Vanessa Angel dan Kasus Prostitusi: Keberadaan Sisi Bajingan di Setiap Manusia

Vanessa Angel MOJOK.CO

MOJOK.COVanessa Angel berdosa satu soal. Kegoblokanmu itu soal yang berbeda. Jenis bajingan yang perlu disleding supaya tidak menjadi aib masyarakat.

Satu lagi artis tertangkap polisi. Vanessa Angel menjadi pesakitan karena kasus prostitusi. Selain karena narkoba dan perceraian, “netizen showbiz” menjadi meriah ketika ada artis yang tertangkap sedang mesum, baik berbayar maupun tidak. Sebuah situasi yang paripurna menunjukkan sisi bajingan di setiap manusia.

Saya usul aktivitas “berkomentar” masuk ke dalam salah satu pilihan hobi. Berkomentar, sudah sejajar dengan olahraga, membaca, berkesenian, hingga belajar, sebagai alternatif hobi. Perkembangan media sosial yang naudzubillah pesat, membuat aktivitas berkomentar menjadi sangat mudah.

Tentu saja, mereka-mereka ini berkomentar untuk kepentingan dibaca dan didengar orang lain. Tak mungkin mereka hanya puas dengan berkomentar di dalam hati. Berkomentar di dalam hati itu tidak memancing komen, like, dan share. Sungguh tidak berfaedah untuk dilakukan. Mending langsung tulis di dinding Facebook, membuat THREAD ndakik-ndakik di Twitter, memasang tangkapan layar pemberitaan media di Instagram, hingga memakai sticker yang lucu-lucu di IG Stories.

Ketika Vanessa Angel, atau kasus prostitusi artis mulai ramai, pertama-tama yang “terlontar” adalah perntanyaan “Bagi link dong”. Otak yang nampaknya terbungkus cawat itu memerlukan manifestasi dengan menyuntuki video mesum Vanessa Angel. Situasi yang sama terjadi ketika Amel Alvi dan Nikita Mirzani tertangkap polisi karena kasus prostitusi online.

Hayo, jujur saja, siapa yang menjadi sangat penasaran dengan “aktivitas” Vanessa Angel, Amel Alvi, dan Nikita Mirzani ketika berbisnis dengan klien masing-masing? Langsung buru-buru mengetik nama Vanessa Angel atau Nikita Mirzani di kolom pencarian Twitter dan Instagram demi mendapatkan video “menantang” itu.

Ada yang bilang itulah laki-laki ketika sulit mengalihkan perhatian dari beceknya kasus prostitusi online. Apalagi yang menyangkut nama aktris atau aktor. Sisi bajingan itu memang ada. Tidak perlu ditutup-tutupi karena jatuhnya munafik. Rasa penasaran manusia itu sangat besar dan terkadang sulit dibendung. Pada titik ini, rasa penasaran membuat orang yang paling pendiam menjadi agresif mencari pemuas rasa penasaran dirinya.

Sisi bajingan yang kedua adalah memosisikan Vanessa Angel dan artis lainnya yang tersangkut kasus prostitusi online sebagai “penjahat tunggal”. Netizen-netizen mahabenar ini menghujat dengan sangat lincah. Jari-jari mereka menari di atas keyboard, membagikan potongan ayat-ayat di dalam kitab suci untuk mendukung “kesucian” mereka masing-masing.

Ini sisi bajingan dan munafikun paling paripurna. Seakan-akan mereka tidak punya dosa. Lidah, yang dijembatani oleh jari, menjadi petaka di media sosial. Menghujat, sebagai anak topik dari hobi berkomentar, sangat rentan menyakiti hati orang lain.

Orang-orang ini seperti lupa kalau aktivitas “ngeue” itu melibatkan dua orang atau lebih. Kalau solo karier itu namanya masturbasi. Ada Vanessa Angel, tentu ada pula mucikari dan pelanggan. Dan biasanya, “pelanggan artis” ini bukan orang sembarangan. Pebisnis sukses, sampai wakil rakyat. Namun, media-media tak pernah membuka identitas pelanggan. Fokus mengeksploitasi si wanita yang dijadikan “penjahat tunggal”.

Media sibuk mencari klik dengan membuat berita sampingan seperti “daftar artis yang pernah terjerat kasus prostitusi online” atau “7 fakta di seputar kasus Vanessa Angel”. Isinya mulai tarif sampai postingan Vanessa Angel di Instagram sebelum tertangkap. Tidak ada yang salah. Tidak ada. Karena kita sibuk menunjukkan sisi bajingan dengan lincah menghujat. Menjadi sok paling suci. Lupa melakukan kontrol terhadap media.

Sisi bajingan ketiga, dan ini yang paling absurd, adalah menghubungkan masalah prostitusi online dengan Jokowi. Betul, kamu tidak salah baca. Manusia-manusia mabuk politik ini menuduh ada kasus prostitusi artis karena sulit cari kerja di era Jokowi. Ini model manusia pemalas yang lebih suka menyalahkan pemerintah ketimbang bikin akun di LinkedIn atau membaca kolom lowongan pekerjaan di surat kabar.

Menahan diri untuk tidak berkomentar menjadi sangat sulit dilakukan. Seperti kata Zen RS, salah satu pendiri panditfootball.com: “Bahwa yang berbahaya dari menurunnya minat membaca adalah meningkatnya minat berkomentar.”

Membaca adalah aktivitas manusia yang diiringi usaha memahami sesuatu. Ada proses belajar menyelidiki dan mencari tahu sesuatu dari banyak sisi. Bukan taklid buta dengan satu pemikiran saja. Apalagi ketika pemikiran itu membuatmu menjadi manusia bajingan yang sok suci dan goblog sepenuhnya.

Vanessa Angel berdosa itu lain soal. Itu urusannya dengan Tuhan. Kegoblokanmu itu juga soal yang berbeda. Jenis bajingan yang perlu disleding supaya tidak lagi menjadi aib bagi masyarakat.

Exit mobile version