Pencuri Uang Negara 1,2 Triliun yang Buron 23 Tahun Ditemukan oleh Media

Eddy Tansil MOJOK.CO

MOJOK.COEmang susah ya nangkap Eddy Tansil? Padahal, sebuah tim dari media saja bisa menemukan keberadaannya dengan mudah. Kok bisa begitu?

Ejakulasi Dini Tanpa Hasil, begitu namanya dulu sering diplesetkan. Namanya pernah sangat populer setelah ia menggelapkan uang, lewat skema kredit macet, membuatnya merugikan negara sebesar Rp1,3 triliun. Sekali lagi, satu koma tiga triliun, dan itu terjadi di tahun 1996. Kasusnya adalah kasus korupsi pertama di Indonesia yang melibatkan yang menyentuh angka triliun.

Eddy Tansil sempat dipenjarakan, namun ia kabur dari Lembaga Permasyarakatan Cipinang pada 1996 dan belum tertangkap sampai saat ini. Sampai Selasa (30/7) Tirto.id menurunkan hasil investigasi mereka melacak keberadaan Eddy Tansil yang ternyata saat ini hidup nyaman di Tiongkok, sama sekali tidak terkesan cemas sebagai buronan. Kisahnya yang diturunkan Tirto menyerupai film Catch Me If You Can kami ringkas di sini.

***

Kasus yang melilit Eddy bermula di tahun 1991, saat ia mengajukan kredit kepada Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Duit itu dia pakai untuk membangun PT Golden Key Group (GKG) yang bergerak di usaha petrokimia. Konon, pengajuan kredit ini disetujui dengan cara ilegal. Eddy Tansil menggunakan surat sakti dari Laksamana Sudomo, mantan pangkopkamtib yang juga orang dekat Keluarga Cendana.

Mulai 1994, cicilan utang itu mulai seret. Adalah Ahmad Arnold Baramuli, anggota Komisi VII DPR RI yang pertama mempertanyakan kredit macet Eddy Tansil di Bapindo. Arnold mengungkapkan, pasti ada yang salah dari turunnya kredit itu. Berkat rekomendasi Sudomo, ditambah fakta Tommy Soeharto jadi rekanan bisnis Eddy di Golden Key, kredit ratusan juta dolar dari Bapindo bisa turun.

Eddy lalu diperiksa polisi dan di tahun 1995, vonis bersalah dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Eddy Tansil dapat hadiah kurungan 20 tahun penjara, denda 30 juta rupiah, membayar uang pengganti 500 miliar rupiah, dan mengganti kerugian negara sebesar 1,3 triliun rupiah. MAMAM.

Selama 1,5 tahun, Eddy Tansil jadi penghuni tetap LP Cipinang di Jakarta Timur. Dalam kurun waktu 1,5 tahun, Eddy tercatat empat kali melipir dari penjara, yang di kemudian hari kelakuan begini ditiru Gayus Tambunan dan Setyo Novanto. Puncaknya, Sabtu, 4 Mei 1996 petang hari, Eddy Tansil diculik jin alias menghilang dan tidak terlihat lagi sampai saat ini.

Katanya Eddy Tansil gampang dicari, tapi kok sulit ditangkap?

Ketika menghilang, ada yang memprediksi Eddy Tansil hengkang ke Australia, atau kabur ke Amerika Serikat, atau balik ke Tiongkok, ke kampung halamannya di Provinsi Fujian. Untung Eddy belum tahu keberadaan Wakanda. Celaka kalau sampai tahu, bisa-bisa nggak ketemu selamanya.

Di tahun pelariannya itu juga nama Eddy Tansil masuk daftar DPO Interpol. Pada 2013, Jaksa Agung saat itu, Basrief Arief, mengungkapkan kalau Eddy sudah terlacak ada di Tiongkok. Namun, hingga saat ini, nggak pernah terdengar ada penangkapan.

Apakah sesulit itu melacak keberadaan Eddy?

Jelas tidak, sebab tim investigasi Tirto hanya butuh lima menit untuk menemukan di mana ia tinggal saat ini. Menurut tim Tirto, mereka cukup menggunakan mesin pencari lokal Tiongkok seperti Baidu, Shenma, dan Sogou, lalu mengetikkan nama “Chen Zihuang”, nama Tionghoa Eddy, dan dalam seketika, ratusan info tentangnya muncul.

Eddy yang pernah digambarkan sebagai pelarian dengan mengendap-endap, sembunyi, memalsukan identitas, sampai berganti nama ternyata sedang hidup normal dan bahkan bisa membuka bisnis baru di Tiongkok, Gaes.

Bisnis baru, masalah lama. Di Tiongkok, Eddy Tansil berulah. Emang dasarnya ini orang tukang tipu. Sama seperti yang ia lakukan kepada Indonesia, di Tiongkok Eddy mengakali sistem kredit setelah mendapatkan kredit dari bank pemerintah senilai Rp791 miliar rupiah untuk membangun satu pabrik bir bernama Golden Spoon Brewery dan satu pabrik kaca bernama Golden Spoon Glass.

Kenapa Eddy selain susah diringkus, secara tidak masuk akal bisa membuat usaha baru di Tiongkok? Sumber Tirto mengatakan, itu karena Eddy punya bekingan yang tidak main-main. Bekingan dan koneksi sangat krusial dalam bisnis, dan kekuatannya inilah yang bikin kasus kredit macet Eddy di Tiongkok dan Indonesia tak terselesaikan.

Gong Chunqi, Direktur Great Wall Asset Management cabang Fuzhou, Tiongkok, berkata bahwa Eddy bukan orang sembarangan. Ketika terjerat kasus kredit macet di Tiongkok, Eddy “menyelesaikannya” dengan langsung berkunjung ke Beijing. Makanya, meski masuk daftar hitam debitur bermasalah, Eddy masih bisa mengajukan pinjaman ke bank.

Eddy Tansil punya koneksi secara langsung dengan Partai Komunis Tiongkok. Eddy punya kenalan bernama Song Ping, anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok. Song adalah mentor Presiden ke-6 Republik Rakyat Tiongkok, Hu Jiantao. Selain Song, Eddy punya akses ke Tian Jiyun, Wakil Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Partai Komunis Tiongkok.

Saat ini, Eddy juga punya akses ke Beijing lewat keponakannya yang bernama Chen Yuanshou, seorang anggota MPR Tiongkok. Chen adalah anak Hendra Rahardja, kakak Eddy. Bahkan, Eddy punya akses ke petinggi politbiro yang mengawali kariernya di Fujian, salah satunya presiden Tiongkok saat ini, Xi Jinping.

Nah, kelihatan polanya kan. Koruptor selalu bisa mengakali sistem saat ia percaya diri punya koneksi ke orang-orang kuat. Kasus Eddy menjadi contoh kesekian bahwa korupsi sangat nggak mungkin dilakukan oleh satu orang saja. Sudah pasti berjamaah dan bikin susah untuk diberantas.

Seri investigasi keberadaan Eddy Tansil yang mendebarkan bisa dibaca di sini.

Exit mobile version