Kami Menemui Jin dan Genderuwo yang Kata Amien Rais Bakal Ganggu Pemilu 2019

MOJOK.CO – Kami mencoba menemui jin dan genderuwo yang dituduh Amien Rais bakal jadi biang kerok kecurangan Pemilu di Hotel Borobudur. Keduanya mengaku kaget dituduh gitu.

Lord Amien Rais baru-baru ini menyebut bahwa penghitungan rekapitulasi suara hasil Pilpres 2019 jangan sampai dilakukan di Hotel Borobudur, Jakarta. Alasannya cukup mencengangkan, kata politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) ini, di Hotel Borobudur ada jin dan genderuwo yang siap mengganggu hasil akhir Pemilu.

Amien Rais bahkan mewanti-wanti KPU agar jangan ngeyel. Sebab, besar kemungkinan akan terjadi praktik kecurangan jika hasil Pemilu 2019 tetap ngotot dilaksakan di hotel tersebut.

“Selain DPT harus segera dibenahi, besok perhitungan hasil pemilu jangan pernah di Hotel Borobudur. Mereka, banyak jin banyak genderuwo, di sana,” kata Amien Rais.

Sebagai jurnalis yang cukup selo dan punya keingintahuan yang kelewat tinggi, tim kami mencoba menelusuri jin dan genderuwo yang dimaksud. Tidak mungkin politisi sekaliber Amien Rais menyebarkan kabar bohong ya kan?

Sekali pun beliau bilang bahwa jin dan genderuwo itu maksudnya hacker, kami sepakat untuk tidak gampang langsung percaya. Maklum, sikap kritis atas keterangan narasumber adalah nama tengah kami. Segala hal harus dilacak. Bahkan sampai menembus dunia gaib macam begini.

Beruntung, dengan segenap kekuatan ilmu gaib dan sedikit ilmu laduni, kami akhirnya bisa bertemu dengan jin dan genderuwo yang dimaksud.

Lalu demi menjaga keamanan, keselamatan, serta karier jin dan genderuwo ini di dunia gaib, kami sepakat untuk menyamarkan identitas keduanya.

“Enaknya dipanggil siapa ya ini?” tanya kami ke sosok jin tertuduh saat sesi wawancara akan dimulai.

“Panggil Jun aja, Mas. Biar akrab,” kata Mas Jun sambil tersenyum malu-malu.

“Kalau Om Genderuwo ini enaknya dipanggil apa?” tanya kami lagi.

“Panggil Mas aja, umur saya nggak setua itu ya. Dasar jurnalis tukang age shaming,” kata genderuwo tegas.

“Oh, maaf, Om, eh, Mas,” jawab kami takut.

“Panggil Will Smith aja, Mas,” katanya.

“Oh, Will Smith yang kayak aktor Bollywood itu yak?” tanya kami memastikan.

“Hollywood, Mas. Plis deh. Situ manusia kok gobloknya nggak ketulungan to,” kata Genderuwo, eh, Will Smith marah-marah.

Sambil membawa sajen berupa rokok kretek dan Chiki, kami akhirnya memulai bertanya.

Pertanyaan awal, tentu kami ingin tahu mengenai pendapat keduanya soal tuduhan Amien Rais. Terutama tudingan bahwa mereka berdua dianggap sedang berupaya menganggu hasil rekapitulasi Pemilu 2019 di Hotel Borobudur.

“Sebenarnya kami agak terkejut, Mas,” kata Mas Jun sambil berbisik-bisik takut. “Kami benar-benar nggak tahu kalau bisa secepat itu ketahuan. Padahal kami belum ngapa-ngapain lho. Tanya aja ke Will Smith kalau nggak percaya?”

Saat kami mencoba mengklarifikasi ke Will Smith, beliau tampak membenarkan ucapan kerabatnya itu. “Saya juga heran. Ini Pak Amien Rais emang tokoh luar biasa. Bahkan baru sampai tahap niat saja kami udah ketahuan lho. Malaikat aja nggak segitunya lho, Mas.”

Tentu saja kami terkejut mendengar jawaban tersebut. “Jadi beneran, kalian akan mencurangi hasil rekapitulasi suara Pemilu 2019 di Hotel Borobudur nih?” tanya kami.

“Bukan mencurangi, Mas, sebenarnya. Tapi cuma tahap menganggu aja. Kami gangguin aja itu manusia-manusia Indonesia sekarang yang sejak Pilpres ini jadi makin menyebalkan. Kalau kebetulan ada manusianya yang di Hotel Borobudur sih itu nggak ada niat,” kata Will Smith yang genderuwo itu.

