Tips Agar Spongebob dan Promo Film Gundala Tidak Kena Tegur KPI

MOJOK.COTercatat ada 14 program siaran televisi yang kena tegur dari KPI. Dua di antaranya adalah SpongeBob SquarePants dan promo film Gundala. Nah lho.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada Kamis (15/9) menerbitkan surat teguran kepada program “Big Movie Family: The SpongeBob SquarePants Movie” dan promosi film Gundala yang tayang di televisi. Dua program ini merupakan dua di antara 14 program siaran televisi yang dianggap melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Siaran (P3-SPS) KPI tahun 2012.

Inilah ke-14 siaran yang ditegur oleh KPI tersebut:

  1. Program Siaran Jurnalistik “Borgol” GTV
  2. “Big Movie Family: The SpongeBob SquarePants Movie” GTV
  3. “Ruqyah” Trans 7
  4. “Rahasia Hidup” ANTV
  5. “Rumah Uya” Trans 7
  6. Program “Obsesi” GTV
  7. Promo Film “Gundala” TV One
  8. “Ragam Perkara” TV One
  9. “DJ Sore” Gen FM
  10. “Heits Abis” Trans 7
  11. “Headline News” Metro TV
  12. “Centhini” Trans TV
  13. “Rumpi No Secret” Trans TV
  14. “Fitri” ANTV

Meski begitu, netizen Indonesia sebenarnya tidak terlalu memedulikan ke-12 program siaran yang ditegur, kecuali The Spongebob dan promo film Gundala. Bahkan tagar #BubarkanKPI mengudara kembali, mengingat komisi ini juga perna kena cercaan netizen karena punya agenda mengawasi media digital kayak Youtube, Netflix, bahkan Facebook.

Tak disangka, belum kelar dengan isu tersebut, KPI sudah bikin perkara dengan penduduk Bikini Bottom. Hal yang bikin tagar #savespongebob juga ikut mengudara berbarengan dengan tagar #BubarkanKPI di jagat Twitter.

Sebenarnya kalau mau diperhatikan, KPI tidak sedang menegur rangkaian siaran SpongeBob yang selalu tayang diulang-ulang episodenya sejak zaman jebot itu, melainkan yang ditegur adalah The Spongebob Squarepants Movie.

Menurut KPI, di segmen “Rabbids Invasion” ada adegan kekerasan berupa aktivitas memukul wajah dengan papan, menjatuhkan bola bowling, sampai melayangkan paku ke wajah, dan adegan sadis lainnya. Dan semua itu dilakukan antar sesama kelinci.

Iya, sesama hewan mamalia darat. Mungkin jika adegan itu dilakukan oleh sesama ikan, barangkali KPI nggak sesewot itu.

Apa yang dilakukan KPI ini sebenarnya sudah sangat tepat sebagai instansi yang independen terhadap kualitas siaran televisi di Indonesia. Sebab, selain soal kekerasan, sebenarnya kalau kita mau berpikir jernih KPI ingin menegur bagaimana logika seekor mamalia bisa berbuat kekerasan kepada sesamanya di dasar laut itu sangat berbahaya.

Hal semacam ini sudah pernah diinisasi oleh stasiun televisi yang bersangkutan ketika melakukan sensor “blur” gambar bikini yang dipakai Sandy, karakter kelinci paling seksi, yang kebetulan terdaftar sebagai salah satu penduduk Kecamatan Bikini Bottom.

Beberapa netizen sering salah sangka, bahwa blur atau sensor ini dilakukan karena upaya menghindari tudingan penyebaran konten pornografi, padahal hal ini adalah upaya agar anak-anak Indonesia tidak tahu kalau Sandy sebenarnya adalah hewan menyusui. Jadi anak-anak di Indonesia tidak teracuni dengan anggapan kalau Sandy ini adalah mamalia darat yang bisa hidup di dasar laut pakai baju astronot.

Apalagi, kalau KPI memang niat menegur SpongeBob, seharusnya yang ditegur bukan ketika segmen ada kelinci berbuat kekerasan atau pakai baju seksi, melainkan ketika segmen “Raja Ubur-Ubur”.

Lha gimana? Segmen ini sampai jadi “kepercayaan” betulan di Serang, Banten, pada yang ramai pada 2018 silam je. Sepasang suami istri diketahui sampai mendirikan agama baru bernama “Kerajaan Ubur-Ubur”. Apa nggak sangar itu? Sebuah film kartun bercerita soal spons di laut bisa menginisiasi kelahiran sebuah agama!

Ini belum dengan seekor kepiting bernama Mr. Krabs yang bisa punya anak paus segede gaban. Bayangkan saja, gimana logikanya seekor anthropoda pelit bisa punya anak mamalia pemakan plankton?

Oleh karena itu, untuk kalian para pembela SpongeBob di luar sana, janganlah kalian terlalu galak sama KPI. Nanti kalau mereka marah dan mengecek semua episode SpongeBob, bisa-bisa siaran kartun kecintaan rakyat Indonesia ini benar-benar diberangus karena logika-logika ambyarnya.

Nah, ke depan, agar SpongeBob nggak kena tegur lagi, maka lebih baik siaran ini diganti saja jadi acara kuis, talk show, atau film dokumenter.

Misalnya, kuis bikin SIM A di sekolah mengemudi SpongeBob. Atau talk show tentang permainan klarinet Squidward. Atau, kalau memang harus dibikin siaran yang berfaedah, bisa sih bikin dokumenter tentang rahasia sukses Mr. Krabs dengan bisnis Krusty Krab-nya dengan judul “kiat sukses berbisnis tanpa perlu bayar gaji lembur karyawan”.

Tapi tidak cuma penggemar SpongeBob saja yang ngamuk-ngamuk atas teguran itu. Selain SpongeBob, promo film Gundala juga kena tegur oleh KPI. Bukan film-nya sih yang ditegur KPI, melainkan promo filmnya. Kebetulan promo filmnya ada adegan yang memakai kata “bangsat”.

Hal yang langsung dibalas oleh Joko Anwar, sang sutradara.


Jika melihat tanggapan Joko Anwar itu, kita sebagai anak bangsa yang menjunjung kesopanan patut untuk mengelus dada. Ya kan harusnya beliau sebagai sutradara terkenal bisa lebih santuy terhadap orang-orang KPI.

Apa susahnya sih dialog “bangsat” itu diganti menjadi, “kepinding” atau “kutu busuk” aja? Selain nggak sekasar “bangsat”, masyarakat kita kan jadi belajar soal kosakata baru. Jadi selain menikmati film-nya, kita bisa juga bawa KBBI kalau lagi nonton filmnya. Keren kan? Belajar Bahasa Indonesia sambal nonton film Gundala.

Atau kalau mau lebih syar’i dan nggak bakal kena teguran KPI, bisa juga kok kalau mau pakai kata-kata, “kafir” atau “ahli neraka”. Misalnya ketika mau memaki, bilang aja, “dasar sesat!” atau pakai kalimat tanya, “kamu Islam?”

Meski kalimat itu jauh lebih kasar ketimbang “bangsat”, tapi yakin deh kalau KPI nggak bakal menegur. Soalnya ada 1,5 juta penonton film Gundala yang bakal duluan bikin petisi boikot.

BACA JUGA Udahlah KPI, Nggak Usah Ikut Cawe-Cawe Ngurusin Platform Digital atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya

Exit mobile version