Move On dari Rasa Takut Naik Pesawat Seperti Sembuh dari Patah Hati

penerbangan

MOJOK.CO Mengatasi rasa takut naik pesawat ternyata mirip-mirip pula langkahnya dengan menghadapi sakit hati akibat putus cinta. Wah, apa saja, ya?

Berita kecelakaan pesawat Lion Air JT610 masih menyisakan luka dan duka mendalam bagi rakyat Indonesia. Pencarian korban yang dilakukan Basarnas serta penemuan-penemuan potongan mesin pesawat hingga kini terus dikawal keberlangsungannya.

Kejadian ini pun mulai berdampak. Selain tangis dan kehilangan, beberapa orang mulai merasakan teror yang lain: mereka merasa takut naik pesawat, takut jika tiba-tiba mengalami kecelakaan serupa.

“Ibu takut naik pesawat,” kata ibu teman saya melalui telepon yang di-loud speaker, suatu hari. Padahal, ibu teman saya ini, dalam 3 hari ke depan harus terbang ke Singapura. Sementara itu, seperti yang kita ketahui, opsi ‘terbang’ tentu hanya merujuk ke pesawat terbang, bukan baling-baling bambunya Doraemon.

Pertanyaannya, apakah takut naik pesawat hanya muncul sejak berita kecelakaan beredar? Tentu tidak—ibu saya sendiri selalu meremas tangan saya ketika pesawat yang kami tumpangi mulai take off. Apakah saya langsung menenangkan ibu saya? Nggak juga. Di saat yang bersamaan, justru saya yang berteriak kesakitan—ha wong beliau ngeremesnya pakai kuku juga. Sakit, Ma, sakit! :(((

Permasalahan fobia atau rasa takut naik pesawat ini nyatanya memang dialami oleh banyak orang. Berita kecelakaan yang kita dengar pun menjadi faktor yang kian meningkatkan rasa takut ini, persis kayak kita kalau lagi cemburu tapi diem aja kayak patung nggak mau ngomong.

Terus gimana dong cara mengatasi rasa takut naik pesawat??? Apakah mungkin seseorang selamanya merasa takut??? Bisa nggak, sih, kita move on dari rasa takut ini, seperti… seperti… seperti saat kita baru saja putus cinta???

Walaupun memiliki kadar dan bidang ketakutan yang berbeda, menghadapi fobia menaiki pesawat ternyata mirip-mirip pula langkahnya dengan menghadapi sakit hati akibat putus cinta. Mari kita cek sama-sama, mylov~

Pertama, kita harus mengakui perasaan takut naik pesawat ini memang tumbuh di dalam sanubari.

Ya, Saudara-saudara, langkah pertama yang paling dasar adalah menghindari sikap denial. Kalau memang takut, bilang takut. Kalau deg-degan, bilang deg-degan. Kalau suka, ya bilang suka, nggak usah tarik ulur nggak jelas.

Hal ini sama persis dengan langkah utama dalam menghadapi patah hati: kita harus mengakui bahwa hubungan kita telah berakhir pahit, baik gara-gara dia selingkuh (jahat banget emang tukang selingkuh, tuh!) maupun kenyataan bahwa kalian memang tak lagi sejalan. Sedikit menyedihkan dan memalukan, tapi memang benar adanya, kan?

Terus, harus bilang kepada siapakah kita soal ketakutan menaiki pesawat? Mudah saja, Beb, kamu hanya perlu bilang kepada pramugari jika ketakutanmu terus berlanjut dan mengganggu ketenanganmu. Percayalah, pramugari-pramugari ini punya kiat tersendiri untuk menenangkanmu, persis kayak kamu yang curhat ke sahabatmu soal (mantan) pacarmu yang jahatnya udah level advanced.

Kedua, jangan terlalu banyak mengonsumsi berita kecelakaan pesawat, apalagi hingga sangat detail.

Menurut penelitian, ‘memborbardir’ otak dengan berita kecelakaan justru dapat menciptakan keterikatan emosi sehingga dapat memicu rasa takut. Hal ini persis dengan kecurigaan berlebihan pada (mantan) pacar: jangan-jangan kita diputusin karena dia udah jadian sama yang lain? Jangan-jangan nanti kita bakal susah bahagia kalau nggak sama dia? Jangan-jangan dia memang semudah itu melupakan kita? Jangan-jangan nanti kita nggak akan jatuh cinta lagi sama orang lain?

Hadeeeeh! Kalau kebanyakan mikir begitu, situ kapan mau beneran move on-nya??? Kapan juga situ bakal berani lekas menaiki pesawat???

Akan lebih bijaksana jika kita menghapus pikiran-pikiran jelek itu dengan tenang, satu per satu, dan terus memberi afirmasi positif pada diri sendiri.

Halah ngomong doang sih emang gampang! :(((

Ketiga, mengingat-ingat fakta soal kematian dan siap mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Kalau perkara kecelakaan pesawat memang sangat mengganggu dan menakutkan, tak ada salahnya jika kita mencari informasi lengkap soal penyebab kematian tertinggi di dunia. Faktanya, sebuah sumber menyebutkan bahwa penyebab kematian akibat jatuh di kamar mandi ternyata lebih besar peluangnya daripada tewas karena kecelakaan pesawat terbang. Selain itu, penyebab kematian terbesar di dunia adalah penyakit kanker dan diabetes, bukan kecelakaan pesawat.

Cobalah untuk berpikir positif, meski kewaspadaan itu harus selalu ada. Perhatikan baik-baik saat pramugari menunjukkan cara penyelamatan diri dengan alat-alat yang tersedia. Sikap antisipasi ini harus ditanamkan, persis seperti kita menghadapi patah hati yang sakitnya nggerus terus-menerus: berhentilah menggantungkan harapan terlalu tinggi pada dia dan yakinlah kamu bisa bahagia tanpa dia yang cuma bisa memberi luka~

Keempat, atasilah rasa takut naik pesawat dengan cara tidak naik pesawat, sebagaimana kita menghindari patah hati dengan cara…

…tidak pacaran, tentu saja. Plus, tidak kebanyakan gombal, tidak tebar-tebar harapan palsu, dan tidak selingkuh seenaknya—apalagi dengan orang yang tega merobek-robek hatimu sampai berdarah perih sekali.

Exit mobile version