Di Masa Sulit Begini, Jangan Segan Membeli Barang Dagangan Orang Lain Walau Kita Tak Terlalu Membutuhkannya

dagangan

MOJOK.COAda banyak usaha kecil yang bisa kita lakukan untuk membuktikan ketahanan solidaritas kita di masa corona yang menyebalkan sekarang ini.

Tentu saja masa pandemi corona yang terjadi tahun ini adalah masa-masa yang sangat buruk. Ia bukan hanya menghajar telak kesehatan banyak orang, tapi juga membacok berbagai aspek kehidupan lainnya, dari mulai sosial, asmara, peribadatan, pendidikan, sampai yang sangat jelas: ekonomi.

Aktivitas menjadi sangat terbatas, orang-orang banyak yang memilih untuk berdiam diri di rumah. Pabrik dan gerai-gerai penjualan banyak yang memilih tutup. Efeknya, rantai ekonomi terputus. Jutaan bisnis kolaps. Banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan untuk sementara maupun seterusnya.

Dalam kondisi demikian, banyak orang-orang yang masih cukup beruntung karena punya bekal yang cukup untuk menghabiskan banyak waktu di rumah saja. Mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan meskipun dari rumah.

Dari sekian banyak itu, saya adalah satunya. Sebagai seorang penjual buku online, saya boleh dibilang masih cukup beruntung.

Penjualan buku di toko online yang saya jalankan masih berjalan seperti biasa. Orang-orang masih tetap membeli buku walau mungkin jumlahnya tak sebanyak dulu. Buku, tak bisa tidak, memang menjadi barang yang masih cukup banyak dicari orang ketika masa pandemi corona seperti sekarang ini. Banyak orang yang memutuskan untuk membaca banyak buku sebagai pengisi waktu selama berdiam diri di rumah.

Penerbit pun masih tetap menerbitkan buku untuk saya jual. Walau tentu saja kuantitas judulnya semakin tak banyak. Maklum, banyak percetakan yang mulai mengurangi kuantitas garapannya.

Selain itu, ekspedisi pengiriman juga masih tetap mengirimkan kiriman paket buku-buku yang saya jual. Walau tentu saja durasi kirimnya tak secepat dulu. Maklum, semakin banyak daerah yang menerapkan aturan PSBB. Beberapa daerah juga menerapkan lockdown mandiri. Penerbangan dan akses transportasi pun semakin dibatasi.

Masih berjalannya roda bisnis jual buku yang saya jalankan itu sedikit banyak mampu menjadi modal ekonomi yang cukup bisa saya andalkan untuk melewati masa-masa pandemi corona ini.

Saya masih bisa pegang uang walau tak banyak, masih bisa belanja kebutuhan pokok. Masih bisa nyetok beras, kopi, gula, minyak goreng, yakult, malkist crackers, dan biskuat coklat. Saya juga masih kuat beli paketan data, sehingga bisa punya modal untuk menonton video musik remix “Hareudang hareudang haerudang” yang ketiktok-tiktokan itu berkali-kali sepanjang hari.

Namun tentu saja tidak banyak penjual yang seberuntung saya. Ada banyak penjual yang usahanya berjalan tidak optimal atau bahkan tumbang. Maklum, ada banyak produk yang di masa pandemi corona seperti sekarang ini menjadi sangat tidak cocok untuk dibeli, misal pakaian, sepatu, aksesoris, dan sebagainya.

Semuanya fokus membeli kebutuhan pokok dan barang-barang yang dirasa perlu untuk mendukung aktivitas di rumah.

Dalam kondisi demikian, saling mendukung menjadi hal yang mutlak harus kita lakukan. Di saat-saat seperti inilah solidaritas sosial kita ditantang. Kepedulian kita pada orang lain diuji.

Salah satu hal sederhana yang saat ini bisa kita lakukan untuk menguji solidaritas sosial kita adalah dengan membeli dan melarisi barang dagangan kawan-kawan kita yang terdampak corona jika memang kita punya rejeki berlebih atau punya ketahanan ekonomi yang lebih baik. Beli tanpa perlu menawar-nawar dan banyak tanya. Bahkan jika barang dagangan tersebut tak terlalu kita butuhkan.

Itu cara yang ciamik untuk membantu kawan-kawan kita tanpa merendahkan harga dirinya.

Di masa corona, ketika banyak bisnis bertumbangan, orang-orang mulai mencari peruntungan nafkah dengan menjadi penjual dadakan. Yang namanya dadakan, tentu tak tak banyak persiapan yang bisa dilakukan. Hasilnya juga pasti untung-untungan. Dan bantuan kecil dari kita tentu bisa semakin memantabkan hasil yang untung-untungan itu.

Kalau tak punya duit berlebih, bisa juga dengan mulai membantu promosi kawan-kawan kita yang berjualan. Kalau ada kawan atau siapa saja yang men-tag produk jualan mereka di sosial media, jangan segan untuk merepost atau meretwit. Kalau merasa berat, minimal doakan biar laris.

Awalnya mungkin akan terasa susah dan menyebalkan. Membeli sesuatu yang kita tak terlalu butuh, hanya demi melarisi dagangan kawan-kawan kita atau bahkan orang yang tak kita kenal. Namun seiring berjalannya waktu, hal tersebut memberikan semacam perasaan adem dan lega. Lega karena kita bisa menjadi perantara rejeki bagi orang lain yang mungkin dari uang penjualan itulah ia bisa bertahan.

Saya sudah merasakannya.

Roda hidup selalu misterius. Kita tak akan pernah menyangka, bahwa barangkali, kelak akan datang pandemi yang lain, dan kita berada di posisi sebaliknya. Menjadi orang yang tak punya pilihan lain selain menjadi penjual dadakan untuk bertahan hidup. Dan kita bergantung pada orang lain yang mau berbaik hati membeli dagangan kita walau ia mungkin tak terlalu butuh barang yang kita jual.

Saya selalu meyakini itu. Saya selalu membayangkan, dari sekian banyak orang yang membeli buku saya, jangan-jangan tak sedikit orang yang sengaja membeli buku yang saya jual hanya demi membantu ketahanan ekonomi saya. Mereka tak terlalu butuh buku-buku yang saya jual. Mereka hanya ingin melarisi dagangan saya. Itu saja.

Hidup tampaknya selalu dan memang seharusnya begitu.

Inilah saat yang paling tepat untuk memikirkan orang lain sama seringnya seperti kita memikirkan nasib diri kita sendiri. Inilah saatnya bagi kita untuk tidak menjadi egois.

Kita tak tahu, sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Satu hal yang pasti, Kita harus saling membantu, saling dukung, saling menguatkan, selemah-lemahnya iman.

Corona boleh saja melemahkan imun kita, namun jangan biarkan ia melemahkan solidaritas kita sebagai manusia.

Exit mobile version