Mulai Hari Ini Saya Adalah Fans Fredrich Yunadi - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Bagaimana Rasanya Jadi Fans Fredrich Yunadi?

Arman Dhani oleh Arman Dhani
25 November 2017
0
A A
Fredrich_Mojok

Fredrich_Mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

[MOJOK.CO] “Dalam wawancara bersama Najwa Shihab, Fredrich Yunadi mengaku menyukai kemewahan. Saya juga.”

Sastrawan dan juga juru masak tampan Yusi Avianto Pareanom pernah bertitah, “Terlahir miskin itu nasib, mati miskin itu kebangetan.” Kata-kata bijak itu saya pegang teguh hingga saat ini. Ini juga jadi alasan mengapa saya berhenti mengidolakan Mahatma Gandhi. Bukan, bukan karena dia memiliki dugaan skandal dalam hidupnya, tapi karena saya telah menemukan jalan baru, idola baru yang akan membawa saya pada jalan kemuliaan. Beliau adalah Yang Terhormat Bapak Fredrich Yunadi.

Saat pengacara-pengara di LBH Jakarta sibuk belain rakyat miskin, bahkan Aldo advokat di LBH Jakarta pernah gempor dipukul oknum aparat, beliau malah hidup nyaman. Dalam wawancara bersama Mbak Najwa Shihab ia berkata, “Saya suka mewah. Saya kalau ke luar negeri, sekali pergi itu minimum saya spend 3 miliar, 5 miliar. Sekarang tas Hermès yang harganya 1 Miliar juga saya beli,” katanya. Jatmika betul. Tiada lawan.

Sejak wawancara itu, beliau menjadi panutan baru saya. Kejujuran akan kecintaannya pada kemewahan dan sikapnya yang mudah haru merupakan padanan indah. Toh, dalam ajaran agama tidak ada larangan hidup mewah. Beliau pun kerap bersedekah.

Masih dalam wawancara bersama Mbak Nana, Pak Fredrich Yunadi kerap memberikan bantuan hukum gratis bagi orang-orang terkenal. Jika pengacara seperti Yap Thiam Hien dan Adnan Buyung Nasution membantu perkara orang miskin dengan gratis, beliau malah membantu orang-orang mampu seperti Pak Budi Gunawan dengan gratis.

Baca Juga:

Yogi Zul Fadli & Yance Arizona: Wadas Melawan dan Perjalanan Advokasi yang Panjang

Dalil Dipakai untuk Mengatasi Masalah, Bukan Malah Sebaliknya

Membayangkan Sikap Kemenkumham kalau yang Terbakar Adalah Lapas Koruptor

Sungguh murah hati. Saya yakin beliau juga banyak membantu orang miskin dengan gratis, tapi itu tak ditunjuk-tunjukkan. Beliau tidak riya, pamer, dan sombong. Ini juga menjadi salah satu sifat rendah hati yang membuat saya ngefans dengan Pak Fredrich.

Saya malah kecewa dengan kawan-kawan yang tak bisa melihat cahaya kebaikan dari Pak Fredrich Yunadi. Mungkin ada yang curiga, kok bisa pengacara punya penghasilan banyak, sampai bisa liburan dengan menghabiskan uang miliaran rupiah?

Pak Fredrich Yunadi kan pekerja keras, beliau bilang punya usaha dan warisan, juga ada banyak perusahaan yang mempercayakan masalah hukumnya kepada beliau. Kalau satu perusahaan membayar ongkos 100 juta, 20 perusahaan jadi berapa? Itu mah cukup buat bantu Pemda Jakarta memenuhi janji memberi daging gratis bagi penerima KJP. Tapi, itu bukan urusan beliau sih.

Untuk itu, saya mengajak kawan-kawan semua untuk berhenti nyinyir dan jahat kepada beliau. Sudahilah membuat meme jahat. Kalau memang yang bermasalah, itu Pak Setnov. Jangan Pak Fredrich dibikin kena getahnya.

Kemudian pula, beliau itu kan pekerja jujur, orang yang menerima penghasilan halal. Kalau emang terbukti nanti Setnov korupsi e-KTP, kan belum tentu uang yang dibayarkan kepada Pak Fredrich Yunadi itu hasil korupsi. Lagian mau tahu banget sih sama honor orang. Berbaik sangkalah sesama manusia, jangan menyakiti.

Sekarang ini bukan zaman saat Ferdinand I (1503–1564) hidup; saat ketika prinsip fiat justitia pereat mundus atau “hendaklah keadilan ditegakkan walaupun dunia harus binasa” adalah pedoman hidup pelaku hukum. Sekarang? Ya beda lagilah. Lagian kurang adil apa sih hukum dan pengacara di Indonesia? Misalnya nih ya, seperti kata Pak Mahfud MD, jika maling ampli bisa dibakar massa, maling duit rakyat masih dilindungi hukum tuh. Nggak percaya? Emang pernah ada tersangka korupsi yang dibakar hidup-hidup di KPK? Nggak ada khaaan.

Itulah mengapa saya mengajak kalian jadi sobat Pak Fredrich Yunadi, menjadikan ia bias atau oshimen. Lha malah ketawa, dikira saya bercanda apa ya? Ada banyak alasan mengapa kita perlu menjadi sobat Pak Fredrich Yunadi.

