10 Kebiasaan Hidup Bertetangga yang Dianggap Wajar

10 Kebiasaan Hidup Bertetangga yang Dianggap Wajar Terminal mojok

Manusia tentu tidak dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sendirian, butuh orang lain untuk gibah, julid, ras-rasan, dan tolong-menolong sekalipun. Jika kalian tinggal di kampung, tentu paham bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan tetangga. Boleh dibilang, tetangga merupakan teman dari lahir hingga kita dewasa. Oleh karenanya, butuh adab bertetangga yang baik agar kehidupan bertetangga lebih harmonis.

Akan tetapi, sifat manusia berbeda-beda. Seperti di awal tadi, bisa saja ada tetangga yang mungkin senangnya gibah atau julid dan menurut mereka itu adalah hal wajar, tanpa memedulikan adab bertetangga yang baik. Lantas, seperti apa kebiasaan hidup bertetangga yang dianggap wajar oleh sebagian orang?

#1 Membicarakan tetangga yang lain/berbagi rahasia

Berani dari belakang adalah sikap para tetangga yang suka mengajak temannya untuk gibah. Mereka hanya ingin mengenyangkan perut dengan cerita, baik itu mematikan orang lain maupun tidak.

“Mbakyu, saya beri tahu tapi jangan bilang siapa-siapa, si Anna perutnya isi 3 bulan, padahal nggak ada suami.” Setelah itu cerita tersebut tersebar. Kondisi kampung menjadi sepi, namun dalam hati seakan ramai kebencian.

#2 Mencari kecocokan

Sering terdengar bahwa di setiap kampung pasti terbagi dalam beberapa kelompok, namun sistem pembagiannya tidak dilakukan layaknya guru membagi siswa di kelas. Ada orang kaya yang lebih suka bergaul dengan orang kaya juga. Sementara orang yang kurang mampu bergaul dengan orang yang kurang mampu juga.

Kebanyakan orang yang kurang mampu sungkan bergaul dengan orang kaya. Orang kaya pun tergantung kebejoan, karena ada beberapa orang kaya yang tidak ingin bergaul dengan si tak mampu. Mereka lebih asyik pamer perhiasan atau benda mewah pada tetangga lain.

“Nih, lihat kalung emasku panjangnya serantai kereta.” Sementara kaum tak mampu hanya bisa menjerit dalam hati, “Pengin minta makan, tapi sungkan. Beda levelnya, ya sudah seadanya saja.”

#3 Masuk rumah orang lain tanpa izin

Rumahmu ya rumah kita semua, slogan tersebut dapat menyatakan kondisi rumah tanpa pagar. Ada beberapa orang tetangga yang suka datang ke rumah tetangga lainnya tanpa mengetuk pintu dan melangkahkan kaki langsung masuk ke suatu ruangan.

Seperti saya waktu main ke rumah bude saya. Saya masuk saja ke rumah blio dan mencari blio ke dapur. Tapi, blio ternyata sedang tidur. Bangun-bangun blio berkata, “Loh, dari tadi nungguin aku? Kapan kamu masuk? Kayak demit aja, tiba-tiba ada, tiba-tiba hilang!” Hehehe~

#4 Gendong putu (cucu)

Bagi yang punya kakek atau nenek, pasti paham bagaimana senangnya para orang tua ini memiliki cucu. Wajar jika blio-blio ini ingin menghabiskan waktu mereka bersama cucu kesayangan. Sering bergema suara bahwa simbah memang lebih sayang pada cucunya dibanding anaknya sendiri. Hehehe. Pergi ke mana-mana pasti bawa cucu, entah dalam keadaan digendong maupun diumbar untuk berpetualang.

“Putuku, wes bagus, nggak ada tandingannya.”

#5 Senang memberi pertolongan

Guyub suka membantu adalah cita-cita setiap kampung. Tidak sedikit orang yang memiliki kebiasaan ini. Misalnya saja tetangga saya, sebelumnya memang keluarga saya sudah menjadi langganan di warung blio. Tiba pada saat keluarga saya mengalami musibah, blio sudah tiga kali secara berkala memberi makanan kecil yang cukup banyak dan juga uang pada keluarga saya.

#6 Gengsi dalam bertetangga

Kebiasaan ini memang tidak dapat dihindari. Mereka yang diberikan bantuan selalu menolak, padahal sedang sangat membutuhkan bantuan tersebut. Hal ini biasa disebabkan takut kedoknya sebagai orang terpandang akan ditelanjangi.

“Ah, nggak apa-apa, cuma musibah kecil.” Padahal sih ya butuh bantuan~

#7 Si ghosting utang

Layaknya ghost atau hantu, kadang ada tetangga yang sering hilang jika dicari ketika jadwal bayar utang tiba. Kalau tidak hilang ya bakal alasan, “Maaf, belum sempat ketemu.”

#8 Rumah sunyi

Rumah sunyi biasanya sebutan untuk tetangga yang tidak pernah aktif dalam kegiatan kampung. Bukan karena dikucilkan, namun memang tetangga tersebut menolak untuk berkumpul dengan tetangga lainnya. Mungkin mereka mengira itu wajar saja. Padahal “ra srawung, rabimu suwung.” Ehehehe~

#9 Suka cari untung

Hampir mirip dengan rumah sunyi, bedanya, jika ada kegiatan yang menguntungkan dirinya, orang tersebut pasti bakal keluar rumah. Misalnya, tetangga seperti ini muncul saat kerja bakti. Bukan menanyakan apa yang harus dikerjakan, malah bertanya, “Segone wes enek?” Lah? Heran deh dengan tetangga yang seperti ini. Haduh~

Ada juga tetangga yang suka diam-diam saat ada kegiatan kampung dan tidak aktif berpartisipasi, tapi saat ada bantuan dari pemerintah blio muncul jadi yang nomor 1. Hmmm, bisa gitu ya?

#10 Peknggo/Ngepek tonggo

Jodoh memang tidak jauh dari relasi seseorang, salah satu yang sangat dekat ialah tetangga sendiri. Berjodoh dengan tetangga di rumah biasanya antara memang benar sama-sama cinta atau karena adanya praktek dijodohkan oleh orang tua. Hehehe.

Itulah 10 kebiasaan hidup bertetangga yang dianggap wajar. Seharusnya, hidup bertetangga tetap harus memperhatikan adab bertetangga yang baik. Perlu sosialisasi dengan sesama dan saling kerja sama. Ambil hal-hal positif, lari dari hal-hal negatif. Jadilah tetangga yang baik dan tidak menghakimi orang lain.

BACA JUGA Butuh Kesabaran Ekstra Kalau Punya Tetangga yang Pelihara Ayam Kampung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version