MOJOK.CO – Tak hanya kendaraan bermotor saja yang punya tren. Penyebab ban bocor, juga ada trennya.
Ngomongin soal bocor, nggak cuma anggaran negara aja—yang katanya—sering bocor dan bikin bosen dengernya. Tapi, kendaraan yang ada di jalanan pun, tidak luput dari ancaman ban bocor dan sering menyebalkan bagi pengguna kendaraan.
Pada umumnya, kebocoran ban terjadi karena tiga hal. Pertama, karena takdir yang berkaitan dengan kehendak Ilahi. Kedua, yah, memang sudah waktunya bocor dan ganti ban saja. Ketiga, dikarenakan ada benda asing yang nyangkut di ban itu sendiri.
Untuk penyebab ban bocor yang pertama, pengguna kendaraan dan tukang tambal ban, hanya bisa pasrah dan menerima nasib. Saya sendiri, berpengalaman pernah menjadi asisten tukang tambal ban dan mengalami hal serupa.
Ketika ditanya klien, saya tidak bisa memberi penjelasan yang memuaskan. Secara logis, ban yang notabene masih baru, baik di bagian luar-dalam, sehingga tidak mungkin bocor.
Setelah diperiksa pun tidak ada indikasi adanya malpraktek tukang tambal sebelumnya. Misalnya, salah prosedur dalam pemasangan sehingga menyebabkan ban kejepit, terus bocor.
Mau bilang, “Mungkin pas berangkat tadi Anda tidak berdoa”, kok rasanya tidak sopan. Apalagi, ditambahin, “Mungkin ini semua ujian yang diberikan Tuhan”. Saya takut, akan berakhir menjadi pengajian yang panjang dan nggak selesai-selesai. Akhirnya saya cuma diam sambil pura-pura sibuk.
Penyebab ban bocor yang kedua, yaitu ban yang memang sudah waktunya ganti, biasanya tidak menjadi concern (bahasamu, Cuk!!!) bagi pengguna kendaraan. Ban yang dimakan usia akhirnya prampang (jadi tipis dan bocor kecil merata) bikin tukang tambal serba salah.
Meski baru saja ditambal, kemungkinan besar (tidak lama) akan bocor lagi. Lantas, tukang tambal ban akan dituduh tidak jos dan tidak profesional dalam bekerja. Menghadapi pelanggan kayak gini memang harus punya stok kesabaran yang tanpa batas.
Yang paling menarik untuk dibahas adalah penyebab ban bocor yang ketiga, yaitu benda asing yang sering nyangkut di ban. Pasalnya, jenis benda yang nyangkut terkadang bisa diprediksi sesuai musim atau tren yang sedang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Ada juga sih, benda yang sifatnya dan bentuknya random nyangkut seperti ujung pulpen, penggaris, tangkai kepala resleting, dan benda aneh lainnya yang nggak kepikiran bisa menancap di ban.
Selain itu, ada juga sesuatu yang sudah melegenda seperti paku. Jadi, ketika ban bocor, pertanyaan pertama yang disampaikan selalu, “Mas, kena paku ya?”
Berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun yang saya miliki. Tampaknya tren 2019 soal tingkat kebocoran ban akan dipengaruhi sebagian besar oleh 4 hal yang bisa kita simak berikut ini.
Pertama: Part dari bodi motor zaman now.
Anda masih ingat video hits mengenai pemuda yang “mbongkar” bodi motor karena ditilang? Ya, zaman sekarang nggak cuma hati dan perasaan aja yang rapuh. Begitu juga bodi motor, sama rapuhnya.
Baut bodi motor mulai mendominasi penyebab ban bocor di jalan, sejak 10 tahun terakhir. Tidak hanya bautnya, terkadang juga bisa ditemukan pecahan mika lampu sein, pecahan body, pecahan velg, dan berbagai rimpilan lainnya.
Selain meningkatkan omzet tukang tambal, tentunya hal ini akan meningkatkan omzet penjualan baut dan bodi motor. Akhirnya, pemilik kendaraan jadi memiliki gaya hidup lebih konsumtif yang menghambat investasi di sektor produktif. Halah.
