Jenis Perdebatan yang Sebaiknya Diakhiri dengan Adu Jotos

keributan, argumen, perdebatan, adu jotos, media sosial mojok.co

keributan, argumen, perdebatan, adu jotos, media sosial mojok.co

MOJOK.COPerdebatan memang sebaiknya berisi tentang ide vs ide, argumen vs argumen. Tapi terkadang adu jotos bisa jadi jawaban terbaik.

Vincent Candra alias @halleluhellyeah mewarnai jagad keributan Indonesia, lagi. Saya harus menulis “lagi” karena bukan sekali ini dia terlibat keributan di media sosial. Alasannya bisa beragam, entah dia yang memulai keributan, dia ikut-ikut dalam keributan, atau mencari keributan.

Baru kemarin ini, Vincent kembali terlibat keributan. Tapi ini lumayan lucu. Awalnya, Vincent menantang akun mbuh @notyourxxsenpai untuk ribut, tapi justru dia disamber seseorang. Huda, pemilik akun @428mkh tiba-tiba nyamber, menantang Vincent untuk berantem.

Tentu saja Vincent mengiyakan. Ha wong seneng gelut kok ditantang, goblok.

Hasilnya tertebak, Huda menghilang, padahal udah disamperin. I mean, apa yang kita harap dari orang yang tiba-tiba nyamber orang ngajak berantem di media sosial? Terkadang, orang salah menakar dirinya sendiri. Mereka pikir mereka Takiya Genji, padahal mereka hanyalah Washio Gota.

Melihat pertarungan di media sosial tersebut, saya teringat Eddward S Kennedy pernah menulis “Berkelahi sebetulnya bisa membuat candu. Termasuk berkelahi dari balik layar”. Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Entah menjadi pelaku atau sekedar menjadi pemandu sorak sembari menyiram bensin, kita mencintai dan merayakan perkelahian.

Tapi melihat polah Vincent dan orang sejenis di media sosial yang janjian gelut karena berdebat di media sosial, timbul pertanyaan ini. Apakah boleh kita berantem karena berdebat, baik di media sosial dan dunia nyata?

Jawaban normatif, tidak. Seharusnya, ide dibalas ide, argumen dibalas argumen, dan we agree to disagree. Tapi jawaban yang sebenarnya (menurut saya), boleh. Karena ada orang yang tidak pantas untuk diberi pelajaran lewat ide, tapi lewat kepalan tangan.

Sebentar, jangan salah tangkap dulu. Saya tidak menyarankan sama sekali Anda memukul orang yang tidak sependapat atau semata karena rupane nggatheli. Tapi ada kasus di mana orang yang berdebat dengan Anda memang tidak berusaha untuk bertukar pikiran.

Saya beri contoh jenis perdebatan yang sebaiknya diakhiri dengan adu jotos dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Apalagi ada sabda fenomenal dari Nurhadi yang berbunyi, “Kenapa kalian masih adu mulut sedangkan Tuhan sudah menciptakan dua tangan untuk baku hantam?

Contoh pertama. Kos saya menyediakan dua tempat kran, yang satu untuk cuci piring, yang satu untuk cuci baju dan wudu. Nah, suatu hari ada yang kencing di situ. Jelas saja manusia-manusia satu kos-kosan muntab marah. Pelakunya ketemu, bukannya ngaku salah, eh, malah ngegas.

Sedetik kemudian, pipinya merah ditampar anak kos lain.

Perdebatan kayak gitu memang lebih baik diakhir dengan adu jotos. Ha yo ra beradab, Bos, tempat wudu kok ya diuyuhi. Apalagi pelakunya udah gede, anak SD kelas dua gitu saya bisa maklum. Lha ini udah gede, masak mengarahkan kencing ke tempat yang seharusnya nggak bisa?

Masak ya nggak takut kualat? Pipis di pohon beringin aja bisa didatengin demit, apalagi di tempat wudu, sungguh terlalu.

Selain soal kencing di tempat wudu, contoh kedua peredebatan yang harus diakhiri baku hantam adalah orang yang dengan santainya kentut di dalam lift.

Sungguh, orang yang nekat kentut di dalam lift adalah manusia yang tak lagi punya rasa sakit, atau memang sudah pasrah untuk dipukuli. Menghirup gas beracun dalam ruangan sempit adalah cara mati yang menyakitkan.

Kalau kebetulan kalian mengalami pengalaman ini dan berdebat dengan pelakunya, saya sarankan kalian untuk mendaratkan Gomu-gomu no Pistol.

Tapi bagaimana kalau memang orang itu tidak lagi bisa menahan kentutnya? Bukankah menahan kentut itu berbahaya? Bayangin kalau dia harus naik ke lantai 15 sedangkan orang-orang lain naik lantai dua, empat, enam, dan seterusnya. Mengantre dua lantai masih aman, tapi kalau sepuluh? Ha njebrot wetenge.

Tapi tep antemi wae lah, ra wangun asli kentut dalam lift.

Perdebatan terakhir yang sebaiknya diselesaikan dengan adu jotos adalah perdebatan tentang konspirasi virus corona. Khusus yang ini, apa pun hasilnya, baiknya kalian tetap mengakhirinya dengan adu jotos karena orang yang percaya corona adalah konspirasi pasti menolak cuci tangan dan memakai masker.

Nah, pukulan kalian itu anggap saja sebagai kenang-kenangan terakhir untuk lawan debat kalian. Siapa tahu, ya kan?

BACA JUGA Negara Boleh Goblok, Kita Jangan dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.

Exit mobile version