“Lagian kami ini bisa curangin gimana lho, Mas? Pegang kertas suara aja kami nggak bisa. Tembus terus. Emangnya kami ini pembalut buatan manusia itu? Jadi sebenarnya agak kurang tepat kalau dibilang kami adalah biang keladi kecurangan Pilpres,” kata Mas Jun.

“Kalau boleh tahu, kalian melakukan ini atas orderan siapa ya?” tanya kami hati-hati.

“Wah, maaf, Mas. Kalau itu, demi sumpah jabatan profesi kami, kami tak bisa sebutkan. Yang penting ada lah,” kata Will Smith.

“Manusia juga?” tanya kami.

“Yah, semi-semi gitu lah,” jawab Mas Jun.

“Maksudnya?” tanya kami lagi.

“Yah, manusia, tapi pemikirannya setengah-setengah setan gitu lah. Kami aja takut waktu ketemu,” kata Mas Jun lagi.

“Dibayar apa untuk orderan begini?” tanya kami.

“Ya tergantung, Mas. Tinggal mintanya apa dulu?” tanya Will Smith.

“Kalau yang dibilang Amien Rais kayak begini, dibayar berapa?”

“Lah, situ kok jadi nuduh-nuduh kami? Lha wong kami ngapa-ngapain aja belum lho udah ditanyain dibayar berapa. Di-DP aja belum, Mas, Mas,” kata Mas Jun senewen.

“Memangnya sebelumnya udah ada orderan serupa?” tanya kami.

“Oh, ada,” kata Will Smith yakin.

“Orderan berupa apa, di mana?” tanya kami.

“Di Amerika, Mas. Kami mainin itu di sana. Di Brazil juga. Pernah sih dulu mau ada orderan dari Korut. Dari adiknya Kim Jong Un. Tapi nggak tahu kenapa nggak jadi,” kata Will Smith sedih.

“Memangnya tata cara mengeksekusi orderan kayak gini gimana, Mas Jun dan Will Smith?” tanya kami.

“Ya gampang aja sih, Mas. Pada dasarnya kan manusia itu suka kelahi satu sama lain. Ya kita adu aja mereka. Saling curiga, saling nggak percaya. Gampang kok. Kalau Mas-nya mau, kami bisa kasih kerjaan juga. Mumpung masih ada slot kosong nih. Pelatihan nggak cuma 5 hari, sisanya sih otodidak aja,” kata Will Smith.

Tentu kami menolak tawaran menggiurkan tersebut.

“Dari semua orderan itu, mana yang paling sulit dan mana yang paling gampang?” tanya kami.

“Yang paling sulit sih Selandia Baru ya, Mas. Kita juga dapat orderan di sana. Kalau yang paling gampang sih ya Indonesia, Mas. Kadang kami malah minder lho, Mas, sama manusia-manusia yang ada di Indonesia,” kata Will Smith.

“Lha kok bisa Will? Emang gimana?” tanya kami.

“Ya soalnya mereka lebih genderuwo dari saya. Lebih nakutin. Saya aja takut, Mas. Suka nyerang saudaranya, nyerang teman-temannya sendiri, tebar fitnah, tebar hoax. Baru sesama manusia aja kayak gitu, apalagi sama makhluk kayak saya. Minder saya, Mas. Saya bahkan sempet kepikiran risen aja,” kata Will Smith.

“Lalu kenapa nggak risen aja?” tanya kami.

“Ya gimana, Mas. Anak, istri kan juga butuh makan. Si Jun ini juga, tunggakan cicilan rabi-nya aja belum lunas. Jadi kami mesti mikir dua kali kalau mau risen,” kata Will Smith sedih.

Melihat itu kami jadi terharu. Genderuwo sebesar itu jebul bisa nangis juga. Tapi demi menggali informasi lebih mendalam sekaligus menyebar benih kebaikan, kami pun sempatkan menasihati.

“Apa Mas Will Smith dan Mas Jun ini nggak khawatir kalau anak istrinya dikasih makan dari uang haram begini? Apa nggak takut dosa, Mas? Ini kerjaan yang haram lho Mas. Nggak kepikiran kerja yang halal-halal aja?” tanya kami.

Seketika Will Smith dan Mas Jun terhenyak kaget.

“Maaf, Mas, saya mau tanya serius nih,” kata Mas Jun tiba-tiba berbisik.

“Iya, kenapa, Mas?” tanya kami.

“Sampeyan ini sebenarnya jurnalis apa MUI sih?”

Exit mobile version