Udah Bener Marshanda, Orang Bisa Berubah. Jejak Digital Alay Nggak Usah Dipikir

ilustrasi Udah Bener Marshanda, Orang Bisa Berubah. Jejak Digital Alay Nggak Usah Dipikir mojok.co

ilustrasi Udah Bener Marshanda, Orang Bisa Berubah. Jejak Digital Alay Nggak Usah Dipikir mojok.co

MOJOK.COVideo Marshanda ngasih insight bahwa orang itu bisa berubah. Tuhan tutup aibmu, tapi selebtwit sebarkan jejak digital alay orang-orang. Hmmm.

Sudah lama saya pengin banget menghapus akun Facebook lama saya karena isinya cuma seputar update status galau dan foto alay yang memalukan saja belum. Jika saya telusuri, saya juga sering sok-sokan update status pakai bahasa Inggris tapi ngawur dan kelihatan sok banget. Intinya kalau ada HR dari perusahaan besar melihat jejak digital saya di akun itu, saya auto-blacklist. Sayangnya saya sudah lupa kata sandi, surel yang buat log in juga sudah kandas. Kebingungan melanda, rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal. Hingga akhirnya, saya menyaksikan video singkat Marshanda dan merasa sedikit lega.

Dalam sebuah video singkat, Marshanda memberikan pemahaman seputar bagaimana orang bisa berubah. Blio ingin orang-orang nggak mendefinisikan dirinya dari kutipan di unggahannya kemarin atau di masa lalu, semua itu berubah kayak ombak, katanya. Gara-gara ini saya memilih nggak mendefinisikan diri saya buruk dari jejak digital ngawur yang pernah saya buat sebelum saya matang.

Walau pernyataan Marshanda mungkin saja menimbulkan paradoks dan menafikan kata-katanya sendiri seperti: lah berarti pernyataan di postingan ini kebenarannya juga bisa berubah? Tapi, tentu nggak masalah. Untuk saat ini, pernyataan blio memang relate. Bagaimana ke depannya ya dipikir nanti saja lah.

Sebenarnya kasus soal jejak digital memalukan berkali-kali terjadi. Di antara yang sempat ramai, tentu dari kalangan seleb. Ardhito Pramono dibilang labil gara-gara pernah misuh homofobik dan 18+, sampai Raisa yang pernah ngerokok samsu dan bilang di pantat Chris John ada tulisan “ujang”. Ini baru di Indonesia loh, belum kalau kita kepo seleb Hollywood dan gonjang-ganjing mereka soal jejak digital.

 

Masalahnya belakangan jejak digital biasa digunakan sebagai senjata buat mempermalukan orang lain di media sosial. Misalkan nih misal aja, saya kebetulan terlibat kontroversi soal pernyataan saya di media sosial. Saya viral dan kebetulan banyak yang kontra. Si pihak kontra ini kemudian ngubek-ngubek jejak digital di akun saya dan mengeluarkan pernyataan saya di masa lalu yang kebetulan bertolak belakang dengan apa yang saya katakan belakangan. Lha kan saya malu, yak. Udah bikin kontroversi ndakik-ndakik kok tersleding kata-kata sendiri dari masa lampau. Untung saya bukan selebtwit, soalnya yang sering war soal beginian ya mereka yang followers-nya banyak.

Makanya pernyataan Marshanda jadi insight penting. Ini memberikan pemahaman ke banyak orang bahwa kita nggak bisa begitu saja nyalahin orang hanya karena jejak digitalnya di masa lalu. Kalau ada orang yang dulu alay banget, bucin, sampai misuh nggak karuan, ya sudah. Toh, jejak digital itu tidak terlalu berpengaruh dengan apa yang terjadi hari ini. Kecuali kalau jejak digital itu memang mengandung fakta yang gobloknya setengah mati kayak membuktikan tindak korupsi, pelecehan seksual, dan pembunuhan yang belum terungkap. Itu mah beda lagi, Ujang!

Sebelumnya, saya sempat terpikir buat pakai jasa hapus akun saking banyaknya kasus jejak digital memalukan. Lalu saya urungkan niat itu karena buat apa merisaukan sesuatu yang telah lalu. Bukan saya yang perlu hapus akun, tapi pemahaman kita bersama soal mempermalukan seseorang pakai jejak digital. Sudah benar Marsanda bikin pernyataan agar netizen nggak mendefinisikan dirinya berdasarkan apa yang pernah dia unggah dulu. Blio memang pernah dbicarakan gara-gara video ngatain teman-teman TK-nya itu lho, tapi, ya sudah kita maafkan saja. Siapa tahu Marshanda hari ini sudah belajar lebih banyak sehingga membuatnya jauh lebih bijak.

Sama kayak Marshanda, saya juga begitu. Jika suatu saat saya jadi orang terkenal (haaash) dan jejak digital saya yang isinya kegoblokan itu tersebar… tolong banget ini, Lur. Itu kan dulu, saya di hari ini dan saya di masa depan ya udah beda lagi. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah mencegah terciptanya aib-aib baru yang mungkin bakal bikin kita malu di masa depan. Begitu.

BACA JUGA Belajar dari Ardhito Pramono: Orang Bisa Berubah, Jejak Digitalnya Tetap atau artikel AJENG RIZKA lainnya.

Exit mobile version