Aksi Bela Palestina Oleh Yahudi, Kristen, Dan Komunis

aksi bela palestina

aksi bela palestina

[MOJOK.CO] “Aksi Bela Palestina 1712 kemarin adalah satu dari sekian banyak solidaritas terhadap negara itu.”

Pada 17 Desember kemarin, Monas penuh dengan manusia yang bermunajat, berorasi, dan berdoa sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat Palestina. Melihat ribuan orang dari berbagai latar belakang, mazhab, keyakinan, hingga komunitas, Palestina bisa menyatukan banyak orang karena kepedulian bersama. Kita sebagai bangsa secara kolektif, nyaris bersepakat bahwa keputusan Donald Trump adalah tindakan gegabah. Tidak hanya menyulut konflik baru, pernyataan itu hanya akan membuat perpecahan di timur tengah semakin menjadi.

Puluhan ribu masyarakat Indonesia menunjukkan solidaritasnya terhadap pendudukan Palestina oleh Israel. Bertahun-tahun mungkin jutaan rakyat Indonesia juga sudah menunjukkan dukungannya terhadap Palestina melalui berbagai aksi, entah itu penggalangan dana sampai mengirimkan relawan kemanusiaan. Tentu ada beragam niat dan juga alasan solidaritas. Ada yang merasa bahwa konflik Palestina Israel adalah permasalahan kemanusiaan, keagamaan, dan kebangsaan. Apapun itu niat kita tak jadi lebih rendah hanya karena perbedaan.

Solidaritas kemanusiaan yang ditunjukkan melalui Aksi Bela Palestina bukan hanya milik umat muslim. Paus Fransiskus misalnya menunjukkan kepedulian dan solidaritasnya sejak ia terpilih. Pada mei 2014 ia mengaku bahwa sikap Vatikan terhadap Palestina sudah bulat. Mereka mengakui bahwa Palestina adalah negara yang berdaulat, pada 14 Januari tahun ini, Pemerintah Palestina diberikan kesempatan membuka kedutaan besar di Vatikan. Paus Fransiskus juga merupakan salah satu petinggi negara yang merespon langsung keputusan Donald Trump. Romo Paus Fransiskus menyebut bahwa Yerusalem adalah tempat suci bagi kaum Yahudi, Muslim, dan Kristen.

Pada 2014, duta besar Palestina saat itu mengupas tuntas tentang dukungan dunia terhadap Palestina. Ia menyebut bahwa dukungan terhadap negara itu tidak hanya berasa dari negara muslim. “Lihat di PBB, lihat Vatikan, Sri Paus ada di Palestina, dan tidak ke Israel. Dia berangkat dari Amman, lalu terbang dengan helikopter ke Bethlehem. Ia tidak menganggap Bethlehem sebagai bagian dari Israel. Jadi ini posisi dari Sri Paus, dan gereja Katolik, bagaimana pula ini hanya menjadi masalah bagi umat muslim?” katanya.

Tentu solidaritas Aksi Bela Palestina tidak melulu hanya perkara ibukota. Aksi-aksi kolektif pemuda arab baik kristen, druze dan muslim di Jalur Gaza, Tepi Barat, Ramallah, Betlehem hingga berbagai kota di Palestina adalah wujud solidaritas terhadap bangsa ini.

Mereka tidak sedang membela agama hingga berjilid-jilid. Mereka sedang membela kedaulatan bangsa, nasionalisme, dan identitas kultural sebagai warga negara Palestina. Kesadaran bahwa sebagai warga dari negara yang dijajah membangkitan semangat perjuangan yang lebih kuat dari sentimen keagamaan.

Pemuda-pemuda kristen Palestina menjelang natal kerap berpakaian seperti Santa Klaus untuk menunjukkan bahwa mereka menolak penjajahan Israel. Mereka bertikai dan bentrok dengan otoritas Israel karena dianggap tak pernah ada. Pada perayaan Natal 2015, pemuda-pemuda kristen Palestina membagikan kado di Betlehem yang direspon represif oleh pemerintah Israel. Dengan pakaian Santa Klaus mereka melempar batu dan dibantu pemuda muslim melakukan perlawanan kecil terhadap militer Israel.

