotor. Tumpukan kain lembap bukan sekadar bikin kamar bau apek, tapi juga bisa menjadi sarang bakteri dan jamur.
Keringat yang menempel pada pakaian menyisakan kelembaban yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kalau sudah begitu, risiko terkena iritasi kulit, gatal-gatal, bahkan infeksi jamur jadi semakin tinggi. Parahnya lagi, bau dari baju kotor yang menumpuk bisa menempel ke pakaian bersih lain sehingga menurunkan rasa percaya diri saat dipakai keluar.
#4 Piring kotor yang dibiarkan adalah undangan untuk serangga
Sama berbahayanya, kebiasaan membiarkan piring kotor di sudut kamar kosan juga sering dilakukan. Sisa makanan yang menempel pada piring adalah magnet bagi semut, lalat, dan kecoa.
Jika dibiarkan lebih lama, piring kotor bisa menghasilkan lendir atau lapisan biofilm yang penuh bakteri. Menurut penelitian mikrobiologi, bakteri dari sisa makanan bisa bertahan hidup berhari-hari dan berpotensi berpindah ke tangan atau makanan lain. Jadi, menunda mencuci piring bukan hanya soal malas, tetapi juga membuka jalan penyakit masuk ke tubuh tanpa disadari.
#5 Tidur dengan colokan listrik menumpuk
Nah, hampir semua anak kosan punya stop kontak bercabang lima yang dipakai untuk menyalakan charger, kipas angin, lampu belajar, hingga rice cooker sekaligus. Padahal, colokan yang kelebihan beban berisiko menimbulkan korsleting listrik.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa kebakaran di area padat penduduk, termasuk kosan, sering dipicu korsleting listrik. Ironisnya, hal ini sering diremehkan. Anak kos lebih takut kehilangan kuota internet ketimbang memikirkan bahaya colokan listrik yang dibiarkan berlapis-lapis.
#6 Makan serba instan tanpa kontrol
Kebiasaan makan mie instan, gorengan, baso aci atau makanan cepat saji memang praktis. Tapi, jika menjadi rutinitas, itu bisa jadi bahaya laten.
Kandungan natrium berlebih pada mie instan. Misalnya, dapat memicu hipertensi sejak usia muda. Sementara kebiasaan ngemil gorengan yang digoreng dengan minyak berkali-kali pakai meningkatkan risiko kolesterol dan penyakit jantung.
Masalahnya, anak kosan sering beralasan hemat waktu dan uang. Padahal, ketika sakit, biaya berobat jauh lebih mahal daripada sekadar beli sayur dan lauk sederhana di warteg.
#7 Tidur dengan gadget menyala
Banyak anak kosan punya kebiasaan ketiduran sambil menonton YouTube atau scroll media sosial. Lampu layar ponsel yang memancarkan cahaya biru terbukti secara ilmiah mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, tidur jadi tidak berkualitas.
Dalam jangka panjang, tidur yang terganggu bisa menurunkan konsentrasi, memperlemah sistem imun, dan memicu masalah kesehatan mental. Efeknya mungkin tidak langsung terasa, tapi akan muncul seiring waktu.
#8 Jarang membersihkan kamar kosan
Alasan klasik anak kosan untuk jarang membersihkan kamar adalah sibuk kuliah, kerja, atau capek. Padahal, kamar yang jarang dibersihkan bisa jadi sarang tungau debu rumah (dust mites). Tungau ini hampir tak terlihat kasat mata, tetapi kotorannya bisa memicu alergi, asma, dan gangguan pernapasan.
Lebih parah lagi, kondisi kamar lembap dan jarang terkena sinar matahari bisa memunculkan jamur pada dinding. Menurut penelitian medis, jamur yang terhirup bisa memicu infeksi paru-paru terutama pada orang dengan imun lemah.
#9 Mengabaikan kualitas air minum
Banyak anak kosa asal mengisi botol minum dari dispenser kosan tanpa memperhatikan apakah galonnya pernah dicuci atau tidak. Padahal, bakteri E. coli sering ditemukan pada galon isi ulang yang tidak terawat dengan baik.
Mengonsumsi air yang tercemar bisa memicu diare akut hingga infeksi pencernaan serius. Ironisnya, penyakit semacam ini sering dianggap “masuk angin” atau “salah makan,” padahal sumbernya adalah air minum sehari-hari yang tidak diperhatikan.
#10 Begadang tanpa alasan jelas
Begadang karena tugas mungkin wajar, tapi kalau hanya untuk main game atau nongkrong online sampai subuh jelas berbahaya. Tidur larut malam terbukti menurunkan fungsi kognitif dan memperburuk metabolisme tubuh.
Menurut studi kesehatan, orang yang terbiasa begadang memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dan obesitas. Lebih buruk lagi, pola begadang yang konsisten bisa mengacaukan ritme sirkadian tubuh sehingga memengaruhi hampir semua sistem organ.
#11 Mengabaikan ventilasi dan sirkulasi udara di kosan
Banyak anak kosan malas membuka jendela dengan alasan biar kamar tetap dingin atau privasi terjaga. Padahal, udara dalam ruangan yang tidak berganti bisa meningkatkan kadar karbon dioksida. Udara yang miskin oksigen membuat otak bekerja kurang optimal dan menimbulkan rasa kantuk berlebih.
Selain itu, sirkulasi udara yang buruk membuat polutan dari dalam kamar, seperti asap rokok atau aroma pembersih, menumpuk dan berpotensi membahayakan paru-paru.
#12 Menggampangkan masalah keamanan kosan
Masalah lain seperti kebiasaan menaruh kunci kos di bawah keset atau lupa mengunci pintu sering dianggap sepele. Tapi, bagi pencuri, itu kesempatan emas. Banyak kasus kehilangan di kosan terjadi bukan karena maling profesional, tetapi karena pemilik kamar sendiri lengah menjaga keamanan sendiri.
Selain itu, menaruh barang berharga sembarangan, seperti laptop di meja dekat jendela, juga bisa mengundang bahaya. Rasa aman semu di lingkungan kos kadang membuat orang lupa bahwa kejahatan terjadi justru ketika orang lengah.
#13 Menyepelekan kesehatan mental
Banyak anak kosan yang diam-diam merasa kesepian atau stres, tapi memilih mengalihkan perasaan itu dengan rebahan seharian. Tanpa sadar, kebiasaan ini bisa memicu isolasi sosial dan memperburuk kesehatan mental.
Psikologi modern menyebut kondisi ini sebagai “coping mechanism pasif” yang justru tidak menyelesaikan masalah. Dalam jangka panjang, risiko depresi bisa meningkat jika kebiasaan menarik diri terus dibiarkan.
#14 Menunda periksa kesehatan
Dan terakhir, kebiasaan buruk yang sering dianggap remeh adalah menunda ke dokter saat sakit. Anak kosan biasanya memilih bertahan dengan paracetamol atau jamu daripada periksa ke klinik. Padahal, beberapa penyakit butuh diagnosa dini agar tidak makin memburuk.
Contoh sederhana saat sakit gigi. Banyak anak kos membiarkannya berbulan-bulan sampai tidak tertahankan. Padahal, infeksi gigi bisa menyebar ke jaringan lain bahkan ke otak.
Penulis: Budi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Pengalaman Pertama Ngekos di Kos Campur Jogja: Sebulan Penuh Penderitaan, Isinya Drama Tanpa Ujung
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
