Ngapain sih, Hapus Foto Profil Medsos Pas Lagi Ada Masalah?

MOJOK.COAda sebagian orang yang memilih hapus foto profil media sosialnya pas suasana hati lagi nggak enak. Apa iya, dengan menghapus, bisa nyelesain masalah?

Pernah nggak sih, kamu ngelihat foto profil Whatsapp orang yang kamu kenal, yang biasanya terpampang nyata foto selfie nan aduhainya. Eh, ujug-ujug, fotonya hilang begitu saja. Waduh, ada apa nih? Usut punya usut, ternyata ada sebagian orang yang memilih untuk hapus foto profil akun media sosialnya, khususnya Whatsapp pas lagi ada masalah.

Dalam kode interaksi di media sosial, ada tingkatan yang menunjukkan kemarahan atau suasana hati seseorang yang tidak sedang baik-baik saja. Pertama, memposting quote-quote galau yang menunjukkan untaian kata yang ditujukan pada dirinya sendiri atau orang yang bikin kesal hati. Hal ini menjadi tingkatan pertama, karena bisa dianggap dia sedang berusaha memaknai kehidupan dengan lebih bijak. Kedua, memposting gambar hitam kelam dengan emot sedih.

Ketiga, memposting lagu-lagu melow sesuai dengan suasana hati. Keempat, memutuskan untuk hapus foto profil media sosial. Kelima, kalau keempat cara sebelumnya nggak mempan, maka diputuskanlah untuk deactivate akun media sosial. Nah, kali ini, kita akan fokus soal tingkatan yang keempat saja. Sebuah kode tipis-tipis tapi tingkatan kemarahannya sudah lumayan akut.

Dari hasil tanya-tanya ke beberapa teman yang sering menghapus fotonya saat tidak enak hati. Ternyata alasan yang pertama, dia nggak mau ngelihat foto dirinya lagi bahagia. Mungkin, karena ada pergolakan hati tersebut, maka ngelihat fotonya sendiri yang tampak baik-baik saja menjadi sangat tidak nyaman adanya. Jadi, lebih baik dihapus saja. Untuk ketenangan batin sementara.

Alasan kedua, tindakan ini sebetulnya adalah kode untuk orang lain. Begini, tentu kita pernah, kalau ada orang yang kita kenal—apalagi lumayan dekat—tiba-tiba hapus foto profil akun media sosialnya. Lalu, kita menduga-duga, kemungkinan kuat bahwa ada sesuatu dari dirinya yang tidak baik-baik saja. Iya, kan?

Lantas, yang terjadi kemudian, baik karena perhatian atau sekadar penasaran, kita tanya ke orang yang bersangkutan, “Kamu kenapa? Baik-baik saja, kan?” Yang, biasanya nih, akan diawali dengan jawaban basa-basi, “Iya, baik-baik saja, kok….” Tapi, nggak sedikit juga yang akhirnya kepancing untuk bercerita. Nah, begitulah. Hapus foto profil bisa menjadi sebuah pancingan, khususnya untuk orang-orang sekitar, supaya mau memberikan sedikit saja perhatian.

Tetapi, ada pula golongan hapus foto profil yang nggak peduli-peduli amat sama perhatian banyak orang. Keputusannya untuk menghapus, hanya fokus untuk mendapatkan perhatian dari orang yang bersangkutan. Supaya orang yang jelas-jelas bikin kita terpuruk, merana, sedih, dan menyedihkan itu tahu, kalau kita sedang tidak baik-baik saja. Bahwa kita butuh perhatian dia, untuk menyembuhkan luka yang diam-diam dia tinggalkan dengan tidak tahu dirinya.

Hal ini bekerja mirip sama orang yang pengin bikin Instastory yang sejatinya cuma pengin ngasih tahu alias ngode orang tertentu aja. Bukan seluruh follower-nya. Lantas, apakah ini menjadi masalah? Oh tentu saja nggak, dong.

Asalkan kita nggak semakin marah dan mencak-mencak kalau orang khusus yang kita tuju ini, nggak paham dengan kode-kode yang kita kirimkan. Apalagi, nggak tahu kalau kita sudah hapus foto profil kita—karena chat kita sudah tertimbun dengan chat-chat yang dia anggap penting lainnya.

Biasanya, nih. Biasanya, loh, ya. Rentetan dari hapus foto profil di Whatsapp karena lagi nggak baik-baik saja, akan diikuti oleh hal-hal berikut ini: mengganti status menjadi sibuk, last seen dinonaktifkan, dan centang birunya pun tak lupa dimatikan. Kalau saja, Whatsapp bisa bikin status online tak lagi tampak, mungkin sekalian dia bakal matiin juga.

Sementara, jika kita juga banyak berinteraksi sama orang di Instagram. Maka hapus foto profil ini, juga dilakukan di platform tersebut. Sambil diperkuat dengan kode-kode postingan quote nan bijak, layar hitam dengan emot sedih, maupun lagu-lagu melow yang bikin galau.

Ketiga, selain sekadar untuk kode yang menunjukkan kita tidak sedang baik-baik saja, sebetulnya sebagian dari kita juga butuh ketenangan yang lebih paripurna. Kita sedang tidak ingin diganggu. Sampai-sampai semua grup Whatsapp dinokatifkan pemberitahuannya.

Sedangkan di Instagram, tak lupa dengan mempersenyapkan akun orang-orang yang bikin kita nggak nyaman. Serta meng-hidden mereka biar nggak bisa lihat kalau ujug-ujug kita pengin nge-share sesuatu yang kita nggak pengin mereka tahu. Sesungguhnya, ini adalah cara terbaru untuk memblokir seseorang dengan lebih sopan—dan punya unggah-ungguh.

Soal alasan butuh ketenangan ini, sebetulnya nggak bakal jadi ribet-ribet amat, kalau kita punya dua hape. Tapi, kalau cuma satu hape, maka urusannya memang jadi ribet. Begini, ya. Kadang-kadang, kita memang sedang dalam suasana yang tidak terlalu baik. Penginnya lepas dari interaksi dengan orang lain di media sosial. Ini akan menjadi lebih mudah, kalau kita bisa menonaktifkan paket data atau nge-mode pesawat sekalian.

Tapi masalahnya, kalau kita nggak bisa ke mana-mana, dan yang jadi hiburan kita tetep butuh internet juga—nonton Youtube misalnya. Maka, diperlukan langkah strategis untuk menunjukkan ke orang lain, bahwa: kita nggak bisa diganggu. Dengan menggunakan cara-cara semacam itu.

Memang, perlu diakui kalau aktivitas hapus foto profil pas lagi nggak baik-baik saja, lebih sering dilakukan oleh perempuan. Yang biasanya, nih, bakal diprotes sama lelaki. Apalagi kalau mereka sebetulnya sadar, dia lah dalang dari situasi tidak baik tersebut. Mereka bakal ngerasa sebal dan gregetan, dengan kode-kode media sosial tersebut. Kenapa? Ya, soalnya, dia nggak tahu bagaimana cara paling ampuh supaya nggak terus-menerus ngerasa serba salah.

Betul, kode hapus foto profil ini menyebalkan, khususnya bagi lelaki. Tapi, percayalah, ini jauh lebih mendingan daripada laki-laki yang marah terus memilih ngebut di jalanan. Iya, kalau selamet, lha kalau nggak? Hadeeeh, malah rugi bandar, Bos!

Exit mobile version