Membela Kicauan-Kicauan Ajaib Roy Suryo

MOJOK.CO – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, menunjukkan betapa ajaib dirinya saat mengomentari kejadian-kejadian sepanjang Asian Games 2018. Yah, namanya juga mantan~

Dalam pelaksanaan Asian Games 2018 ini, ada banyak kejadian ajaib yang telah terjadi. Sembari menikmati pertandingan-pertandingan dari berbagai cabang olahraga yang seru punya, kita juga disuguhi hal-hal yang barangkali tidak akan bisa kita saksikan kalau tidak ada event olahraga terbesar se-Asia ini.

Keajaiban ini terjadi sejak pelukan antara Presiden Jokowi dengan Ketum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto yang “diajari” oleh atlet pencak silat Hanifan Yudani, lalu perolehan medali emas kontingen Indonesia yang melampaui target dan tercatat sebagai prestasi terbaik sepanjang masa, sampai dengan komentar-komentar mashook dari sosok sekaliber Roy Suryo.

Sebagai mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo menunjukkan jiwa mudanya yang mudah meledak-ledak dan penuh daya kritis. Terhitung sejak pembukaan, Wakil Ketua Partai Demokrat ini sudah unjuk kebolehan dalam membangun budaya kritis dalam negeri ini lewat Twitter. Warbiyasa produktif kicauannya memang.

Dalam pembukaan, Roy Suryo mengritik Jokowi yang menggunakan stuntman saat diceritakan masuk ke Gelora Bung Karno (GBK). Bagi Roy Suryo, penggunaan stuntman seharusnya dibuka ke publik. Tidak boleh cuma diam-diam begitu saja seolah-olah Presiden sendiri yang melakukan atraksi-atraksi motor yang berbahaya itu.

“Meski semalam saya tahu itu hanya bersifat ‘entertainment’ saja, namun sebaiknya etika dalam penayangan di televisi dilakukan, apalagi ini melibatkan sosok orang pertama (Presiden) di republik,” ketik Roy Suryo melalui akun Twitternya.

Jelas Roy Suryo ingin memberi pesan kepada rakyat Indonesia bahwa Jokowi nggak boleh membiarkan publik menebak apakah adegan itu pakai stuntman atau tidak. Meski semua orang juga tahu bahwa itu pakai stuntman, tapi kan ini penting untuk orang-orang yang nggak pernah nonton adegan film aksi Hollywood.

“Sebagaimana dalam tayangan-tayangan beretika untuk masyarakat, karena kabarnya sebagian aksi tersebut dilakukan tidak oleh sosok yang bersangkutan, maka sebaiknya ditulis ‘TAYANGAN INI DILAKUKAN OLEH PROFESIONAL’, sehingga publik dicerdaskan dan diberikan penjelasan yang jujur,” kata Roy Suryo.

Sayangnya, kicauan ini malah diserang oleh netizen Indonesia. Ini bagaimana sih netizen Indonesia? Sebagai pakar informatika dan telematika yang dipaksa-paksain juga jadi ahli dalam bidang olahraga-makanya-pernah-jadi-Menpora, Roy Suryo tentu khawatir jika aksi Presiden ini ditiru oleh anak-anak muda.

Bagaimana kalau ternyata banyak anak muda Indonesia yang jadi doyan beraksi seperti Jokowi lalu jadi stuntman profesional? Terus dikontrak oleh Presiden Cina buat pembukaan Hangzhou di Asian Games 2022 esok? Wah, ini kan bahaya sekali. Menjual harga diri bangsa untuk beraksi di negeri komunis seperti itu jelas mengkhawatirkan.

Tidak cukup hanya mengritik dengan santun soal stuntman, Roy Suryo juga mewanti-wanti kepada rakyat agar tidak mau tertipu bahwa semua hal baik dalam Asian Games 2018 ini adalah pencintraan yang dilakukan Jokowi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti.

“Ini sekaligus juga warning bagi kita agar jangan cepat puas dan berbangga diri, apalagi jadi jemawa atas hasil Asian Games sekarang, apalagi malah menjadikannya ajang pencitraan politik untuk kepentingan 2019,” kata Roy lagi penuh daya kritis yang mumpuni.