Kedua: Potongan baja ringan.
Materi penyebab ban bocor jenis ini, paling membahayakan karena memiliki efek merusak. Selain itu, efek domino (kalau masih kurang keren istilahnya bisa diganti dengan chain effect, tapi jangan dikaitkan dengan rantai sepeda yang baru-baru ini lagi populer, ya) yang dihasilkan juga tidak kalah tragis.
Saat terkena potongan baja ringan, selain ban layer polyester pada lapisan ban juga ikut terpotong. Jadi, biar ban kuat, nggak cuma menggunakan bahan karet, tapi juga ada layer (rajutan) polyester—ada juga yang steel (baja).
Ketika bagian layer terpotong, ban akan rapuh (rapuh lagi, kan?) yang biasanya akan disebut nge-ply (ngeple-red). Efek lanjutan yang paling sering muncul adalah, ban dalam jadi lebih cepat bocor bila ban luar tidak diganti. Akibat yang paling dramatis bila masih ngotot nggak mau ganti ban luar, ban kadang meletus saat sedang dipakai. Apalagi dipake buat boncengan, yang gede-gede lagi orangnya.
Kalau kendaraan (motor) lagi dipakai buat pacaran, kan tensin, ya, jadinya. Sesungguhnya, sampai saat ini saya nggak tahu, tensin itu apa dan apa kaitannya dengan Tensin Han. Tapi itu yang biasanya orang pakai kalau ingin menggabungkan kata malu bersamaan dengan gengsi.
Ketiga: Asesoris dan kelengkapan jilbab.
Asesoris dan cara penggunaan jilbab yang lebih bervariasi belakangan ini, memberi sumbangan cukup signifikan terhadap terjadinya kebocoran. Peniti dan jarum pentul dari pengguna jilbab sejak dulu kala sering membuat ban bocor. Untuk jarum pentul, sejauh ini saya tidak menemukan pengguna lain di jalanan selain pemakai jilbab. Sementara untuk peniti, ukuran peniti buat jilbab biasanya lebih kecil, dan itulah yang sering saya temukan nyangkut di ban.
Sekitar lima tahun terakhir, pengguna jilbab semakin heboh menggunakan emblem dan bros (silahkan cari sendiri bedanya) yang juga menyumbang tingkat kebocoran ban. Ini nggak asal nuduh, karena ada simbol yang hanya dipakai pengguna jilbab pada asesoris yang nancep.
Belakangan, penggunaan dom bundel (jarum ukuran kecil yang nggak ada lubangnya) pada jilbaber milenial juga sering tercecer di jalan. Saya nggak paham apakah menggunakan dom bundel aman untuk jilbab, tapi yang jelas tidak aman untuk pengendara di jalanan.
Keempat: Staples.
Staples itu isinya stapler yang biasanya buat nyeteples kertas. Khusus di masa kampanye, biasanya korban karena staples akan meningkat. Hal ini karena staples banyak digunakan pada APK (alat peraga kampanye) yang beberapa waktu ini menjamur.
Jadi, baliho yang ditempel menggunakan frame kayu, pemasangannya membutuhkan stapler berukuran besar yang staplesnya juga besar. Kadang, ada pula yang tidak terpasang sempurna dan mudah lepas.
Saat lepas di jalan, bisa dipastikan dia akan memakan korban. Yang paling menyebalkan, biasanya lubang bocor akan ada dua (ingat, kaki staples kan ada dua). Terkadang, karena sebelahan jadi nggak ketahuan, sehingga setelah ditambal, eh sebelahnya masih bocor.
Tukang tambal yang baru emang biasanya begitu. Dapat lubang satu udah hore-hore, kesannya bahagia banget terus nggak dicek lagi. Akhirnya, eh, malah nambah kerjaan.
Keempat hal tersebut, menurut prediksi saya, akan menjadi tren penyebab kebocoran di tahun 2019. Mungkin di masa mendatang tren akan berubah. Dengan banyaknya HP yang terpasang di motor, bisa jadi tahun berikutnya pecahan HP menjadi tren penyebab ban bocor terbaru.