Mencoba Tidak Heran dengan Orang yang Puasa Media Sosial

puasa media sosial nggak pakai medsos nadiem makarim farid stevy reza rahadian social media FOMO kecanduan sosmed instagram puasa twitter puasa tv puasa instagram mojok.co

puasa media sosial nggak pakai medsos nadiem makarim farid stevy reza rahadian social media FOMO kecanduan sosmed instagram puasa twitter puasa tv puasa instagram mojok.co

MOJOK.CO Beberapa orang secara politis memilih nggak punya akun medsos walaupun bukan generasi boomer. Bahkan fenomena puasa media sosial dianggap bisa bikin tenang.

Sepuluh tahun yang lalu, teman-teman saya yang nggak pakai Friendster memang kelihatan nggak gaul. Tapi tidak ada penghakiman atasnya bahwa dia adalah orang yang aneh. Fenomena tidak pakai media sosial di zaman dulu, selayaknya bocah 90-an yang nggak punya topi tersayang. Punya pun nggak punya nilai plus, nggak punya juga woles.

Di zaman di mana paket kuota internet sudah jauh lebih murah, wi-fi gratisan di mana-mana memang hampir nggak masuk akal ketika mendapati seseorang yang enggan bermain media sosial. Reza Rahadian salah satunya.

Dalam suatu wawancara, aktor profesional yang wajahnya nampang di hampir semua produksi film terkenal ini bercerita kalau dia nggak tertarik sama yang namanya media sosial. Akun Instagram Reza Rahadian yang mungkin sudah kalian follow saat ini adalah akun yang dikelola manajemen. Saat itu saya kagum, sekaligus heran. Kok bisa ya orang puasa media sosial kayak Mas Reza?

Ada beberapa alasan orang memutuskan puasa media sosial bahkan nggak pernah menggunakannya sama sekali. Pertama, orang-orang ini mungkin menghargai makna sebuah kehadiran. Bagi mereka, bertemu orang itu ya bertatap muka, tanpa sebuah mediator berupa teknologi. Berinteraksi  secara langsung dan nyata adalah konsep mutlak yang mungkin dipahami oleh orang-orang yang puasa media sosial sebagai sebuah ‘pertemuan’.

Kedua, bisa jadi mereka adalah orang-orang yang justru punya kepercayaan diri luar biasa. Media sosial sering dipakai buat ‘suplemen’ bagi netizen untuk menaikkan kepercayaan diri. Misalnya dengan mengunggah foto menggemaskan biar dapat likes. Unggah foto salad biar dibilang mengikuti gaya hidup sehat. Sebaliknya, orang-orang yang nggak pakai medsos nggak butuh itu semua.

Mereka nggak peduli dengan apa yang dimakan orang setiap harinya, nggak peduli tongkrongan hits yang muncul di tag lokasi, mereka sekaligus nggak ingin orang-orang peduli dengan apa yang mereka lakukan. Karena pada dasarnya mereka sudah percaya diri.

Ketiga, mereka terbiasa berusaha menjalin hubungan dengan nyata. Mungkin aja mereka nggak ngerti apa efeknya saling follow dan quotes tweet. Tapi mengerti soal betapa pentingnya mengapresiasi penampilan teman sata bertemu langsung. Ini sama sekali bukan pemahaman yang salah.

Tapi…

Tidak semua orang yang puasa dan absen media sosial punya karakter begitu. Terkadang ada yang punya alasan sederhana: karena nggak bisa pakai teknologi dan nggak mudengan. Yang begini juga banyak sih.

***

Selain sebagai sebuah sikap, puasa media sosial sebenarnya kerap dipakai untuk detoksifikasi atas negatifnya konsumsi informasi. Bukan rahasia kalau apa yang kita konsumsi lewat media sosial itu lama-lama memang bikin jengah. Belum lagi soal ruwetnya comment war netizen beradab.

Nadiem Makarim sudah melakukan puasa media sosial sejak lama. Bukan bermaksud iklan, tapi katanya beliau merasa lebih santai selama nggak lagi terjun di media sosial. Faktor yang diduga bikin orang stres gara-gara setiap hari main medsos adalah soal fananya hidup. Apa yang ditampilkan kawan-kawan kalian dalam unggahan medsos sebenarnya tidak seindah itu. Tapi gambaran itu cukup membuat kita merasa nggak mampu, merasa kecil dan rendah diri.

Ini juga yang dilakukan oleh Farid Stevy. Mencoba melakukan puasa media sosial utamanya Instagram. Kalian bisa nonton penjelasan lengkapnya Mas Farid di Mojok Video.

Maka mulailah tidak heran dengan orang yang memutuskan puasa media sosial atau tidak menggunakannya sama sekali. Menghubungi mereka bisa lewat WhatsApp atau mengunjungi langsung rumahnya.

Switching off is not missing out.

Ketika jutaan orang lagi terancam kena FOMO (Fear of Missing Out) saking kecanduannya sama medsos, orang-orang yang sudah puasa media sosial duluan bakal biasa saja. Mereka nggak punya beban dan perasaan seolah kalau nggak update Instastory dalam sehari saja, mereka bakal dirindukan. Jangan ge-er dulu, Pak Haji… konten kalian semanfaat apa sih?

Saya sih nggak sedang koar-koar biar semua orang mengurangi aktivitas media sosial. Tapi saya cuma ingin mencoba kasih tahu kalian kalau punya pandangan yang berbeda soal menggunakan media sosial itu nggak masalah. Nggak ada ceritanya orang yang nggak punya akun Facebook itu aneh, siapa tahu mereka memang punya berbagai alasan politis yang masuk akal.

BACA JUGA Membedah Anatomi Tayangan FTV ala SCTV yang Menggemaskan atau artikel lainnya di POJOKAN.

 

Exit mobile version