5 Tempat Nongkrong di Jogja yang Penuh Prank dan Kenangan

MOJOK.CO – “Tempat nongkrong di Jogja adalah sebuah keniscyaan merayakan senja agar semesta turut bersorak merayakan hati yang nyaman.” – Anak (Sok) Indie yang Lagi di Jogja.

Bagi sebagian orang, Jogja adalah kota wisata nomor 1 di Indonesia, sedangkan yang lain mungkin saja menganggap Jogja sebagai kota kenangan paling menyebalkan bersama orang-orang di masa lalu. Kedua fakta ini didukung oleh adanya beragam tempat nongkrong di Jogja yang, beberapa di antaranya, bahkan buka sampai malam dan ramai terus, nggak kayak hatimu.

Sebagai kantor yang berlokasi di Jogja, Mojok Institute mengeluarkan daftar tempat nongkrong di Jogja. Nggak banyak—cuma 5. Kenapa sedikit? Tentu saja karena kami lebih suka bekerja ketimbang nongkrong. Oh, dan ini bukan pencitraan.

Yaaaah, pencitraan dikit, sih.

Berikut ini adalah 5 tempat nongkrong di Jogja yang punya kelebihan dan kekurangannya sendiri (karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT), dan patut kamu kunjungi saat berada di Jogja:

1. Luxury Internet Café

Secara sederhana, tempat ini adalah warnet yang modern dengan banyak bilik komputer di ruangan ber-AC dan tidak ber-AC. Lalu, kenapa warnet ini justru menjadi tempat nongkrong pilihan?

Jawabannya, tentu saja karena ini warnet, mylov—tempat internet berjalan lancar. Bukankah sekarang internet sudah menjadi kebutuhan primer setelah sandang, pangan, dan papan? Di sini, kamu bisa mencari bahan skripsi, ngopy-paste episode Running Man terbaru, ngepoin mantan, nangis, pacaran, menghabiskan waktu saat pintu kos sudah keburu dikunci ibu kos gara-gara pulang kemaleman, atau sekadar ingin membuka Mojok.co. Pun, kalau lapar, kamu juga bisa memesan makanan di sini. Lumayan, makanannya nanti diantar ke bilikmu—sudah lama, kan, nggak ada yang anterin kamu makan?

2. The Captain Urban Lounge

Berada di Jalan Damai, kafe ini menyita perhatian orang yang lewat karena di bagian luarnya berbentuk moncong pesawat. Sontak, orang-orang bakal refleks bertanya, “Eh, apa sih itu? Apa sih itu?” Hmm, ide yang bagus untuk menarik atensi.

Di bagian dalam, restoran ini berbentuk badan pesawat Fokker 28 sebagai tempat untuk menikmati hiburan berupa live music. Kokpit pesawat dipakai sebagai panggung musik, sementara area lainnya menjadi tempat makan pengunjung. Kursi yang digunakan pun kursi pesawat. Sayangnya, tempat ini nggak bisa terbang sungguhan seperti pesawat. Coba kalau bisa—ia akan menerbangkan kita jauh dari kenangan menyakitkan di kota ini~

Halah!

3. Mato Kopi

Di daerah Selokan Mataram, Mato Kopi berdiri sejak bertahun lalu dan masih menjadi pilihan tempat nongkrong di Jogja hingga hari ini. Mato Kopi buka selama 24 jam penuh sehingga cocok dijadikan tempat curhat semalaman tanpa takut diusir karena sudah habis waktu bukanya. Konon, nama “Mato” berasal dari bahasa Madura yang berarti “pecandu”. Loh, loh, apa itu maksudnya???

Tenang, tenang. “Pecandu” di sini tentu saja maksudnya pecandu kopi, mylov. Memangnya kamu pikir apa? Pecandu cinta monyet kayak kamu itu? Beragam kopi memang dihadirkan di sini, mulai dari kopi susu hingga kopi jahe. Yang nggak ada memang cuma satu: kopi… nang aku dengan bismillah.

4. Alun-Alun Kidul

Alun-alun Kidul, alias Alkid, seolah menjadi inti dari nongkrong di Jogja itu sendiri. Ibaratnya, kalau Mojok punya tagline “Sedikit nakal, banyak akal”, alun-alun Kidul pun bisa diberi tagline, “Belum ke Jogja kalau belum ke Alkid.”

Apa? Nggak nyambung sama tagline Mojok? Ya sudah, sih, nggak papa, namanya juga usaha.

Di alun-alun Kidul ini ada banyak hal yang bisa kamu pandangi: penjual balon, penjual mainan, penjual jajan, mobil-mobilan dengan banyak lampu, penjual cilok, tukan parkir, orang pacaran, hingga tukang sewa penutup mata untuk kegiatan Laku Masangin (melewati dua pohon beringin kembar dengan mata tertutup). Ya, tradisi inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Konon, jika kamu mampu melewati kedua pohon dengan mata tertutup, permohonanmu pun bakal terkabul.

Pertanyaannya, gimana kalau orang yang melakukan Laku Masangin itu permohonannya cuma agar bisa melewati kedua pohon dengan mata tertutup, ya?

5. Nol Kilometer

Berada di titik nol kilometer Jogja, tempat ini diberi nama Nol Kilometer atau Nol Km. Isinya? Kursi-kursi yang minta diduduki dan banyak sekali orang yang berfoto karena suasananya yang kian malam kian syahdu.

Nol Km berada di daerah dekat Benteng Vredeburg dan Bank Indonesia sehingga kamu bisa memarkirkan motor di sana. Kamu juga bisa duduk-duduk sambil memandangi traffic light dan menyadari bahwa hidup itu seperti lampu lalu lintas yang berubah-ubah dari merah ke hijau, ke kuning, lalu kembali ke merah lagi. Kalau haus, duduk diam saja—nanti akan ada penjual minum yang berkeliling. Praktis, bukan?

Yang terkini, Nol Km sering dijadikan tempat untuk nge-prank bagi beberapa pemburu like dan subscriber di YouTube. Umumnya, mereka akan datang berdua—satu memegang kamera, satunya beraksi. Jenis prank-nya beraga,. Yang terakhir, saya kena di-prank-in dengan cara dipanggil, “Hey, hey!”, eh pas ditengok, dianya joged sambil nyanyi, “Hey Tayo, hey Tayo~”

Ckck. Sampai tulisan ini dibuat, saya masih belum tahu lucunya di mana. Kamu tahu nggak?

Exit mobile version