MOJOK.CO – Selamat jalan Ibu Ani Yudhoyono. Semoga kepribadian ibu yang sayang keluarga, dapat bersama-sama kami teladani.
Ibu Kristiani Herawati Yudhoyono, baru saja meninggalkan kita semua. Bu Ani Yudhoyono meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker darah yang beliau derita. Ungkapan duka pun datang dari seluruh penjuru. Masyarakat Indonesia mengungkapkan bela sungkawa, salah satunya melalui #RIPAniYudhoyono dan #SelamatJalanBuAni di Twitter.
Selamat jalan Bu Ani Yudhoyono. Sungguh, Indonesia beruntung pernah “dirawat” oleh sosok ibu presiden seperti ibu.
Aktivitas ibu yang sering membawa tele besar bahkan saat acara kepresidenan, seolah ingin menunjukan tentang betapa pentingnya mengabadikan momen-momen yang ada. Sekalipun itu adalah momen keseharian yang biasa-biasa saja. Tidak banyak orang yang mau ribet-ribet melakukan ini. Mungkin beginilah kalau memang punya passion dalam dunia fotografi. Membuat ibu begitu semangat untuk selalu mendokumentasikan hal-hal yang terjadi di tengah keluarga.
Tahun 2019 ini, usia pernikahan Bu Ani Yudhoyono dengan bapak mencapai 43 tahun. Jelas, bukanlah sebuah waktu hubungan pernikahan yang singkat. Dan selama itu pula, mereka berhasil mencitrakan diri sebagai pasangan yang harmonis dan menjadi relationship goals banyak orang. Kuncinya, saat Bapak SBY disibukkan dengan urusan negara dan pemerintahan, Bu Ani Yudhoyono adalah sosok yang mampu mengimbangi aktivitas sang suaminya. Beliau kerap membagikan momen berkumpul bersama keluarga, menggendong cucunya, dan sesekali mengikuti beberapa kegiatan sosial.
Bu Ani Yudhoyono berhasil menunjukkan dan mengajarkan soal pentingnya menempatkan keluarga di atas segalanya. Mungkin dengan kemajuan teknologi di kehidupan kita, perlahan mengikis nilai-nilai kekeluargaan. Padahal, dari sanalah berbagai hal bermula. Baik hal yang tidak menyenangkan, maupun prestasi yang digaungkan.
Pasalnya, pembentukan karakter seseorang bukanlah dimulai saat kita telah berada di tengah masyarakat. Melainkan, ini semua berawal dari lingkungan paling kecil yakni keluarga. Sebuah wadah terbaik bagi anak-anak di dalamnya untuk mengembangkan dirinya menjadi sosok-sosok yang mereka inginkan sendiri. Tentu saja, tidak semua wadah dapat memfasilitasi hal ini. Hanyalah wadah yang baik yang dapat membantu hal tersebut dapat terjadi.
Namun, bukankah memang di dalam keluarga yang tentram maka terdapat sebuah kehidupan yang menyenangkan? Di bagian inilah keluarga berperan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif supaya dapat mengantarkan anggotanya berada dalam keadaan yang sehat baik secara psikologis maupun fisik.
Sayang pada keluarga sepertinya telah menjadi hal yang sangat melekat dengan Bu Ani Yudhoyono. Beliau memang betul-betul memperlihatkan perhatian yang cukup besar terhadap keluarganya. Hubungan yang tampak sangat dekat dengan anak, menantu, maupun cuci selalu terlihat di banyak kesempatan. Saat banyak orang lain mengalami dilema dalam hubungan ibu mertua dan menantu—khususnya menantu perempuan. Beliau justru sering terlihat kompak dengan menantu-menantu perempuannya. Tentu saja, sangat jarang orang memperoleh kesempatan ini.
Belum lagi soal kesetiaan beliau. Bagaimana beliau tidak mengenal lelah untuk mendampingi Bapak SBY dalam berbagai situasi. Tentang sebuah hubungan, menjaga komitmen dengan pasangan adalah pondasi untuk tetap dapat bertahan. Meski begitu banyak ganjalan dan kejadian yang tidak menyenangkan.
Tidak main-main memang peran dari keluarga ini. Selain penting sebagai sarana edukasi, keluarga juga menjadi sandaran dari fungsi-fungsi yang lain. Di antaranya, memberikan proteksi, memenuhi kebutuhan afeksi (atau menciptakan kasih sayang), maupun sebagai sarana sosialisasi untuk mengantarkan anak-anaknya masuk dalam kehidupan yang lebih luas dan lebih nyata.
Sungguh tidak mudah menjadikan keluarga dapat berfungsi sedemikian rupa. Mungkin sayang pada keluarga menjadi salah satu kekuatannya. Dan Bu Ani Yudhoyono, telah membuktikannya pada kita semua.