Prabowo Presiden De Facto Itu Benar, Kok Kalian Jahilin Sih

Prabowo presiden de facto MOJOK.CO

MOJOK.COUstaz Bachtiar Nadir mengungkapkan bahwa secara de facto, Pak Prabowo sudah resmi menjadi presiden. Akhirnya selesai juga drama-dramaan ini. Sudah? Sudah?

Saya salute kepada Pak Prabowo dan semua pengiringnya. Mereka bisa menunjukkan sikap tegas, berani melawan arus, dan berani keluar dari zona nyaman. Yang terakhir itu sudah terdengar seperti kalimat monoton motivator-motivator layar kaca yang mulai nggak laku karena kalah sama stand-up comedian nggak?

Sikap tegas ditunjukkan dengan keyakinan menang, tanpa mau diracuni oleh omongan-omongan orang. Pak Prabowo bahkan dengan tegas langsung bikin deklarasi kemenangan di malam coblosan. Diwarani sujud syukur, calon presiden 02 itu menegaskan kalau sudah menang dengan raihan suara mencapai 62 persen.

Tegas, Pak Prabowo mampu menunjukkan sikap. Di antara kalian, ada berapa yang tetap bisa tegas dengan keyakinan ketika diracuni oleh omongan-omongan sekitar? Biasanya sih langsung goyah. Beda dong dengan Pak Prabs, yang tegas dan penuh gairah. Gebrak meja podium sampai mik patah kan cuma gimmick saja. Itu biar pendukungnya semakin bersemangat menyambut coblosan Pilpres 2019.

Buktinya, Pak Prabs menang, kan. Menang dengan Raihan suara 62 persen. Itu hasil dari mana? KPU? Ya tentu saja bukan. Sebagai person yang tegas, itu hasil hitungan mereka sendiri. Selain tegas, mereka juga punya inisiatif. Saat ini, mahal sekali harga inisiatif. Ya kayak kamu yang saling nunggu pas nugas kampus. Nunggu ada yang mulai ngerjain untuk kemudian kamu copas saja.

Berani melawan arus? Ya jelas. Ketika ada 12 lembaga survei merilis perhitungan cepat Pilpres 2019, Pak Prabowo dan para pengiringnya tidak mau percaya begitu saja. Keduabelas lembaga survei tersebut seperti bersepakat, dengan nilai rata-rata 54 persen, memenangkan pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin. Kalau dari KPU, dengan data masuk baru 33 persen hingga Kamis (25/4), pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin unggul dengan 56 persen.

Lewat pidato salah satu pendukungnya, yaitu Ustaz Bachtiar Nasir, hasil hitung cepat 12 lembaga survei itu hanyalah sihir sains saja. Ini! INIH! Sebuah istilah yang sundul langit. Ini seperti menemukan wonderkid, pemain muda dengan talenta tinggi di sepak bola, ketika ada tokoh nasional bisa bikin istilah yang begitu memikat. Pak Amien Rais, Bapak bisa bersantai karena sekarang sudah ada penerusnya. “Sihir sains”. Keren betul, bukan?

Ustaz Bachtiar Nasir meminta pendukung pasangan calon 02 itu untuk tidak lagi memikirkan hasil hitung cepat KPU yang menyatakan bahwa pasangan Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin unggul atas pasangan Prabowo-Sandi.

“Walaupun waktu dengerin quickcount, emak-emak yang paling dulu remuk, banyak yang nangis, sudah sembuh? Itu cuma sihir sains. Yang keliatannya benar, ternyata isinya kebusukan-kebusukan semua,” tegas Ustaz Bachtiar Nasir.

Jadi, “sihir sains” adalah sebuah keadaan di mana yang kelihatan benar, tapi isinya malah kebusukan. Terima kasih Pak Ustaz Bachtiar Nasir karena sudah menjernihkan semuanya. Selama ini kalau ngomongin istilah sihir saya hanya kepikiran Harry Potter yang lagi merapal mantra “Riddikulus!”, “Expelliarmus!”, atau “Expexto Patronum!”.

Lagian Harry Potter itu musrik. Anak kecil kok mainan sihir. Ini bentuk salah pergaulan sejak kecil. Jangan-jangan Harry Potter waktu sekolah suka bolos dan nyolong mangga tetangga. Nggak betul wis.

Kembali ke Pak Prabowo. Sifat keluar dari zona nyaman adalah ketika dengan berani menentukan nasib diri sendiri, tidak terlena dengan narasi besar yang beredar di masyarakat. Kalau KPU punya real count, maka Pak Prabs dan pengiringnya punya “real count versi mereka sendiri”. Bahkan, Djoko Santoso, Ketua BPN mengklaim Pak Prabowo bisa menang 80 persen.

BPN juga sudah betul untuk tidak membuka data sekaligus tempat real count. Ini lawan mereka kok maunya nanya saja biasanya. Cari sendiri dong. Jadi orang kok nggak mandiri banget. Kan kecurangan atau data palsu itu tidak akan ada kalau tidak ditemukan. Kamu bukan penjahat kalau kejahatan itu “tidak ada”. heuheuheu…

Sifat untuk tidak mau menurut dengan arus ini patut dicontoh. Berani berbeda itu baik. Nggak semuanya harus sama. Memangnya seragam ibu-ibu PKK. Berani menentukan nashi sendiri, tegas, berani melawan arus hingga keluar dari zona nyaman. Ini baru presiden yang betul.

Oleh sebab itu, masuk akal bukan kalau Pak Prabs itu sudah resmi jadi Presiden. Seperti dijelaskan oleh Ustaz Bachtiar Nasir, Pak Prabs itu resmi secara de facto. “Secara de facto, Pak Prabowo dan Pak Sandi sudah resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk Indonesia. Merdeka. Untuk sampai ke de jure, Insya Allah,” kata Ustaz Bachtiar Nasir seperti dikutip oleh Media Indonesia.

Kamu tahu apa de facto? Sesuai KBBI, de facto adalah “menurut kenyataan yang sesungguhnya (tentang pengakuan atas suatu pemerintahan); menurut hakikatnya.” Lho, kamu masih bertanya siapa yang mengakui “kenyataan yang sesungguhnya” itu? Ya mereka sendiri, lah. Kita sih enggak usah ikut-ikutan. Ilmu kita belum sampai untuk memahami pernyataan yang sungguh “pertapa-wi” itu.

Maka, sah! Pak Prabowo adalah Presiden secara de facto. Tentu saja presiden di universe mereka sendiri. Sudah, sudah main-main presidennya? Saatnya kembali bekerja. Mau de facto, de jure, de coco, cicilanmu nggak bakal dibayarin. Mamam…

Exit mobile version