Pertama, kita bisa secara langsung mengikuti segala yang terjadi di kehidupan mewah beliau. Tidak hanya itu, kita bisa numpang tenar. Seperti dalam wawancara bersama Mbak Nana, beliau bilang, apabila membela orang besar, ia justru tidak mengharapkan bayaran. Sungguh dermawan~

Nah, kita bisa numpang terkenal, naik pamor, dengan cara menjadi vvota-nya Pak Fredrich.

Kedua, kita bisa belajar tentang perkembangan hukum terbaru. Kemarin Pak Fredrich Yunadi menyebut akan melaporkan kasus Setya Novanto ke pengadilan HAM internasional. Ini ide yang sangat brilian, artinya ada pendekatan hukum terbaru. Jika pengadilan HAM biasanya mengurusi kejahatan kemanusiaan atau genosida, kini bisa juga mengadili masalah sengketa uang rakyat. Pak Setya Novanto kelak akan diingat sebagai orang yang setara dengan Adolf Eichmann, Stanislav Galić, dan Ratko Mladić. Akhirnya, ada orang Indonesia yang berprestasi di pengadilan HAM internasional.

Ketiga, kita bisa belajar langsung bagaimana sukses dalam hidup bersama Pak Fredrich Yunadi. Sebagai orang yang bosan hidup pas-pasan, saya juga ingin kecipratan kemewahan dari beliau. Kita kan tahu, Pak Setnov bisa sukses kaya hari ini karena dulu pernah dekat dan belajar dari politisi lain, bahkan sampai menjadi sopir mereka. Siapa tahu dengan menjadi penggemar Pak Fredrich, kita bisa ketularan sakti, kaya, bijak, baik hati, dan memiliki semangat tarung yang kuat.

Untuk itu saya berharap kalian semua yang hari ini tidak suka pada beliau, bertobat. Mari kita sama-sama belajar dari Pak Fredrich Yunadi soal bagaimana cara sukses di dunia.

Terakhir diperbarui pada 26 November 2017 oleh

Tags: Fredrich Yunadihukumkeadilanmahfud mdpapa setnovPengadilansetnovSetya Novanto
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Pada 2012 meraih penghargaan Ahmad Wahib Award sebagai penulis blog terbaik. Bersama Patron Syndicate mengembangkan konten visual di YoutTube. Pernah bekerja sebagai Script Writer untuk Visinema (2018) Vice (2020). Menulis buku "Dari Twitwar ke Twitwar" (2015). Eminus Dolere (2020). Yang Ditulis Usai Berpisah adalah buku ketiganya. Bisa ditemui di IG: @armndhani dan twitter @arman_dhani

Artikel Terkait

Yogi Zul Fadli & Yance Arizona: Wadas Melawan dan Perjalanan Advokasi yang Panjang

Yogi Zul Fadli & Yance Arizona: Wadas Melawan dan Perjalanan Advokasi yang Panjang

21 Maret 2022
Dalil Dipakai untuk Mengatasi Masalah, Bukan Malah Sebaliknya

Dalil Dipakai untuk Mengatasi Masalah, Bukan Malah Sebaliknya

29 Oktober 2021

Membayangkan Sikap Kemenkumham kalau yang Terbakar Adalah Lapas Koruptor

11 September 2021
pimpinan kpk

Febri Diansyah Bikin Satire Napi Koruptor Jadi Pimpinan KPK, Kira-kira Siapa Kandidatnya?

24 Agustus 2021
ILUSTRASI Memang Sudah Seharusnya e-KTP Berfungsi dengan Baik kayak di CS Digital BCA mojok.co

E-KTP Sudah Seharusnya Berfungsi dengan Baik kayak di CS Digital BCA

14 Agustus 2021
mahfud md

Pernyataan-Pernyataan Mahfud MD Menjadi Bukti Bahwa Pejabat “Jahat” Memang Bermula dari Pejabat Baik yang Tersakiti

26 Juli 2021
Pos Selanjutnya
aku dikecewakan lelaki facebook

Aku Dikecewakan Lelaki yang Aku Kenal di Facebook

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Fredrich_Mojok

Bagaimana Rasanya Jadi Fans Fredrich Yunadi?

25 November 2017
Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan MOJOK.CO

Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan

26 Mei 2022
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam giriloyo mojok.co

Makam Giriloyo, Rumah Peristirahatan Terakhir Sultan Agung yang Dibatalkan

26 Mei 2022
Rumah milik Mbah Ngadiyo yang jadi tempat syuting KKN di Desa Penari

Cerita Sebenarnya di Rumah Tempat Syuting Film KKN di Desa Penari

25 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
gelanggang mahasiswa ugm mojok.co

UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa

24 Mei 2022

Terbaru

Sungai Aare, Swiss untuk berenang

Orang Swiss Suka Hanyutkan Diri di Sungai pada Musim Panas

29 Mei 2022
buya syafii maarif mojok.co

Melepas Kepergian Buya

28 Mei 2022

Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 

27 Mei 2022
Buya Syafii Maarif

Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan

27 Mei 2022
Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

27 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In