Gonjang-ganjing seputar dana 1,5 Triliun yang melibatkan salah satu organisasi Islam terbesar beberapa waktu yang lalu ternyata sudah menjadi bola-bola liar yang cukup panas. Berita soal dana 1,5 triliun tersebut banyak ditulis dari berbagai sudut pandang dan diplintir sedemikian rupa semata demi kepentingan pihak-pihak tertentu.
Tentu kami, Mojok Institute tidak akan membahas soal gonjang-ganjing tersebut, sebab untuk perkara yang sekrusial itu, sudah ada yang lebih kompeten. Kami hanya akan membahas soal uangnya yang 1,5 triliun itu.
Tentu kami sadar, bahwa duit 1,5 triliun adalah jumlah yang sangat besar, jumlah yang bagi Kami dan Anda para pembaca Mojok adalah jumlah yang mustahil untuk disentuh. Jangankan punya, lha wong sekadar membayangkan saja rasanya sudah sangat berat. Itu hal yang wajar. 1,5 triliun memang bukan jumlah sepele, apalagi bagi para pembaca Mojok yang mayoritas adalah kaum-kaum papa tiada mapan yang bahkan untuk sekadar berlangganan majalah Bobo tak pernah sanggup.
Nah, artikel kali ini akan mengajak Anda untuk menggedor-gedor pintu kemustahilan tersebut. Kami mengajak Anda untuk membayangkan punya duit sebanyak 1,5 triliun dan merencanakan apa saja yang bisa dilakukan dengan duit sebanyak itu. Ehm… Lebih tepatnya, Kami mencoba menjadi financial planner jadi-jadian untuk klien yang duitnya jadi-jadian pula.
Mari kita mulai aksi financial planning kita.
Bayangkan, suatu ketika, Anda tak sengaja nyampar kendi di tegalan sawah dan kemudian muncul makhluk nggatheli yang tiba-tiba bilang “kuberi satu permintaan,” dan Anda reflek menjawab “Saya ingin punya duit satu setengah triliun,” lalu di hadapan Anda tiba-tiba sudah tergeletak beratus-ratus kardus yang isinya duit semua dengan total 1,5 triliun.
Lalu kira-kira apa yang Anda lakukan untuk menghabiskan duit sebanyak itu?
Di titik inilah Mojok Institute hadir untuk membantu menyelesaikan permasalahan virtual Anda.
Jika punya duit 1,5 triliun di tangan, hal pertama yang sebaiknya Anda lakukan adalah membeli aset untuk Anda dan keluarga. Bagaimanapun, keluarga adalah nomor satu. “Harta yang paling berharga dan puisi yang paling bermakna adalah keluarga” begitu kata Mbak Novia Kolopaking di lagu soundtrack sinetron Keluarga Cemara.
Karenanya, penting untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Maka, dari 1,5 triliun itu, gunakan 100 miliarnya untuk keluarga. 95 miliar buat beli rumah, mobil, sawah, kebun, dan modal usaha untuk anak, istri, dan cucu. Sedangkan yang 5 miliar dibagikan ke sanak keluarga yang lain, seperti sepupu, keponakan, paman, bibi, dan yang lainnya.
Sisa 1,4 triliun.
Selanjutnya, bikinlah usaha untuk diri sendiri. Gunakan 200 miliar dari sisa 1,4 triliun itu untuk bikin aneka usaha, jangan hanya satu, sebab jika yang satu bangkrut, Anda masih punya jagan di usaha yang lain. Ini sebagai ikhtiar agar duit yang Anda punya bisa terus berputar dan berkesinambungan.
Bikin usaha rental PS nusantara, Angkringan nusantara, persewaan tenda nusantara, rias kosmetik nusantara, pemotongan ayam nusantara, cetak sablon dan souvenir nusantara, dan aneka-aneka usaha berlabel nusantara lainnya. Mengapa nusantara? Sebab dengan 200 miliar, bukan hal susah untuk membangun usaha yang punya cabang di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Eh, btw, jumlah provinsi di Indonesia masih 33 apa sudah nambah sih? Maaf, kami kehabisan stok RPUL terbaru.