Benar, Pak Roy. Ajang Asian Games 2018 ini memang penuh pencitraan. Bagaimana mungkin ketika di era Partai Demokrat berjaya dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih jadi presiden, kontingen Indonesia cuma dapat 10 emas dalam tiga event Asian Games dari 2006, 2010, sampai 2014?

Apalagi periode itu ada tiga Menpora yang menjabat, yakni Adhyaksa Dault, Andi Malarangeng, lalu Roy Suryo sendiri. Masa iya tiga Menpora kalah sama satu Menpora Imam Nahrawi dalam perolehan medali yang mencapai 31 emas? Ini jelas sebuah upaya pecintraan terselubung yang perlu diwanti-wanti. Prestasi kalau kelewat bagus seperti ini memang perlu dicurigai.

Apalagi perolehan ini melampaui target 16 medali emas yang dibebankan Jokowi kepada kontingen olahraga Indonesia. Ketika mendengar itu, Roy Suryo menilai target itu kelewat muluk. Ya wajar saja, di tiga event Asian Games saja dulu Indonesia cuma dapat 10 emas, ini cuma dari satu event kok sok-sokan mau dapat 16 emas? Ini takabur namanya, kemaruk.

“Optimis perlu namun harus realitis juga,” kata Roy Suryo ketika merespons target medali emas pemerintah saat itu.

Akan tetapi ketika akhirnya mengetahui fakta bahwa target medali emas tercapai—bahkan sampai hampir dua kali lipat dari target—Roy Suryo mengaku bangga juga. “Kita patut bangga atas capaian tersebut,” kata Roy Suryo.

Lho, hal ini menunjukkan bagaimana jiwa sportif Roy Suryo masih bertahan meskipun sudah beberapa tahun tidak lagi menjabat Menpora. Kalau memang prestasinya bagus ya harus ikut bangga dong.

Bahkan Roy akhirnya membuka apa alasannya dulu mengatakan “harus realistis”. Usut punya usut ternyata Roy Suryo sengaja melontarkan pernyataan pesimis untuk memacu para atlet Indonesia agar lebih ekstra bekerja keras.

Benar-benar warbiyasa bukan niat tulusnya Bapak Mantan-Menpora-yang-sempat-lupa-lagu-Indonesia-Raya ini? Sampai rela di-bully begitu hanya demi bisa memberi semangat lebih kepada para atlet. Duh, bikin terharu saja.

Meski begitu menurut Roy Suryo, perolehan ini juga ada andil status Indonesia sebagai tuan rumah sehingga sedikit banyak diuntungkan dengan adanya dukungan langsung dari masyarakat. Bahkan dengan data-data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan, Roy Suryo memaparkan bagaimana olahraga Indonesia dalam kepemimpinannya jauh lebih baik karena jadi juara umum pada SEA Games 211 dan ISG 2014.

Jadi prestasi 4 besar se-Asia ini jelas nggak bisa dibandingkan dengan capaian Roy Suryo yang sangat fenomenal itu. Bayangkan saja, jadi Juara Umum lho! Kalau ada yang bilang nggak adil membandingkan kedua event tersebut ya sebaiknya mereka belajar dulu sama pakar ahli membedakan foto editan atau tidak ini.

Puncak dari keajaiban kicauan dan komentar Roy Suryo dalam Asian Games 2018 pun akhirnya ditutup dengan paripurna. Kader Demokrat ini menyayangkan Jokowi tetap tampil saat di acara penutupan Asian Games 2018 melalui Video Conference karena harus mendampingi korban bencana di Lombok. Meski sebelumnya sempat mengapresiasi pilihan Jokowi yang rela tidak lagi tampil di GBK seperti di pembukaan.

“Tetapi saya menyayangkan kalau nanti Presiden @Jokowi masih saja Show-Off dgn VideoConference (apalagi menyebut2 “di Lokasi Bencana”),” ketik Roy Suryo kembali menunjukkan kecerdasan dan keajaibannya.

Maashook, Pak Suryo, Mashoook~

Exit mobile version