Baku-Hantam dan Saling Lempar Kursi dalam Kongres PAN Layak Diapresiasi

kongres pan

Kongres ke-V Partai Amanat Nasional (PAN) yang digelar di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, berubah menjadi arena perkelahian massal. Kericuhan pecah. Para kader PAN yang sedang ikut kongres banyak yang saling lempar kursi saat sesi Rapat Pleno I yang tengah membahas agenda tentang tata tertib. Hal yang tentu saja menarik dan unik, sebab membahas tentang tata tertib dengan cara yang sangat tidak tertib.

Sungguh sebuah fenomena yang penuh dengan, mengutip kata filsuf Bikini Bottom Spongebob Squarepants, ironi di atas ironi.

Tak jelas apa penyebab mereka para kader saling bertikai, yang jelas, foto-foto dan video saat para peserta kongres saling lempar kursi menjadi hiburan tersendiri bagi banyak orang. Pukulannya mantap, ayunan kursinya juga ritmis.

Terlepas dari sebab kerusuhan tersebut, kami, Mojok Institute menganggap bahwa kerusuhan dalam kongres PAN hari ini layak diapresiasi dan bahkan didukung.

Tak banyak partai yang bisa menggelar kongres lengkap dengan kerusuhan antar kadernya.

Selain itu, masih ada banyak alasan yang lain yang membuat PAN layak untuk diapresiasi atas kongresnya yang penuh dengan baku-hantam dan lempar-lemparan kursi itu.

Menjaga tradisi

Dalam urusan politik, keributan yang sampai dalam tahap baku hantam seringnya hanya terjadi pada orang-orang biasa. Orang-orang yang bahkan tidak pernah ikut dalam arus politik praktis.

Nah, baku hantam yang terjadi saat Kongres PAN ini menjadi sebuah oase bagi banyak orang.

Partai adalah perwakilan rakyat dalam politik, maka selayaknya, ia juga bisa menjadi wakil dalam baku hantam. Bentrok dalam kongres PAN menjadi bukti, bahwa mereka bisa membawa tradisi baku-hantam masyarakat Indonesia ke dalam tatanan politik yang lebih tinggi.

Jadi mohon, untuk para kader PAN, mohon teruskan baku hantamnya. Yang semangat lempar-lempar kursinya. Biar nanti kami bikinkan donasi di Kitabisa buat beli hansaplas sama betadin-nya

Sebagai kurikulum baru pendidikan politik

Baku hantam dalam kongres PAN menjadi bukti yang sangat jelas, bahwa politik Indonesia memanglah keras.

Pendidikan politik yang harus didapat oleh para kader tidak selayaknya hanya sebatas pengetahuan praktis tentang politik, hukum, dan pemerintahan, melainkan juga ilmu bela diri.

Keributan kongres PAN ini tentu saja diharapkan bisa kembali menghidupkan kultur pendidikan silat, karate, dan aneka ilmu bela diri lainnya di Indonesia.

Sudah saatnya Indonesia kembali menjadi negeri para pendekar.

Sudah saatnya orang-orang mulai kembali mengenal aneka jurus silat jaman dulu yang namanya banyak mengambil unsur nabati seperti jurus pukulan teratai, unsur hewani seperti jurus belalang sembah, sampai unsur nabati-hewani seperti jurus kunyuk melempar buah.

Standar keamanan baru

Pertikaian yang terjadi saat kongres PAN tak bisa tidak memang memunculkan standar keamanan baru dalam dunia meja kursi.

Selama ini, standar kuat dan tidaknya meja dan kursi adalah sebatas sanggup menahan beban tertentu, maka setelah momen kongres PAN yang penuh dengan lempar-lemparan kursi hari ini, maka diharapkan akan banyak perusahaan persewaan tenda dan kursi yang mulai mengupdate kursinya menjadi kursi dengan standar yang lebih kuat.

Bukan hanya kuat diduduki, tapi juga harus kuat setelah digunakan untuk mengepruk kepala orang lain. Ini sama kayak helm yang ada standar SNI-nya, kelak kursi juga ada standarnya. Semakin sakit saat dikeprukkan kepala, semakin bagus standarnya.

Kalau perlu, mereka bisa menambahkan gerigi-gerigi tajam pada tiap kaki kursinya. Biar semakin menambah sensasi dan rasa sakit kalau ada peserta yang memang ingin bersparing.

Pengelola penyewaan tenda dan kursi juga bisa menambahkan paket sewa oktagon, khusus untuk acara partai yang rawan tawur. Hal ini tentu menarik, kongres menjadi tidak monoton sebab ada pertunjukkan adu ilmu kanuragan.

Daya tarik merekrut kader muda

Keributan dan baku hantam di arena kongres PAN bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak anak muda untuk masuk dalam politik.

Bayangkan, akan ada berapa banyak anak STM yang bakal tertarik untuk masuk partai. Maklum, selama ini, hobi tawuran tidak pernah difasilitasi, dengan adanya keributan kongres, maka mereka punya harapan untuk bisa menyalurkan passionnya.

Selain itu, hal tersebut juga memunculkan harapan baru bagi anak-anak muda yang sudah bergabung dengan partai. Sebab, setelah masuk partai, akan ada banyak pekerjaan yang bisa mereka tekuni jika ternyata mereka nggak moncer-moncer amat menjadi politisi, misal petarung MMA, tukang pukul, atau yang lebih entertaint: jadi stuntman sinetron Anak Langit.

Exit mobile version