Girangnya Netizen: Jika Dulu Hanya Mengonsumsi Berita Hoaks, Sekarang Bisa Memproduksinya Sendiri

MOJOK.COBikin berita hoaks ternyata bisa semudah itu. Nggak perlu kerja di media, bikin situs berita, atau harus susah-susah belajar Corel Draw dan Photoshop buat ngedit.

Netizen dibikin nggumun saat ada sebuah akun di Twitter yang menjelaskan bagaimana bisa kita dengan begitu mudahnya mengganti judul sebuah berita sesuai yang kita inginkan. Hanya bermodalkan ngetik “javascript” dan sedikit otak encer untuk bikin kalimat yang ciamik. Maka sebuah berita hoaks bikinan kita siap di-screenshot dan dibagikan pada khalayak yang haus informasi dengan cukup membaca judul beritanya saja.

Informasi ini, ternyata langsung bikin banyak orang dengan semangatnya berlomba-lomba bikin judul berita sekreatif mungkin. Bahkan kalau bisa, se-clickbait mungkin. Padahal, mah, itu cuma gambar yang kalau di-klik, nggak bakal juga keluar beritanya.

Dengan ini, akhirnya netizen kita naik tingkat kalau ngomongin soal berita hoaks. Saat ini, kita tidak lagi berada pada level konsumen, tapi sudah berada pada level produsen! Bayangkan itu. Kalau ini lingkupnya negara, itu artinya kita nggak lagi impor, tapi sudah berada dalam tahap ekspor. Sungguh, sebuah peningkatan yang perlu untuk dirayakan dengan meningkatkan ibadah kita pada Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi, wahai kalian konsumen berita nggak jelas, yang daya bacanya cuma mentok sampai baca judul doang. Nih, mamam!!11!! Tenang saja, bakal makin banyak judul berita yang bisa kalian dibaca. Bagaimana nggak banyak, lha wong di timeline Twitter saya sekarang saja, sudah terlalu penuh dengan gambar screenshot judul berita—yang betul-betul cuma gambar dan nggak nge-link ke mana-mana.

Tapi, ada pula sebagian netizen yang bukannya seneng karena akhirnya dikasih tahu bagaimana sebuah berita hoaks diproduksi, eh malah marah-marah dan mencak-mencak. (((Dasar netizen nggak tahu terima kasih!))). Pasalnya, dia menganggap orang yang udah ngasih tahu itu, justru bikin semua orang jadi bisa bikin berita hoaks sendiri. Jadinya berita ngawur semakin banyak. Kata mereka sih, hal ini sungguh nggak bijak. Apalagi dengan tingkat kedewasaan netizen kita yang seperti ini, justru membeberkan informasi “rumit” ini malah bisa bikin kekacauan.

Hadeeeh, kok marah-marah, sih? Bukannya, justru inilah yang namanya pemerataan, ya? Semua orang punya kesempatan yang sama untuk memproduksi sesuatu. Jadi, kalau semua orang tahu caranya bikin berita hoaks, berita ini nggak bakal lagi dikuasai oleh segelintir orang saja. Kapitalisasi berita oleh sebagian pihak yang dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu, tidak perlu lagi terjadi.

Kalau takut bakal semakin banyak masyarakat yang dibohongi, ya justru itu fungsinya dikasih tahu, biar bisa diedukasi, Malih. Dikasih tahu, kalau judul-judul yang ngawur di medsos kita itu bisa dibikin dengan sangat mudah. Jadi, jangan mudah percaya kalau baca screenshot-an berita—apalagi kalau cuma judulnya.

Dengan ini, masyarakat diajari, buat nggak males lagi mengkroscek informasi yang bersliweran tersebut. Bukannya pas baca judul agak heboh dikit, ujug-ujug langsung yakin itu pasti benar. Apalagi kalau sudah menyerang orang yang nggak disuka. Njuk, main tebas sebar sana-sini supaya bisa diaku sebagai sosok yang penuh informasi. Please lah, paham kan aturan baku untuk saring sebelum sharing?

Ta, tapi… kalau semua orang akhirnya bisa produksi berita hoaks dengan mudah, nanti pak polisi bakal capek nggak, ya, ngurusin kejahatan siber, doang? Iya, capek ngurusin orang-orang yang jadi punya hobi baru yakni bikin judul berita ngawur. Serta harus menerima semakin banyak laporan dari banyak pihak soal pencemaran nama baik.

Jadi, btw nih, Maemunah. Supaya main-main dengan kreativitas bisa tetep aman dan nggak melanggar junjungan kita si UU ITE, akan sangat bijaknya kalau kita sekalian ngasih tulisan “HOAKS” di screenshot-an gambar yang pengin kita bagikan buat lucu-lucuan. Ehm, soal gambar yang nggak lagi terlihat lucu karena tulisan “HOAKS” tersebut, ya bagaimanapun juga harus diikhlaskan.

Ya, mohon maaf nih, kan katanya tidak semua masyarakat kita teredukasi dengan baik soal memahami berita-berita ginian. Jadi, alangkah lebih baik, kalau mereka-mereka yang belum paham ini, dikasih tahu: kalau judul berita kayak gini, itu hoaks. Nggak bisa dipercaya begitu saja. Iya, harus pelan-pelan memang. Harus sabar juga, biar nggak salah pas ngasih arahan.

Buat kamu-kamu yang tiba-tiba jadi punya hobi baru, yaitu jadi creator judul berita hoaks. Mending disudahi saja. Apalagi kalau itu cuma buat cari perhatian dia. Menurut analisis penerawangan petakilan saya, hobi semacam ini bukannya bikin kamu kelihatan kreatif dan keren. Yang ada, kamu malah tampak cemen dan nggak punya pendirian—karena bisanya sekadar ikut-ikutan.

Exit mobile version