Review Film Extraction vs 6 Underground di Netflix, Mana yang Lebih Kacau?

review film extraction 6 underground chris hemsworth ryan reynold bahasa indonesia film action terbaru rekomendasi film netflix michael bay film action 2020 the raid ulasan indo sub mojok.co

review film extraction 6 underground chris hemsworth ryan reynold bahasa indonesia film action terbaru rekomendasi film netflix michael bay film action 2020 the raid ulasan indo sub mojok.co

MOJOK.CO Seharusnya kita semua masih bisa bersuka cita menonton film di bioskop. Apalah daya, film Extraction dan 6 Underground di Netflix inilah yang akhirnya tersaji dengan kacau.

Saya masih nggak percaya sama keadaan pandemi yang begitu membelenggu ini. Seharunya saya sudah mengunjungi bioskop berkali-kali dalam bulan April. Jujur saja saya sudah menunggu-nunggu tayangnya A Quiet Place Part II, saya kangen ketegangan dan suspense tanpa ampun dengan scorring film yang mantap itu. Saya kangen ditakut-takuti dan dikageti saat nonton film.

Sayangnya apa yang bisa kita nikmati adalah menonton film lama, serial-serial streaming, dan tentu saja bisokop Trans Tv. Dua film action baru akhirnya dirilis platform Netflix untuk menyuntikkan gairah kita nonton film baru. Harapannya film 6 Underground yang tayang bakal memberikan penyegaran. Setelah itu ada film Extraction yang dibanggakan sama Chris Hemsworth berkali-kali di akun Instagramnya. Perlu saya katakan dalam satu tarikan napas bahwa keduanya kacau.

[Review film ini mengandung spoiler setengah gelas]

Kata Ryan Reynolds, film 6 Underground adalah film paling Michael Bay dari film-filmnya yang lain (Transformers, Bad Boys, Armageddon, dst.) Baiklah, cukup dari info ini saja saya nggak mau berharap banyak. Film ini pasti ada adegan mobil remuknya. Sip, ternyata benar, sejak eshtabilishing yang diremukkan pesawat. Mantap.

Michael Bay punya ciri khas menyebalkan di setiap filmnya, latar belakang karakter yang dangkal dan plot yang patah-patah. Di film 6 Underground lagi-lagi dia begini. Kalau bukan Ryan Reynolds yang main, mohon maaf film ini bakal jadi kelakar.

Film ini menceritakan tentang sebuah tim yang beranggotakan orang-orang keren, penembak jitu, bocah jago parkour, dokter, hingga orang kaya yang punya modal untuk melakukan semua aksinya. Mirip sama kerangka film superhero, yang bakal ditonjolkan adalah kekerenan aksi mereka dalam meledakkan kepala penjahat. Oh iya peringatan bagi kalian yang gampang jijik sama darah, film ini bukan rekomendasi ya.

Sebagai sebuah hiburan selingan, film ini benar-benar nggak ada masalah. Cenderung lebih seru diikuti, tensinya lumayan bikin lupa sejenak sama cicilan motor, dan ledakan-ledakan yang dihasilkan bikin kalian berteriak, “Ow wow, wow, anjir….” Cukup asyik bukan?

Menonton film 6 Underground juga mampu mengobati rindu kalian dengan candaan Reynolds yang ngawur tapi menggemaskan, karena doi ganteng aja sih. Selebihnya, saya sendiri kecewa banget Dave Franco cuma jadi semacam extras di film ini. Dengan durasi dua jam lebih, latar belakang setiap tokoh disampaikan sepotong-potong dan nggak jelas. Sampai sekarang saya nggak paham kenapa orang kaya raya kayak si One di film ini memilih untuk menjadi “hantu”.

Menonton aksi enam orang jagoan yang menyelesaikan misi begini mengingatkan saya pada sebuah film berjudul The A Team (2010) yang walau nggak bagus-bagus amat tapi karakterisasinya bisa dinikmati. Secara praktis saya bisa ngefans Bradley Cooper yang fakboi tapi cerdas itu. The A-Team dieksekusi dengan lebih rapi daripada film 6 Underground yang adegannya kelihatan banyak dipangkas.

Sementara kalau membandingkan 6 Underground dengan film Extraction, sungguh nggak menolong. Keduanya sama-sama kacau. Awalnya saya seneng banget bakal ada film Extraction yang mungkin akan bagus karena ditulis oleh Joe Russo dan diproduseri Russo bersaudara. FYI mereka adalah dua orang di balik kesuksesan franchise Avengers , Guys. Film ini juga hasil adaptasi komik Ciudad.

Bercerita tentang seorang jagoan tempur dalam misi penyelamatan anak mafia India, film Extraction sebenarnya punya cerita dan plot yang biasa banget. Alur majunya cenderung membosankan karena isinya cuma pengenalan, konflik, dan penyelesaian, gitu aja. Tapi satu hal yang bikin salut adalah koreografi dan seni bela diri yang lumayan niat. Maklum, film ini adalah proyek debutan stunt coordinator Avengers yang didapuk jadi sutradara di sini.

Lagi-lagi film ini punya rating R karena memperlihatkan visualisasi darah yang lumayan. Salah satu adegan one shot panjang agak bikin film ini kayak The Raid versi India. Dan saya akui adegan one shot itu menarik banget. Diakhiri dengan Chris Hemsworth jatuh dari truk, mengingatkan saya pada pertarungan gebuk bantal di lomba 17-an.

Tapi jujur aja, pengalaman nonton Extraction memang nggak terlalu istimewa. Dalam beberapa bulan saya mungkin bakal lupa kalau pernah menontonnya. Film ini akhirnya cuma jadi hiburan instan di tengah kikuknya social distancing.

Saya nggak bilang kalau saya sama sekali nggak menikmati kedua film action bertabur kekerasan ini. Jelas nikmat memandangi dua bule brewokan pegang pistol daripada nggak nonton film sama sekali akibat bioskop yang tutup. Tapi jujur 6 Underground lebih kacau karena bahkan saya nggak tahu gimana caranya si Four keluar dari kolam renang atas gedung.

Skor layak tonton film 6 Underground: 6/10
Skor layak tonton film Extraction: 7/10

Walau keduanya sama-sama kacau, memangnya kita punya banyak pilihan? Baek-baek nonton drama Korea aja kali ya.

BACA JUGA Membandingkan Serial Netflix Populer dengan Rating dari Kritikus atau review film AJENG RIZKA lainnya.

Exit mobile version