MOJOK.CO – Dukung Sherina bikin Petualangan Sherina 3, premisnya perjuangan menghapus daging anjing rasa whataboutism.
Lebih dari dua dekade yang lalu, anjing peliharaan saya, namanya Doggy, diangkut kakek saya sendiri ke dalam becak. Katanya, Doggy mau dijual (sekarang dikenal dengan adopsi). Beberapa minggu kemudian saya tahu, Doggy tak dijual, tapi dijagal. Katanya, harga daging anjing lagi bagus. Sialan.
Ingatan akan Doggy dipaksa naik ke becak itu tak bisa hilang hingga sekarang. Sebuah momen yang membuat saya punya semacam soft spot untuk dua hal, yaitu segala kasih sayang dari anjing kepada manusia dan perpisahan. Hingga sekarang, saya tidak tega memelihara anjing lagi.
Oleh sebab itu, saya agak sedikit bisa memahami stres yang dirasakan Sherina Sinna. Rasa sedih, murung, sesal, mual, semuanya menjadi satu ketika melihat hewan peliharaan kita dibunuh. Apalagi anjing, yang sudah ramah dan percaya kepada manusia. Ikatan emosional yang terjalin sudah sangat kuat.
Coba, deh, kita memosisikan diri sebagai anjing yang sudah percaya kepada manusia. Kamu menyambut kedatangan bapak-bapak berseragam dengan lambaian ekor. Tanda persahabatan dan kegembiraan. Namun, ketika kamu menyambut dengan kasih sayang, mereka membalasnya dengan menjeratmu. Memaksamu masuk ke dalam karung yang membuatmu kesulitan bernafas. Ketika kamu memberi kebahagiaan, mereka membalasmu dengan kematian.
Kamu tahu, kan, kalau keresahan Sherina diawali oleh tragedi yang menimpa Canon, anjing peliharaan yang ramah manusia itu? Iya, konteks yang bikin Sherina stres adalah pembunuhan hewan peliharaan di Aceh. Bukan yang lain. Bukan korban “tradisi” manusia di Tomohon atau korban “bisnis” di Solo.
Dis! RIP Canon. Ayo bantu Canon cari keadilan😭 pic.twitter.com/clogY7RSJR
— AREA JULID (@AREAJULID) October 23, 2021
Suara Sherina ditujukan kepada perlakuan bapak-bapak punya kuasa ketika menangani anjing peliharaan. Canon itu punya pemilik. Bukan calon korban jagal di pasar-pasar karena “harga daging anjing lagi bagus”. Demi sebuah teman minum, daging anjing jadi sangat laris.
Keprihatinan Sherina sedang dialamatkan kepada Canon dan pemiliknya yang masih terguncang sampai tulisan ini selesai dibuat. Kabarnya, Doni Herdaru, pendiri Animal Defenders Indonesia siap memberi advokasi kepada pemilik Canon. Tahukah kamu, perlakuan jahat kepada Canon itu masuk pidana. Kejadian ini akan dilaporkan ke kepolisian.
Alhamdulillah om doni udah denger tentang canon 🙂 pic.twitter.com/syMX4WfaDj
— NightFury (@RecoilPathy) October 23, 2021
Jadi, sampai di sini, semuanya clear, ya. Keprihatinan Sherina dialamatkan kepada Canon, bukan soal Tomohon dan perdagangan daging anjing di tempat lain. Kenapa Tomohon? Kenapa Solo? Karena Sherina menyenggol wacana wisata halal lewat Twitter.
Senggolan yang dilakukan komposer cum produser itu membuat gusar banyak orang. Mereka berusaha membelokkan fokus dari Canon dan kejadian di Aceh ke Tomohon dan Solo. Yah, kita sama-sama tahu soal perdagangan daging anjing di Tomohon dan Solo. Namun, usaha ini sudah keluar dari konteks yang tengah disuarakan Sherina.
Nah, tahukah kamu, usaha mematahkan keprihatinan Sherina itu dikenal sebagai whataboutism. Istilah ini terdiri dari dua kata, yaitu what dan about. Kalau mengintip Kamus Oxford, istilah whataboutism merujuk pada sebuah teknik retorika untuk membelokkan tudingan yang disampaikan oleh orang lain.
Sederhananya begini. Mereka yang pakai (baik secara sadar maupun nggak) whataboutism, berusaha mengalihkan fokus dengan cara menyalahkan pihak lain. Semakin banyak pihak yang dilibatkan, semakin baik. Fokus utama sebuah masalah bakal bergeser.
Mereka mencoba menyerang dengan menyatakan pihak lain juga sama bersalahnya. Padahal, mau bawa-bawa daging anjing di Tomohon atau Solo nggak bikin perlakukan kepada Canon bisa “dimaklumi”. Nah, udah jelas, kan?
Kayaknya semua ini cuma soal membaca, deh. Kalau baca utas dari Sherina secara utuh, di bagian akhir, dia bilang gini: “The greatest privilege of having A VOICE is to PROTECT the VOICELESS. Kalau kamu resah karena ini, SPEAK UP.”
Sherina memang punya suara. Namun, satu suara dari figur publik tidak akan mengubah sesuatu kalau nggak ada gerakan atau people power. Tahukah kamu, kampaye jangan makan daging anjing itu sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Namun, pada kenyataannya, tidak pernah digaungkan lebih kencang oleh netizen terhormat.
Pasar Tomohon dan lapak daging anjing di Solo nggak mungkin langsung tutup begitu Sherina bersuara. Apa ya pedagang di Tomohon dan pelapak daging anjing di Solo bakal gemetaran lalu demam tinggi ketika mendengar gaung suara seorang penyanyi yang dulu melantunkan: “Dia pikirrr, dia yang paling hebat! Merasa paling jago, dan paling dahsyat!” Kan ya enggak mungkin.
Kalau memang kalian merasa penjualan daging anjing di Tomohon dan Solo itu salah, ya silakan galang suara. Dukung penuh kampanye yang disuarakan animal lovers selama ini. Jangan cuma gaduh ketika ada artis yang bersuara.
Senggol juga pemangku kebijakan di sana. Ingat, menyenggol Tomohon dan Solo itu urusannya sama pejabat dan tradisi. Pejabat didorong untuk bikin aturan baru, sedangkan melawan tradisi yang kudu bareng-bareng. Namanya saja mengubah kebiasaan.
Jangan paksa Sherina untuk ikut memikirkan daging anjing di Tomohon dan Solo. Tapi, setidaknya, dukung dia untuk menyuarakan suaranya. Jangan malah dibelokkan dan dibenturkan dengan masalah di tempat lain. Dukung Sherina bikin Petualangan Sherina 3, premisnya perjuangan menghapus daging anjing rasa whataboutism.
BACA JUGA Viral Video Penyiksaan Anjing oleh Aparat Aceh, Disebut Terkait Wisata Halal dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.