Mengapa Seseorang Suka dengan Ramalan?

MOJOK.COInformasi mengenai masa depan kita memang bisa bikin hidup kita lebih tenang, dan ramalan menjadi salah satu solusi untuk memuaskan keingintahuan tersebut.

Banyak hal belum pasti dalam kehidupan kita yang kemudian memunculkan perasaan penasaran serta bertanya-tanya. Dari ketidakpastian masalah cinta, karier, keuangan, kesehatan, pendidikan hingga kematian. Duh serem.

Hal-hal yang membuat penasaran tersebut memang sering bikin semangat untuk dibahas serta diterka-terka. Kira-kira apa ya, yang akan terjadi selanjutnya. Nah, salah satu cara yang bisa membantu untuk memuaskan keingintahuan tersebut adalah melalui ramalan.

Di balik pro-kontra mengenai halal-haram ramalan, ia tetap menjadi primadona. Ramalan bisa dilakukan dengan membaca telapak tangan, membaca aura, melakukan perhitungan berdasarkan hari dan tanggal lahir, membaca primbon jawa, hingga menafsirkannya melalui kartu tarot. Semuanya memang menawarkan misterinya masing-masing.

Eh tunggu, kalau Dilan waktu bilang ke Milea, “Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin”, itu termasuk jenis ramalan tipe apa, ya?

Meskipun ramalan tersebut belum tentu benar, mengetahui nasib diri sendiri di masa depan tetap bikin penasaran. Mengapa?

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang suka untuk diramal, antara lain:

Pertama, kita penasaran dengan masa depan. Sesuatu yang akan terjadi di masa depan selalu menarik untuk dibahas. Dengan diramal, maka hal ini dapat membantu memuaskan keingintahuan kita terhadap hal-hal yang akan terjadi. Ya, siapa tahu ada yang bisa dikendalikan sejak saat ini. Wqwq~

Kedua, adanya perasaan tidak percaya diri. Perasaan tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri terkadang dapat diminimalisir dengan pengetahuan tentang diri kita di masa  yang akan datang. Kita butuh informasi lebih agar menjadi lebih tenang dan siap secara mental dalam menghadapi kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Sebaliknya, kurangnya informasi yang dikumpulkan, akan memunculkan perasaan masa depan yang penuh resiko dan ancaman yang semakin kuat. Serta perasaan tidak terlindungi keselamatannya.

Jadi, kubutuh informasi, apakah kamu mencintaiku? Agar aku bisa tidur dengan tenang, mylove~

Ketiga, kita membutuhkan dukungan dari pihak luar untuk sebuah pilihan yang sebenarnya sudah kita putuskan. Jadi, ketika diramal dan prediksinya ternyata sesuai dengan harapan, kita akan memiliki motivasi lebih untuk melakukan hal tersebut. Sehingga ramalan tersebut semacam mengkonfirmasi keputusan kita yang bikin maju mundur cantik itu.

Lalu, mengapa kita akhirnya mudah mempercayai sebuah ramalan. Hal ini dikarenakan adanya efek barnum. Dalam psikologi, efek ini akan dialami oleh orang-orang yang percaya bahwa gambaran orang lain terhadap dirinya memang tepat dan hanya berlaku khusus untuk dirinya sendiri. Kita merasa bahwa pendapat para peramal ini sangat tepat untuk menggambarkan hidup dan isi pikiran kita saat ini. Padahal, yang banyak terjadi, gambaran tersebut sebetulnya bisa berlaku secara umum untuk semua orang.

Misalnya, si peramal tersebut akan mengatakan, “Sepertinya dalam waktu dekat kamu akan mendapatkan hal yang kamu impikan sejak lama”. Terus kamu langsung senyum-senyum ketika mendengar itu. Berdebar-debar sambil mengharap. Padahal, itu adalah kalimat yang sangat umum. Yang bisa diucapkan ke semua orang. Namun, karena saat itu kamu posisinya lagi ngarep-ngarep (padahal semua orang ya punya harapan), jadi ya kamu merasa bahwa kalimat itu terkhususkan untuk dirimu saja. Terasa special pakek telor.

Efek ini akan semakin kuat jika si peramal ini mengatakan hal-hal yang positif mengenai dirimu. Sebaliknya, pernyataan negatif biasanya justru bakal menimbulkan keraguan, rasa tidak percaya diri, dan kekhawatiran. Sehingga tanpa disadari, kamu cenderung enggan untuk memikirkannya lebih jauh dan menganggap bahwa tebakan tersebut bisa jadi keliru.

Nah, jadi gimana nih? Suka sama ramalan sih boleh aja, tapi ya jangan sampai menganggu kehidupan nyatamu, mylove. Inget, itu masih tentang masa depan. Kamu itu lagi hidup di masa sekarang. Ha mbok sadar!

Exit mobile version