Beda Polisi Wakanda dengan Polisi Indonesia

Polisi Wakanda harus meniru cara-cara humanis polisi Indonesia dalam memperlakukan masyarakat di akar rumput. Selalu dengan ramah dan rela mambantu rakyat tanpa pernah memungut biaya sepersen pun.

Diagnosis Saya Sebagai Mahasiswa Kedokteran Tentang Penyakit yang Diderita Pejabat Wakanda MOJOK.CO

Diagnosis Saya Sebagai Mahasiswa Kedokteran Tentang Penyakit yang Diderita Pejabat Wakanda MOJOK.CO

MOJOK.COPolisi Wakanda sedang dikritik keras oleh masyarakat di sana. Beda sekali dengan Polisi Indonesia yang profesional dan tak pernah korupsi.

Polisi Wakanda belakangan sedang dirasani di mana-mana. Bahkan tidak hanya di dalam negeri, tapi juga terkenal di negara tetangga mereka di Indonesia. Maklum, mereka belakangan ini sedang lucu-lucunya.

Bahkan tagar #PercumaLaporPolisiWakanda pun sempat jadi trending berhari-hari, termasuk juga diramaikan oleh netizen di Indonesia.

Yang terbaru, ada berita seorang perwira polisi di sebuah daerah di Wakanda yang diduga mengirim pesan bernada mesra ke anak seorang tersangka sebuah tindak kejahatan di sana.

Di pesan itu, disebutkan, si perwira polisi Wakanda ini menjanjikan ke anak bahwa sang ayah akan dibebaskan, tapi dengan syarat si anak mau menuruti segala keinginan si perwira ini.

Untungnya, untuk kali ini, Kepolisian Wakanda yang terbiasa lelet kalau mengurusi persoalan internal jadi lebih gesit. Menurut informasi terkini, si perwira sudah dibebastugaskan dan sedang dalam pemeriksaan. Meski kita juga tidak tahu pemeriksaan dengan hasil apa yang akan terjadi ke depannya.

Hal seperti ini tentu tidak bakal terjadi di Kepolisian Republik Indonesia yang kerap menjunjung martabat rakyat Indonesia dan selalu menjadi pengayom masyarakat. Sepanjang Negara Kepolisian Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri, tidak pernah ada rekam jejak kesalahan yang pernah dilakukan kepolisian di negeri ini.

Jangankan urusan pemeriksaan yang lelet, kepikiran untuk menjanjikan bisa membebaskan tersangka sebuah kasus pun tidak pernah ada di Indonesia. Ya alasannya simpel; korupsi, kolusi, dan nepotisme kan memang tidak dikenal sama sekali oleh polisi-polisi Indonesia.

Itulah yang jadi sebab, lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia fungsi dan kekuatannya agak dikurangi dalam beberapa tahun ke belakang. Ya karena alasannya aparat penegak hukumnya sudah bersih semua.

Lah iya dong. Kalau negara sudah pada bersih, aparat penegak hukumnya sudah bekerja dengan baik, lantas ngapain juga perlu ada lembaga anti-korupsi yang kuat? Kan nggak perlu to?

Hal semacam ini sayangnya sangat berbeda dengan kondisi di Wakanda. Di mana ada banyak sekali oknum-oknum aparat yang masih kerap bermain-main dengan hukum. Dari mulai membantu koruptor di bawah meja sampai dengan sikap represif terhadap masyarakat di akar rumput.

Seperti yang juga terjadi di sebuah daerah di Wakanda, ketika ada beberapa mahasiswa di sana sedang melangsungkan demonstrasi. Seorang polisi Wakanda, dengan semena-mena melakukan bantingan berbahaya terhadap seorang anggota demonstran.

Si mahasiswa ini pun sempat mengalami kejang-kejang sesaat setelah dibanting. Anehnya, tak lama berselang, si polisi Wakanda yang membanting mahasiswa ini meminta maaf dan si mahasiswa menerima maafnya begitu saja. Kayak nggak ada apa-apa gitu. Terus keadaan seolah damai-damai saja.

Tragisnya, beberapa hari kemudian, mahasiswa yang dibanting ini kabar terakhirnya mengalami sesak napas dan merasakan gejala tidak sehat. Pihak kepolisian Wakanda pun mengonfirmasi bahwa si mahasiswa ini ternyata punya riwayat komorbid. Meski polisi Wakanda juga tidak merinci, riwayat komorbid apa yang diderita oleh si mahasiswa.

