MOJOK.CO – Fenomena antrean pasien di klinik paranormal Ningsih Tinampi coba memperkaya kesimpulan lama: Orang Indonesia tuh masih percaya sama pengobatan alternatif berbau spiritual. Pengobatnya aja dinamain pake sebutan gahar, “orang pintar”.
“Berobat ke dokter (yang udah jelas ilmunya) pake BPJS dibilang ribet, giliran berobat ke yang gini ga pake BPJS, antre sampe 2021 gerak cepat wkwk,” gitu cuit @hendralm mengomentari info bahwa 30 ribu orang antre untuk berobat ke paranomal paling hits saat ini, Ningsih Tinampi.
Menurut info itu, antrean sudah penuh sampai 2021 dan saking larisnya, penghasilan Ningsih mencapai angka spektakuler: Rp70 juta sehari.
Berobat ke dokter (yang udah jelas ilmunya) pake BPJS dibilang ribet, giliran berobat ke yang gini ga pake BPJS, antre sampe 2021 gerak cepat wkwk pic.twitter.com/6XbV5OcCo0
— Samuel Christian H (@hendralm) December 1, 2019
Cuitan itu ada benarnya juga. Memang ada orang yang merasa bayar BPJS Kesehatan itu berat. Tapi juga ada logika tersembunyi orang Indonesia yang nggak mau rugi sehingga mikir “Ngapain bayar BPJS kalau nggak sakit/butuh penanganan medis”.
Akibatnya, muncullah data memalukan bahwa sebanyak 64,7% ibu hamil yang melahirkan pakai BPJS, mereka baru bikin BPJS Kesehatan satu bulan sebelum melahirkan. Lalu, 43,2% dari ibu yang melahirkan pakai BPJS tadi langsung berhenti bayar iuran sebulan setelah melahirkan.
Jadi, nunggak BPJS bukan karena masalah nggak punya duit aja.
Berobat ke paranormal Ningsih Tinampi jelas tak gratis. Kabarnya, ia menarik ongkos Rp300 ribu sampai Rp5,5 juta. Dengan biaya segitu, saat ini sudah 30 ribu orang mengantre untuk ditangani perempuan Pasuruan itu.
Biaya segitu memang terhitung murah. Orang Indonesia sudah biasa dihajar harga mahal untuk menebus kesembuhan. Setiap orang pasti pernah punya cerita bagaimana tetangga, saudara, kawan jauh, kawannya kawan, atau bahkan keluarga sendiri ngos-ngosan membiayai pengobatan. Orang yang sampai bangkrut karena uang habis untuk berobat.
Tapi pengobatan alternatif apa ya murah. Entah itu minuman yang sudah didoakan, kalung kesehatan, atau jimat-jimat lain sering dibanderol dengan harga jutaan. Dengan situasi sama-sama mengeluarkan biaya tak sedikit, kenapa orang masih mempercayai pengobatan alternatif dan mendahulukannya dari pengobatan medis?
Saya mencoba memberikan beberapa dugaan.
Pertama, sejak kecil kita diajarkan untuk mempercayai hal-hal supranatural itu memang ada. Jadi orang Indonesia nggak akan mendebat ketika dikasih tahu penyakitnya ada gara-gara dia ketempelan jin.
Kedua, walaupun mahal, pengobatan alternatif tetap lebih murah dari pengobatan medis.
Ketiga, kemajuannya terlihat dan berlangsung cepat. Sekalipun klaim “kemajuan” itu cuma didapat dari omongan si orang pintar. “Ini sudah mendingan. Beberapa kali terapi lagi bakal sembuh kok” adalah penghibur yang menenangkan sekali bagi keluarga yang mungkin sudah amat sangat lelah sekali harus wara-wiri mencari kesembuhan.
Keempat, promosi dari mulut ke mulut sangat masif. Kita punya watak gemar membantu. Kalau kita dengar ada teman yang sakit, kita bisa refleks bilang, “Temannya mantan pacar kakak ipar bos saya pernah tuh sakit kayak gitu. Dia sembuh lho setelah berobat ke tempat orang pintar A.”
Entah kenapa saya jarang mendapati seseorang yang mereferensikan pengobatan alternatif tertentu adalah orang yang benar-benar menyaksikan atau mengalami sendiri pengobatan itu.
Saya pribadi punya sikap nggak konsisten pada kemampuan supranatural. Susah untuk nggak percaya bahwa santet itu nggak ada karena ada banyak testimoni soal itu. Tapi, meniru pertanyaan yang kesannya bodoh tapi masuk akal ini, kalau orang Indonesia memang jago banget ilmu hitam, kenapa Belanda sampai menjajah Indonesia ratusan tahun? Kenapa nggak ada satu pun gubernur jenderal yang mati karena disantet? Hadeeeh.
Tapi saya juga punya pengalaman buruk sama orang pintar atau dukun. Beberapa kali orang di sekitar saya meminta bantuan dukun untuk mencari barang yang hilang, hasilnya zonk semua.
Yang saya baru tahu dari esai pengalaman ini, ternyata saat ini ada pengobatan alternatif islami berupa rukyah yang sedang dijalankan penceramah televisi bernama Ustadz Danu. Cara satu penyakit divonis penyebabnya, dan kemudian berusaha disembuhkan, kok di mata saya mengerikan ya.
Nia mencontohkan ketika penceramah Ustadz Danu memvonis anak selebritas Denada menderita leukimia karena si ibu, Denada, pernah marah sama orang tua. Anak lainnya, yang mengidap sindrom down, juga disimpulkan Ustadz Danu bisa sakit karena orang tuanya nggak akur dengan kakek-nenek si anak-anak.
Sebentar, orang sakit fisik karena perasaan dan pikirannya tak tenang itu memang ada. Namanya psikosomatis. Tapi kalau orang tua yang punya penyakit hati, tapi anaknya yang kena sakit fisik, itu bagaimana urut-urutan ceritanya? Apa nanti nggak bahaya semisal teman kontrakan saya sirik sama orang lain, terus saya yang ketimpa penyakit kanker?
Demikianlah. Di mata pengobatan spiritual, kadang semua-mua penyakit bisa disebabkan oleh pikiran yang kotor; kadang semuanya disebabkan oleh jin. RIP ilmu kedokteran.
Beberapa tahun lalu satu peristiwa menyisakan trauma mendalam di diri saya. Seorang teman yang sakit parah ngeyel nggak mau ke dokter dan memilih berobat alternatif. Kondisinya terus memburuk sampai teman-temannya memutuskan membawanya paksa ke rumah sakit. Oleh dokter, penyakitnya dideteksi sebagai kanker.
Umur memang rahasia Tuhan. Tapi kadang saya berpikir. Kalau… kalau saja waktu itu ia ke rumah sakit lebih cepat… mungkin kini ia masih membersamai kami hidup di dunia yang menyedihkan ini.
BACA JUGA Pengobatan Alternatif Ningsih Tinampi, Pengusir Santet yang Lagi Digandrungi di Youtube dan artikel menarik lainnya di POJOKAN.