Sabar Jadi Jomblo 51 Tahun Membuktikan Cinta Sejati Memang Ada

jomblo nunggu cinta sejati MOJOK.CO

MOJOK.COCinta sejati tidak bisa dipaksakan. Cinta sejati dibangun oleh banyak komponen, salah satunya kesedihan. Haryadi, jomblo 51 tahun adalah monumen nyata cinta sejati manusia.

Agus Mulyadi pernah menulis begini: “Idealnya cinta yang tulus memang akan mendapatkan balasan cinta yang tulus pula. Tapi kan kita semua tahu, di dunia ini tidak semua hal berjalan ideal.”

Ia lalu menambahkan:

“Cinta itu terbangun dari banyak komponen, dan kesedihan adalah salah satunya. Kalau isinya hanya yang bahagia-bahagia thok, itu bukan cinta namanya, tapi pasar malam. Ingat, if it doesn’t break your heart, it isn’t love.”

Mantan Pemred Mojok yang hobi nyanyi dangdut 24 jam sehari itu memang ajaib. Meskipun sering menyebalkan, tetapi soal cinta beliau akurat juga. Cinta yang tulus, pasti kelak mendapatkan balasan yang juga tulus. Saya menyebutnya sebagai cinta sejati. Cinta yang terus dipelihara, meski sering tidak disadari oleh manusia. Ia mengendap, cinta itu muncul kembali ketika mendapatkan setitik jalan.

Cinta sejati pula yang membuat Haryadi bisa bertahan melewati berbagai kesedihan. Ia sudah menjomblo selama 51 tahun sejak terpisah dari “cinta monyet” semasa SD. Ia sudah berusia 63 tahun ketika akhirnya melepas status jomblo. Cinta sejati Haryadi, yang bernama Titin (62) akhirnya masuk dalam pelukannya.

Seperti yang dikatakan Agus, cinta sejati tersusun dari banyak komponen. Haryadi merasakannya berkali-kali. Hatinya sakit tak cuma sekali semenjak berpisah dengan Titin.

Dulu, ketika benih cinta itu mulai muncul, Haryadi dan Titin malah harus terpisah jarak. Keduanya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Semanu, Gunungkidul, DIY. Setelah benih cinta sejati itu muncul, Titin harus ikut boyongan keluarganya ke Tangerang Selatan. Sementara itu, Haryadi pindah ke Kota Yogyakarta. Mulai saat itu, status jomblo awet disandang Haryadi.

Setelah berpisah, Haryadi sempat dekat dengan beberapa perempuan. Namun, sayang, tidak ada yang berkenan di hatinya. Jatuh cinta berkali-kali, berkali-kali pula ia patah hati. Hubungan kasih dengan beberapa perempuan tidak pernah berakhir di pelaminan. Status jomblo menjadi karib Haryadi.

Cinta disusun oleh banyak kesedihan dan Tuhan yang akan membasuh kesedihan itu. Pertemuan keduanya sungguh tidak disangka, yaitu di acara layatan di Semanu. Sungguh ajaib, ketika acara kematian, justru bisa menyatukan manusia yang dahulu pernah memendam rasa suka.

Sebelum bertemu di acara layatan, keduanya sudah intens berkomunikasi lewat wasap. Obrolan mereka tidak jauh dari kangen-kangenan mengingat peristiwa masa lalu. Titin sudah kenal betul siapa Haryadi, termasuk kebiasaannya tidak mau berpakai rapi dan pendiam. Keduanya sering dijodoh-jodohkan oleh teman-temannya. Dan peristiwa itu sungguh berkenan di hati keduanya.

“Sudah 51 tahun tidak bertemu bukan waktu yang singkat saya kira. Awalnya tidak ada gambaran mau ketemu atau bahkan menikah. Sekarang ini saja juga saya berasa mimpi, sering bertanya apa benar ini semua. Ternyata, cinta sejati memang benar adanya,” ucap Titin seperti dikutip oleh pidjar.com.

Hubungan manusia itu memang unik. Batasan jarak dan waktu sering menjadi alasan kandasnya sebuah hubungan. Bahkan ketika hubungan itu belum betul-betul terjalin. Benar kata Agus, cinta tidak akan menjadi benar-benar sejati kalau tidak ditopang oleh kesedihan. Karena lewat kesedihan, kita belajar untuk bersabar.

Haryadi bersabar, jomblo selama 51 tahun. Mungkin ia melewati masa-masa suram ketika diledek sebagai jomblo dan perjaka karatan. Sementara itu, Titin yang sudah menjanda dengan tiga anak pasti juga tak bisa menghindar dari cibiran. Sudah tua kok masih mau menikah.

Namun, itulah ajaibnya cinta sejati. Akan ada saatnya ketika kamu tiba-tiba tertegun ketika menatap mata seseorang. Tanpa ada sebab, di dalam hatimu lahir keyakinan kalau dia memang jodohmu. Kalau sudah begitu, yang perlu kamu lakukan adalah berusaha dan bersabar.

Cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Ia lahir dari kesabaran dan sakit hati berkali-kali.

Exit mobile version