Sampai sekarang polisi Wakanda yang menyerang mahasiswa ini pun sudah diamankan Propam. Tentu saja “diamankan” di negara Wakanda ini artinya bisa banyak hal.

Diamankan agar tidak diamuk massa, diamankan agar tidak dibully netizen, atau diamankan agar tetap berada di kesatuan kepolisian Wakanda? Tidak ada yang benar-benar tahu, karena di Wakanda, apapun yang ada embel-embel polisinya itu memang selalu terkesan lebih misterius.

Hal semacam ini tentu tidak bakal terjadi juga di Indonesia. Di negeri ini, polisi yang menjaga demonstran selalu mampu mengontrol emosi. Polisi Indonesia sadar bahwa rakyat berhak menyuarakan pendapat di muka umum, sehingga mereka akan dikawal dengan langkah-langkah humanis.

Bahkan konon, kalau ada demonstran yang kecapekan dan kehausan, Polisi Indonesia tidak segan untuk membelikan es teh dan mijitin.

“Yang semangat demonya, ya, Dek. Perjuanganmu masih panjang. Meski kita berbeda pendapat, tapi saya hormati pilihanmu,” adalah kata-kata lumrah dari anggota kepolisian negeri ini.

Beda banget dengan polisi Wakanda, yang kalau ketemu rakyat tukang protes ke pemerintah selalu agresif. Jangankan di jalanan, bahkan di media sosial pun juga suka galak. Belum ketambahan dengan polisi siber Wakanda yang punya senjata ampuh bernama undang-undang telekomunikasi elektronik.

Sebuah undang-undang yang berkali-kali membalikkan posisi korban jadi tersangka dan pelaku kejahatan tiba-tiba jadi dibelain hukum. Ada banyak sekali kasus di sana. Seseorang yang dilecehkan, posting di media sosial, malah kena ancaman penjara atas nama pencemaran nama baik.

Ada aktivis HAM di Wakanda, yang menyindir pejabat di sana karena punya saham yang menambang vibranium di salah satu provinsi di sana. Penambangan yang diduga oleh si aktivis, kerap merugikan masyarakat sekitar pertambangan.

Bukannya si pejabat tersebut mengoreksi diri, eh, si aktivis malah dilaporkan karena dianggap melakukan tindakan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik.

Beberapa hal yang diceritakan di atas itu tadi, tentu tidak pernah dan tidak akan terjadi di Indonesia. Selama-lama-lama-lamanya.

Padahal ya kalau mau buka-bukaan saja, di Indonesia, baik kepolisian maupun penegak hukumnya juga punya undang-undang yang mirip seperti di Wakanda itu, cuma kalau di sini namanya UU ITE. Undang-undang yang dipakai untuk memberantas kejahatan-kejahatan siber dan bermanfaat sekali bagi masyarakat.

Seperti misalnya, UU ITE di Indonesia digunakan untuk memberantas peretas-peretas alat komunikasi rakyat di media sosial, buzzer penyebar postingan provokatif, penyebar data pribadi masyarakat, sampai dipakai untuk mengatasi pinjol, penipuan online, sampai telepon mama minta pulsa.

Sebuah undang-undang yang sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat pada umumnya dan dijalankan dengan penuh bijaksana oleh aparat hukumnya. Itulah kenapa, bagi pejabat-pejabat di Wakanda atau aparat penegak hukum di sana, penting kiranya untuk mereka mempertimbangkan mau melakukan studi banding ke negara Indonesia.

Negara yang pemimpinnya merupakan seorang jenius, ketua partai penguasanya adalah pakar di bidang riset dan seorang doktor, pejabatnya berisi kolega-kolega yang berjuang untuk kepentingan rakyat, serta aparat penegak hukumnya yang selalu mengajarkan kebajikan dan menumpas segala macam kejahatan. Hukum di Indonesia pun ditegakkan tidak hanya tajam ke bawah, tapi juga tajam ke atas.

Itulah sebabnya, sudah saatnya kita bersyukur dianugerahi sebuah negeri yang kaya alamnya plus pejabat dan penegak hukum yang selalu memikirkan rakyat.

Terima kasih Tuhan, terima kasih Pemerintah Indonesia, terima kasih Pak Polisi, terima kasih oligarki, terima kasih semua.

Salam, Indonesia forever.

BACA JUGA Beda Polisi Australia dengan Polisi Indonesia dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.

Exit mobile version