Sisa 1,2 triliun.
Nah, dari sisa 1,2 triliun ini, gunakan 200 miliarnya untuk menyumbang fakir miskin dan anak yatim. Ingat, harta yang Anda peroleh tidak sepenuhnya milik Anda, sebagian darinya adalah hak fakir miskin.
Sumbangan 200 miliar ini tentu sifatnya fleksibel, bisa dalam bentuk sembako, bantuan tunai, pembiayaan sekolah, atau modal usaha. Bebas, terserah Anda, wong Anda yang punya duit kok. Kami hanya memandu dan mengarahkan.
Sisa 1 triliun.
Langkah selanjutnya, gunakan 300 miliar untuk proyek-proyek jariyah yang pahalanya akan tetap mengalir walaupun Anda sudah mati.
Proyek jariyah ini bisa dalam bentuk membangun masjid dan madrasah atau menyumbang pembangunan pesantren-pesantren yang membutuhkan biaya pembangunan. Bisa juga dalam bentuk pembagian Quran, mukena, sarung, atau sajadah kepada keluarga-keluarga yang mantap agamanya namun kurang ekonominya.
Ingat, duit banyak belum bisa membawa Anda selamat di akherat nanti kalau belum didukung dengan bekal jariyah yang mumpuni.
Sisa 700 miliar.
Dengan uang sisa yang nilainya hampir setengah nilai awal ini. Anda bisa menggunakan 200 miliar untuk proyek branding. Hal ini penting, sebab ini bisa menjadi bekal Anda jika nanti ingin masuk ke dalam lingkaran politik. Setidaknya Anda sudah punya bekal.
Proyek branding ini bisa berupa pembentukan yayasan atas nama Anda sendiri, atau bisa dengan menyumbang kegiatan-kegiatan seni, budaya, dan olahraga yang diadakan oleh komunitas, atau bisa juga digunakan untuk membayar orang-orang untuk menulis buku yang bisa menaikkan nama Anda, misal buku “33 juragan angkringan paling berpengaruh di Indonesia” di mana nanti nama anda masuk dalam daftar.
Sisa 500 miliar.
Nah, sisa 500 miliar ini bisa Anda gunakan untuk hal yang kelak bisa sangat menguntungkan bagi Anda. Yak, betul, mengakuisisi Mojok.
Sebagai situs so-called-aktivis-progresif, Mojok punya pengaruh besar dalam dunia per-ghibah-an nasional. Ia punya kapasitas yang baik dan mumpuni sebagai senjata untuk menaikkan pamor dan kharisma seseorang.
Ingat betapa dulu Agus Mulyadi hanya seorang penjaga warnet dekil yang kerjaannya cuma ngitungin billing dan nungguin orang nonton bokep, tapi gara-gara Mojok, ia sekarang jadi selebritas pilih tanding yang bahkan sampai bikin pacarnya insekyur karena ia banyak diperbincangkan oleh gadis-gadis sebaya di berbagai forum.
Nah, untuk saat ini, estimasi harga Mojok sebenarnya adalah 530 miliar. Tapi berhubung Anda sebagai pemilik duit adalah pembaca setia Mojok, maka kami dan segenap jajaran direksi dan pemilik saham Mojok termasuk Puthut EA yang kementhus itu tentu akan dengan senang hati nyang-nyangan agar harganya bisa ditekan dan deal di angka 500 miliar.
Duit habis. Tapi keluarga Anda bahagia, Anda punya usaha, didoakan oleh ribuan fakir miskin dan anak yatim, punya stok amal jariyah, punya nama besar, pengaruh, dan elektabilitas yang kuat, dan yang paling penting, punya situs dengan jutaan pembaca.
Wahai, betapa hidup terasa sangat mudah dengan uang 1,5 triliun.