Kita kerap lupa Palestina adalah rumah bagi agama kristen. Di Betlehem dan Yerusalem tanah-tanah ini pernah disinggahi Yesus, kekristenan lahir di tanah ini. Maka ketika Palestina direbut dan dijajah oleh Israel, ini bukan lagi perkara satu agama. Tapi sebuah pertikaian panjang tentang identitas keimanan. Israel merasa bahwa ini adalah tanah yang dijanjikan, sementara warga Palestina menganggap ini adalah tumpah darahnya. Maka jika ada ustaz yang bilang nasionalisme tak ada dalilnya, mungkin ia perlu memeriksakan kepala sebelum ikut Aksi Bela Palestina.

Sebelum deklarasi Balfour pada 1948 Palestina adalah rumah bagi Yahudi, Muslim, Kristen dan kaum Druze. Palestina adalah rumah bagi berbagai keyakinan. Maka ketika Israel ujug-ujug muncul, perlawanan tidak hanya dilakukan oleh umat islam. Pengikut Judaisme juga muncul dan menentang zionisme global. Neturei Karta adalah salah satu organisasi Judaisme yang didirikan pada 1938 dan sejak saat Israel berdiri telah menentang keberadaan negara Yahudi.

Mereka menolak zionisme dan mendukung keberadaan Palestina sebagai negara sah. Aksi Bela Palestina ditunjukkan Neturei Karta dengan bersimpati, mengajak, dan menyerukan kepada sesama orang Yahudi untuk menolak pendudukan Israel terhadap Palestina. Tidak susah melihat keberpihakan kelompok Yahudi ini dalam berbagai aksi dukungan terhadap pemerintah Palestina dan menentang Zionisme Israel.

Palestina juga bukan hanya rumah bagi mereka yang berafiliasi dengan agama. Kelompok komunis juga salah satu yang aktif bergerak membela dan melakukan advokasi kemerdekaan Palestina. Setidaknya ada beberapa partai dengan haluan sosialisme di Palestina dan Partai Komunis Israel secara terbuka menolak keberadaan Zionisme dan penjajahan atas Palestina. Mereka mendukung kedaulatan Palestina sebagai negara dan mendesak pemerintahnya menghentikan kekerasan terhadap orang-orang Arab dan minoritas Druze.

Apakah orang-orang Palestina membenci orang Yahudi? Ini adalah kesalahpahaman yang kerap kali dipelihara. Orang-orang di Indonesia kadang tak bisa membedakan apa itu Judaisme, Yahudi, Zionisme, Israel, dan Israel Defence Force. Dalam sebuah foto yang diunggah oleh jurnalis Yahudi bernama Igal Sama pada 2 Agustus 2015, terlihat dua orang warga Arab Palestina melindungi seorang polisi perempuan dari lemparan batu. Foto ini diambil oleh Shaul Golan. Ia bercerita sebelum tindakan bodoh mendirikan Israel, Palestina adalah rumah bagi Yahudi dan Arab yang hidup berdampingan secara damai.

Jangan lupakan pula nama pengacara publik Tamar Peleg-Sryck, seorang Yahudi tulen, yang selama 20 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk mewakili rakyat Palestina di pengadilan Israel. Ia membebaskan ribuan orang, yang kebanyakan adalah anak-anak, Palestina yang ditangkap dan dipersekusi Israel. Bukankah ini satu bentuk Aksi Bela Palestina? Seorang aktivis kemanusiaan yang mungkin di Indonesia akan dibunuh karena dua hal; menjadi Yahudi dan komunis.

Akhirnya yang lebih penting dan lebih besar adalah kemanusiaan. Berbagai kalangan manusia dari penjuru dunia menunjukkan solidaritas terhadap Palestina terlepas keyakinannya. Ini seperti kamu menolong orang yang sedang jatuh atau mengalami kecelakaan. Kamu tak akan bertanya apa agamanya, hal pertama yang kita lakukan adalah menolong mereka. Karena agama tanpa kemanusiaan nyaris seperti dangdut koplo tanpa kendang, sia-sia belaka.

Exit mobile version