Menelusuri Istilah “Kalian Boleh Hina Kami Sepuasnya, tapi Jangan Idol Kami”

kalian boleh hina kami sepuasnya tapi jangan idol kami fangirl fanboy checkout shopee minta fans willy the kid checkout dong maniez mojok.co

kalian boleh hina kami sepuasnya tapi jangan idol kami fangirl fanboy checkout shopee minta fans willy the kid checkout dong maniez mojok.co

MOJOK.CO Puas kalian hina idol kami, hah? Kalau belum puas, kalian boleh hina kami sepuasnya, tapi jangan idol kami. Kalau kalian benci kami, kami juga benciiik kalian. Camkan itu~

Apa?!!1!! Kalian nggak tahu pernyataan yang lagi ramai itu? Coba tanyakan ke diri kalian selama ini ngapain sata berselancar di media sosial. Saya aja merasa kalau fenomena ngefans idol yang begini sungguh-sungguh layak masuk MURI.

Saya nggak ingin berusaha mendiskreditkan kalau istilah idol itu selalu tentang K-Pop ya. Nyatanya orang yang ngefans mati-matian sampai fanatik juga ada di kubu sobat gurun dan sobat-sobat lain. Jadi secara umum manusia memang punya kecenderungan ngefans berlebihan kapan pun, di mana pun, dan sama siapa pun.

Saat saya TK, saya pernah suka banget Hedi Yunus gara-gara ibu saya muter VCD Kahitna terus. Geliat fangirl sudah mengakar semenjak balita. Meski saat sudah sebesar ini, saya nggak serta merta histeris kalau lihat sayur kangkung. Maaf aja nih, Mz, sekarang saya dengerinnya Joji.

Mudah bagi kita untuk jatuh hati dengan seorang figur publik yang mukanya sering nampang. Bahkan cinta pada mereka lebih cenderung tanpa syarat. Menyukai seorang penyanyi, walau suaranya sumbang nggak jelas dan lirik lagunya sok-sok aktivis saja bisa terjadi. Asal sosok si penyanyi ini mampu mewakili tipe orang favoritnya, maka selesailah sudah.

Kita memungkinkan untuk mengintip keseharian mereka sebagai manusia yang juga sama-sama bernapas, makan, dan pup. Semakin kita tahu kehidupan figur publik yang sedang kita cermati, maka perasaan suka itu kian menggebu. Walau klasik, tapi momen ini memang manifestasi witing tresno jalaran soko kulino.

Khusus untuk K-Pop, industri hiburan memang mengemas bagaimana seorang idol bisa benar-benar dicintai oleh fans. Mereka mengatur bagaimana informasi tentang idol bisa menjadi sebuah candu. Layaknya zat adiktif, awalnya kalian cuma coba-coba dan menikmatinya sebagai sebuah aksi “mencicip”. Lama-lama kalian nggak bisa berhenti dan menginginkannya terus-menerus sak pole urip.

Maka nggak heran kalau output-nya ada yang berupa video nangis-nangis dengan iringan lagu coveran Melly Goeslaw yang judulnya “Mungkin”. Lalu dibubuhi sebuah dialog yang kurang lebih…

Puas kalian hina idol kami, hah? Kalau belum puas, kalian boleh hina kami sepuasnya, tapi jangan idol kami. Kalau kalian benci kami, kami juga benciiik kalian. Camkan itu! *sambil nangis dan usap-usap muka.

Secara ajaib, pernyataan di atas jadi template satire bocah-bocah Twitter saat kehabisan kata-kata dalam menanggapi pembelaan seorang fans terhadap idol. Harusnya nggak usah dibela juga nggak apa-apa sih. Salah siapa minta checkout shopee sama followernya? Ups…

Belakangan saya juga menemukan template pembelaan idol lain yang nggak kalah greget. Pembelaan beginian malah jadi bahan tertawaan yang asyik. Momen yang pas untuk menertawai betapa mencintai idola bisa jadi sebuah kebodohan infinity.

Begini ya, saya nggak lagi mau bilang kalau semua fangirl dan fanboy itu hina banget. Teman saya Rizki Prasetya juga sempat mempertaruhkan nyawa sebagai fanboy yang juga bakal dinyinyirin sesama fanboy dari kubu sebelah gara-gara ngatain Naruto sampah.

Fenomena ini wajar banget, Mylov. Saya sampai sekarang masih ngebucin sama Alex Turner kok, suwer. Saya juga mangkel kalau ada yang bilang Arctic Monkeys sampah, saya maunya orang-orang mengakui Arctic Monkeys itu legend. Pokoknya apa pun demi mas-mas idol saya deh. Harusnya perdebatan soal idol dan karya-karyanya ini nggak usah dimasukan ke hati, cukup diproses pakai otak aja. Itu pun kalau kalian punya.

Maka nggak akan ada pernyataan, “Hina kami sepuasnya tapi jangan idol kami…”

Tapi… fenomena ini jadi makin nggak masuk akal kalau sebagai fangirl dan fanboy kita sudah bertindak konyol. Sempat-sempatnya kalian kirim surel ke Rizky Prasetya demi ngata-ngatain dia nggak sekolah, nggak punya otak, nggak berpendidikan. Ya kami cuma bisa ketawa. Karena saya pikir proses kalian cari alamat surel Rizky Fanboy, menuliskan subjek, dan ngetik body email aja proses yang panjang untuk sadar bahwa apa yang kalian lakukan itu nggak mengubah apapun dan secara moral nggak ngefek.

Jadi kalau idol kalian minta dibayarin check out Shopee, Tokopedia, Lazada, atau minta kirimin Gofood sekalipun, usahakan itu benar-benar kalian lakukan karena banyak duit. Bukan karena cinta. Cinta itu fana, uang itu nyata. Meski ngefans, tetap waras lah, Bro.

BACA JUGA Baskara Harusnya Nggak Usah Klarifikasi, Tabrak Saja Semuanya! atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version