MOJOK.CO – Mojok Institute bekerja sama dengan Gardamaya membuat daftar barisan emak-emak, dedek-dedek, atau sebut saja para Srikandi pilih tanding yang siap meramaikan Pilpres 2019.
Pemilihan Presiden tidak hanya soal pertarungan antara Jokowi dengan Prabowo atau KH. Ma’ruf Amin dengan Sandiaga Uno secara langsung, agenda politik lima tahunan ini juga berisi pertarungan antar calon-calon legislatif dari masing-masing tim kampanye.
Menariknya, saat ini tidak hanya bapak-bapak seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Masinton Pasaribu, atau Budiman Sudjatmiko yang punya panggung, melainkan barisan emak-emak juga ikut meramaikan pertarungan ini untuk merebut hari rakyat.
Bahkan Pilpres 2019 kali ini barisan pendukung antar pasangan calon bisa dibilang lebih variatif. Karena beberapa simpatisan atau tokoh politik tidak hanya berstatus emak-emak saja, melainkan ada juga tokoh yang masih kinyis-kinyis. Tokoh yang menawarkan kesegaran baru—baik bagi kubu Jokowi maupun kubu Prabowo.
Untuk menambah kesegaran itu, kali ini Mojok Institute bekerja sama dengan Gardamaya membuat daftar barisan emak-emak, dedek-dedek, atau sebut saja “Para Srikandi” pilih tanding yang siap meramaikan Pilpres 2019. Siapa saja mereka?
Emak-emak
Sebagai Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Khofifah Indar Parawansa hampir mustahil tidak mendukung Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin. Ibarat paket komplet, segala atribut latar belakang Khofifah memang mengarah ke Jokowi.
Khofifah memang jadi Gubernur Jawa Timur 2018 karena diusung Partai Demokrat, partai yang sedari awal akan mendukung Prabowo dalam Pilpres. Hanya saja, karena sikap Demokrat yang benar-benar demokrat dengan membebaskan orang-orangnya bebas memilih mau Jokowi mau Prabowo, maka Khofifah pun memanfaatkan kelonggaran itu dengan sebaik-baiknya.
Apalagi status Khofifah bukan kader partai tersebut. Malah Khofifah merupakan alumni kader partai PPP dan PKB. Dua partai yang saat ini merupakan bagian dari koalisi PDIP. Terlebih ada sosok KH. Ma’ruf Amin, sesepuh Nahdlatul Ulama. Sebagai kebanggaan Muslimat dan Fatayat Jawa Timur, ya jelas Khofifah bakal mendukung tokoh NU ketimbang tokoh Post-Islamisme.
Di sisi lain, ada sosok Neno Warisman di kubu Prabowo.
Sebenarnya untuk daftar ini, perbandingan yang pas untuk Khofifah seharusnya Ratna Sarumpaet karena begitu vokal dan lebih disorot. Hanya karena ada kasus yang-kamu-juga-tahu, akhirnya yang dipilih ya Neno saja. Lagian juga penggantinya juga sama-sama seniman—dulunya.
Tidak seperti Khofifah yang memang sudah berada di jalur politik sejak lama, Neno Warisman termasuk tokoh politik pendatang baru. Meski begitu, karena sudah populer sejak tahun 1980-an sebagai penyanyi dan artis, Neno langsung bisa mengimbangi Khofifah dalam hal…. popularitas di dunia politik.
Apalagi usai tidak lagi bergelut di dunia hiburan, Neno juga aktif dalam dunia religi selain dunia politik. Beberapa aksi bela umat Islam Neno juga aktif ikut serta. Hal yang sedikit banyak cukup mampu mengimbangi sosok Khofifah yang sudah aktif di dunia religi sejak kecil.
Milenial dan Sosialita
Di bagian srikandi kinyis-kinyis atau milenial ada sosok Tsamara Amany di pihak Jokowi dan Rahayu Saraswati di pihak Prabowo. Selain tidak mengenal gender, dunia politik Indonesia juga tidak mengenal usia. Maksudnya kalau kamu memang bagus maka kamu akan bisa punya panggung dan diakui—yah setidaknya masih dalam proses begitu.
Usia kedua politisi muda ini memang terpaut cukup jauh. Di saat usia Tsamara yang baru 22 tahun seperti itu kebanyakan dari kita masih sibuk janjian ngopi di mana atau nongkrong di mana, Tsamara sudah jadi saksi di Mahkamah Konstitusi bahkan dipercaya sebagai Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Di sisi lain, meski terpaut 10 tahun, Rahayu Saraswati juga bisa dikategorikan sebagai tokoh muda dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Baru di usia kepala tiga, sosok yang biasa disapa Sara ini juga sudah menjadi Anggota DPR Komisi III dari Fraksi Partai Gerindra dan aktif dalam kritik terhadap pihak petahana.
Selain keduanya, ada juga sosok sosialita seperti Kirana Larasati di pihak Jokowi dengan dr. Irene di pihak Prabowo. Kirana merupakan sosialita yang sudah dikenal sebagai artis yang banyak membintangi sinetron di Indonesia. Sedangkan dr. Irene lebih dikenal sebagai salah satu anggota “Girls Squad” bersama Jessica Iskandar, Nia Ramandhani, Jennifer Bachdim. Sosok sosialita kelas wahid. Hal itu yang barangkali bikin pihak Prabowo menunjuk dr. Irene sebagai salah satu juru bicara tim kampanyenya.
Darah Biru
Nah, di kelompok srikandi darah biru ada sosok Yenny Wahid yang merupakan anak kedua dari KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di pihak Jokowi. Sedangkan di pihak Prabowo ada sosok Hanum Rais putri dari Amien Rais. Hanum juga dikenal merupakan sosok multitalenta, dari dokter gigi, presenter, penulis, politisi, bahkan terakhir sebagai promotor filmnya sendiri.
Semacam sudah suratan takdir, pertarungan politik Gus Dur dengan Amien Rais kembali harus diwariskan ke Yenny dan Hanum. Bahkan tidak hanya soal urusan Gus Dur dan Amien Rais, tapi posisi Yenny dan Hanum sebenarnya menjelaskan juga secara ugal-ugalan, bahwa tokoh NU lebih condong ke Jokowi dan tokoh Muhammadiyah lebih condong ke Prabowo.
Seleb
Ada sosok Anggun C. Sasmi, penyanyi kelas internasional dengan segudang prestasi untuk kategori srikandi seleb. Anggun bahkan pernah dengan blak-blakan mendukung Jokowi dengan memakai kaos “Ogah Ganti Presiden”.
Sedangkan di kubu Prabowo ada sosok Desy Ratnasari, artis papan atas yang sekarang banting setir jadi politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN). Jadi jika dulu Desy dikenal melalui film Tenda Biru, Desy yang sekarang dikenal dengan Jas Biru.