Apa Orang-orang Harus Nunggu dr. Faheem Younus Ngetwit Dulu Baru Paham Kesehatan?

ilustrasi Apa Orang-orang Harus Nunggu dr. Faheem Younus Ngetwit Dulu Baru Paham Kesehatan? mojok.co

ilustrasi Apa Orang-orang Harus Nunggu dr. Faheem Younus Ngetwit Dulu Baru Paham Kesehatan? mojok.co

MOJOK.CO – Panic buying Bear Brand mendorong dr. Faheem Younus lagi-lagi ngetwit pakai bahasa Indonesia. Apa harus nunggu dokter bule dari AS angkat bicara baru pada percaya?

Video panic buying susu beruang atau Bear Brand memang layak dikategorikan sebagai rekaman kelakuan bodoh akibat pandemi yang tak kunjung usai. Setelah pandemi ini usai, video rebutan susu beruang mungkin bakal dikenang sebagai 5 Weirdest Things on Internet. Fenomena ini juga mungkin bikin dr. Faheem Younus ngetwit pakai bahasa Indonesia, berusaha memberikan pengertian bahwa susu tersebut nggak ada hubungannya sama penyembuhan virus.

Sudah sejak lama sosok dr. Faheem Younus mencuri perhatian netizen Indonesia, terutama mereka yang menghuni Twitter. Si dokter tampaknya sengaja ngetwit pakai bahasa Indonesia biar ilmu kesehatan yang blio tularkan bisa makin meresap di sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Lama-lama dokter selebtwit ini pun terkenal. Keterkenalan blio makin valid setelah namanya dicatut dalam pesan berantai hoaks yang menyebar di grup WhatsApp. Nah, kalau agen hoaks aja udah kenal, berarti orang tersebut memang sudah menenteng nama baik yang layak dipercaya. Ngeri bukan?

Dari banyaknya dokter pintar di negeri ini, kayaknya masyarakat baru benar-benar menaruh perhatian lebih ketika dr. Faheem Younus mengulas dan ngetwit pakai bahasa Indonesia buat meningkatkan awareness tentang kesehatan. Padahal di Indonesia ada nama-nama yang cukup terkenal dan bisa dijadikan “influencer kesehatan” misalnya dr. Reisa Broto Asmoro atau dr. Terawan. Lho, keduanya sama-sama dokter. Masa sih harus nunggu dokter bule dulu baru bisa percaya?

Siapa dr. Faheem Younus?

Sebenarnya dr. Faheem itu sosok yang terkenal di dunia maya dengan jumlah follower 324 ribu. Istilahnya mungkin blio dokter yang juga nyambi sosialisasi di media sosial. Dokter sekaligus influencer, gitulah. Blio juga pakar penyakit menular dari University of Maryland Upper Chesapeake Health, AS. Bisa di-track deh kalau universitas ini memang benar-benar ada. Selain itu blio juga menjabat beberapa posisi yang kalau disebutkan bikin orang-orang lebih percaya. Blio adalah Vice President, Chief Quality Officer, Chief Division of Infection Disease, dan Clinical Associate Professor. Orang awam yang nggak ngerti jabatan tersebut bakal menyimpulkan, intnya keren aja deh. Bahkan di bio Twitter, blio menyebut “from the COVID frontliner” yang artinya dia adalah garda terdepan penanganan covid-19 di AS. Blio jelas menaruh perhatian lebih berkaitan dengan pagebluk yang sedang terjadi. Dan, Indonesia adalah salah satu negara dengan penanganan pandemi yang buruk. Nggak kaget kalau dr. Faheem tersedot perhatiannya ke negara di ujung Asia Tenggara ini.

Kalau dr. Faheem udah ngetwit, artinya kebodohan masyarakat sudah di tingkatan memprihatinkan

Beberapa orang mungkin berpikir demikian. Ketika dr. Faheem Younus udah susah-susah ngetwit pakai bahasa Indonesia, itu tandanya ada sesuatu yang goblok yang sedang terjadi. Minimal, ada sesuatu yang penting banget yang rakyat Indonesia harus tahu dan paham betul. Lha dia tinggal di AS lho, sampai kepikiran punya misi kayak pembukaan UUD untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, itu kan sudah tidak biasa. Makanya, nggak ada twit dr. Faheem berbahasa Indonesia yang tidak ramai. 

Netizen sebenarnya antara khawatir karena menyadari betapa kacaunya negeri ini dan berterima kasih juga karena ada dokter bule yang peduli. Mungkin memang harus dr. Faheem Younus yang turun tangan dulu baru masyarakat tersadarkan. Contohnya aja kasus susu beruang yang sebenarnya bodoh saja belum. Setelah panic buying, justru bermunculan pedagang-pedagang nggak punya hati yang melakukan mark-up harga susu ini. Dih, udah kayak masker di awal pandemi aja, ditimbun dan dijual mahal. Kalau cuma dokter seleb di TikTok dan Twitter yang ngasih arahan, kayaknya nggak bakal heboh. Meski mereka udah nge-drop jurnal-jurnal ilmiah juga pada mental semua.

Bagaimanapun, jika ada yang menilai orang-orang Indonesia itu norak sama bule, mungkin khusus dr. Faheem Younus harusnya dibiarkan saja. Selama blio ngetwit hal-hal yang bisa bikin masyarakat melek, upaya ini harus diteruskan. Soalnya beberapa orang udah nggak percaya pemerintah, nggak percaya dokter, nggak percaya influencer, tapi percaya sama “ketik 1 di kolom komen maka keberuntungan akan menyertai” wes ra mashok.

BACA JUGA Mereka yang Timbun Susu Bear Brand dan Jual Jauh Lebih Mahal Itu Bukan Orang Jahat atau artikel AJENG RIZKA lainnya.

Exit mobile version